Pernah mendengar sebutan Indonesia macan Asia ? ya mungkin banyak yang pernah dengar dan banyak pula yang belum dengar. Indonesia menjadi macan Asia bukan tanpa sebab. Indonesia membangun kekuatan militer terbesar di belahan Bumi Selatan demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yakni Papua yang dahulu diberi nama Irian Barat.
Tahun 1960-an, Era Presiden Sukarno kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat. Bahkan, Amerika dan blok barat khawatir termasuk negara tetangga Australia. Mungkin mereka takut dengan perkembangan kekuatan militer Indonesia yang didukung besar-besaran oleh teknologi militer terbaru Uni Sovyet di era 50-60an.
Kekuatan Republik Indonesia tidak akan sebesar saat itu bila Belanda tidak melakukan tipu muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda.Â
Presiden Sukarno segera mengambil tindakan tegas dengan berusaha merebut kembali Papua dari tangan Belanda. Pada 19 Desember 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan maklumat "Trikora" di Yogyakarta, dan isinya adalah: 1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda. 2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.Â
Maklumat Trikora ini yang menjadi pemicu di era 60-an Indonesia menjadi macan Asia. Dua negara adidaya Amerika Seikat dan Uni Sovyet telah disambangi oleh Presiden Soekarno di medio pertengahan dan akhir 50-an serta awal 60-an.Â
Lawatan Bung Karno dilakukan untuk meminta bantuan kedua negara Adidaya tersebut untuk menyelesaikan masalah Irian Barat (Papua). Namun  lawatan Bung Karno di pertengahan 50-an dan tahun 61 belum menggugah Amerika Serikat. Sovyet saat itu yang yang mengulurkan tangan.
Kehadiran militer Indonesia era 60-an mampu membuat gentar negara-negara dunia bahkan Amerika, Inggris, Belanda dan Australia. Tepatnya 1960-an, Era Presiden Sukarno, kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di Asia.Â
_
Kekuatan Angkatan Laut Membuat Belanda Menyingkir
Kekuatan utama Indonesia era 60-an salah-satu nya kapal perang buatan Soviet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi. KRI Irian tiba di Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan keluar dari kedinasan AL Uni Soviet pada 24 Januari 1963 dengan nomor lambung 201.Â
KRI Irian memiliki bobot raksasa seberat 16.640 ton dengan awak sebanyak 1270 orang termasuk 60 perwira. Saat itu baru Indonesia yang bisa membeli kapal perang penjelajah ini dari Uni Sovyet. Kehadiran kapal ini membuat AL Kerajaan Belanda secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat (Papua).Â
Tidak hanya itu saja angkatan laut Indonesia bahkan yang membuat geger, sebagai negara yang baru bebas dari penjajahan akhir 50-an, Indonesia memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey dan puluhan kapal perang kelas Corvette.
Kapal selam yang dibeli Indonesia berjenis Whiskey Class buatan Rusia. Saat itu pemerintah membutuhkan armada kapal selam untuk memaksa Belanda meninggalkan bumi Papua. Kapal selam tersebut memiliki panjang 76,6 meter dan lebar 6,3 meter. Kapal selam Whiskey dibekali mesin diesel berbahan bakar solar dengan jarak jelajah 8.500 mil laut.
Kapal selam tersebut punya enam unit peluncur torpedo dan senjata anti-serangan udara. Terdapat 12 amunisi torpedo bisa dibawa kapal selam Whiskey dalam sekali jalan. Kapal selam ini dapat menampung 63 orang, termasuk komandan kapal.
_
Mesin Terbang AURI Bagaikan Elang Yang Siap Memangsa
Angkatan udara Indonesia juga menjadi salah-satu armada udara paling kuat di Asia. Terdapat lebih dari 100 pesawat tercanggih era 60-an. 100 pesawat tempur itu terdiri dari; 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed, 30 pesawat MiG-15, 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17, 10 pesawat supersonic MiG-19 dan 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B).
Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salah satu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan menjadi tandingan setimpal dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger yang akhir dibeli Indonesia di era 80an dan pensiun era millenial.Â
Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal perang banhkan kapal induk Belanda Â
 Pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 yang terlibat di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.Â
_
Mobilisasi Matra Darat Yang Menggentarkan
Belum lagi puluhan kendaraan tempur dan tank serta ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47. Kelengkapan persenjataan Indonesia ini begitu besar di era-nya.Â
Mesin terbang untuk memobilisasi kekuatan darat yang dimiliki Indonesia era 60-an yaitu 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B.Â
Mi-4 dibangun untuk menyaingi H-19 Chihckasaw buatan Amerika Serikat yang digunakan pada perang Korea. Mi-4 terbilang cukup mirip dengan H-19 Chickasaw, tapi kelebihan Mi-4 memiliki kapasitas dan mampu mengangkat beban yang lebih besar dibandingkan dengan H-19 Chickasaw.
_______
Indonesia era 60-an menjadi salah-satu kekuatan militer  terkuat di dunia. Begitu hebat pengaruhnya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima.
Akhirnya perundingan di markas besar PBB tanggal 15 Agustus 1962 yang menghasilkan Persetujuan New York. Isi pokok Persetujuan New York adalah "Penyerahan wilayah Papua Barat pada PBB (UNTEA) untuk selanjutnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia yang sebelumnya harus diadakan proses penentuan pendapat rakyat (PERPERA) yang diselenggarakan sebelum tahun 1969".
Pada tanggal 1 Mei 1963 UNTEA menyerahkan pemerintahan Irian Barat kepada pemerintah Republik Indonesia. Melalui PERPERA pada tahun 1969 Irian Barat (Papua) akhirnya kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Salam hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto
Web [DISINI] , Blog [DISINI] , Twitter [DISINI] , Instagram [DISINI] Email : mastiyan@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H