Netizen pecinta dirgantara pasti sudah mendengar bahwa Indonesia akan memiliki mesin perang baru yakni Sukhoi SU-35 super flanker. Burung besi ini merupakan pesawat tempur generasi 4++ dimana saat ini baru digunakan oleh Rusia dan RRC. Indonesia akan menjadi negara ke 3 (tiga) di dunia  yang akan menggunakan pesawat tempur canggih multiperan ini.
Indonesia telah memutuskan untuk membeli 11 unit Sukhoi Su-35 dari Rusia dengan skema pembelian dimana 50 % dengan uang dan 50 % lagi imbal dagang yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perdagangan.Â
Menindaklanjuti keputusan pemerintah itu PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) telah melaksanakan dan meneken nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan Rusia, Rostec.Â
Dalam proses  imbal beli Sukhoi SU 35, Indonesia dan Rusia akan membuat kelompok kerja yang mengatur soal mekanisme dan komoditas apa saja yang termasuk dalam kesepakatan. Indonesia membeli 11 Sukhoi Su-35 dari Rusia dengan nilai kontrak seharga 1,14 milar dollar atau Rp 15,3 triliun (kurs 1 dollar AS sama dengan Rp 13.500).
Karena dalam kontrak imbal beli ini Indonesia dan Rusia terdapat 50% imbal dagang, Indonesia menawarkan sejumlah komoditas kepada Rusia senilai 570 juta dollar AS. Saat ini, kedua negara ini masih menyusun aturan main kelompok kerja itu.
Kementerian Pertahanan sejatinya menargetkan Sukhoi SU-35 sudah bisa datang bertahap akhir tahun 2019 ini. Diharapkan kehadiran burung besi Rusia ini bertepatan dengan HUT Â TNI 5 Oktober 2019. Namun rencana itu sepertinya tidak sesuai rencana karena masih menemui sejumlah ganjalan, diantaranya jenis komoditi yang dibutuhkan Rusia dalam imbal dagang. .Â
Dilansir dari portal berita merdeka.com (12/6/2019) (DISINI), Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Ryamizard Ryacudu menyebut masih ada kendala imbal dagang dengan Rusia di Kementerian Perdagangan.Â
Antara Kemenhan dengan pabrikan Sukhoi SU-35 sudah selesai dengan adanya penandatangan kontrak imbal beli. Yang belum selesai dari Kementerian Perdagangan. Dalam pembelian mesin perang ini menggunakan uang dan juga imbal dagang atau 50 pakai uang 50 persen pakai imbal dagang.Â
Artinya komoditi yang menjadi bagian dari imbal dagang seperti karet, kelapa sawit, itu masih dalam proses. Ini yang belum selesai menurut keterangan Menhan RI, di Kemhan, Rabu (12/6) kepada Merdeka.com.
Pihak Kemenhan merasa sudah selesai dan menunggu kedatangan pesawat tempur Sukhoi SU-35 saja.
_