Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 105 x Prestasi Digital Competition (70 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjaga Ikan Duyung, Jangan Lupa Lestarikan Ekosistemnya 'Padang Lamun'

24 Mei 2018   10:16 Diperbarui: 27 Mei 2018   17:27 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi: Padang Lamun juga merupakan habitat dari ikan tuna, penyu, dan hewan laut lainnya I Sumber Foto : greneers.co

Dinosaurus merupakan hewan yang hanya bisa kita lihat wujudnya di film-film tetapi itu hanya rekaan fisik yang ditampilkan. Masih banyak hewan-hewan baik darat maupun perairan yang terancam punah karena aktivitas perburuan atau rusaknya ekosistem. Di Indonesia sendiri kita hanya mendengar pernah hidup di negeri ini Harimau Jawa, Harimau Bali, Tikus Goa Flores, Tikus Hidung Panjang Flores, Tikus Pohon Verhoeven dan Kuau Bergaris Ganda.

Selain keenam satwa tersebut, masih ada beberapa hewan asli Indonesia lainnya yang sudah mendekati kepunahan karena kehilangan habitat & ekosistemnya juga karena perburuan & rusaknya ekosistem, seperti halnya Badak Sumatera & Jawa, Burung Maleo, Mentok Rimba, Pesut Mahakam, Bekantan sampai dengan Duyung .

Pelestarian dan kesadaran dari semua pihak harus menjadi hal yang utama, satu hal yang tidak mungkin dalam beberapa tahun lagi, generasi penerus bangsa ini hanya akan dapat melihat hewan-hewan tersebut melalui film, youtube, buku atau media lainnya. Mereka melihat bukan secara langsung karena binatang yang bersangkutan sudah punah.

Salah-satu hewan laut apabila tidak dijaga pun akan cepat punah yaitu Duyung. Daku pernah mendengar mamalia laut berjuluk ikan Duyung ini. Mamalia laut ini memiliki legenda dan mitos hampir dipenjuru dunia. Legendanya Putri Duyung merupakan wanita cantik berwajah dan berbadan manusia dimana bagian tubuh dari punggung kebawah berbentuk ikan. Bahkan kisah putri 'Duyung' acapkali difilmkan dengan berbagai versi.

Mitos yang berkembang di masyarakat yang percaya dunia klenik, Air mata Duyung dianggap sebagai pelet atau ramuan pengasih. Padahal cairan tersebut hanya lendir pelembap mata Duyung dan keluar dari kelenjar air mata ketika Duyung sedang tidak berada di dalam air. Daku pun pernah melihat itu disalah-satu televisi bagaimana masyarakat mengumpulkan air mata Duyung.

Duyung hidup dan berkembang di ekosistem laut padang Lamun. Disanalah Duyung bermain dan mencari makan. Apabila padang Lamun rusak bahkan punah maka Duyung pun akan ikut punah. Ini patut menjadi perhatian bersama, untuk itu kita perlu mengenal padang Lamun selain Duyung itu sendiri.

Mengenal Ikan Duyung

Duyung dengan nama lain dan merupakan nama ilmiah nya yaitu 'Dugong' adalah salah satu dari 35 jenis mamalia laut di Indonesia, dan merupakan satu-satunya satwa ordo Sirenia yang area tempat tinggalnya tidak terbatas pada perairan pesisir.  Mamalia laut ini memiliki ukuran yang besar dengan panjang tubuhnya bisa mencapai 3 (tiga) meter dengan berat 450 kg. Ikan yang sebetulnya mamalia ini memiliki umur yang panjang, bisa hidup sampai 70 tahun.

Mamalia laut ini merupakan herbivora dimana ia pemakan Lamun, dan Duyung turut serta menyeimbangkan ekosistem Lamun itu sendiri. Keberadaan Duyung dapat ditemukan di sepanjang cekungan Samudra Hindia dan Pasifik. Duyung memiliki kemampuan menahan napas di dalam air sampai 12 menit, sambil mencari makan dan berenang.

Berbagai wilayah pesisir laut Indonesia merupakan habitat Duyung, termasuk di Bintan (Kepulauan Riau), Kotawaringin Barat (Kalimantan Tengah), Tolitoli (Sulawesi Tengah), dan Alor (NTT). Duyung berperan penting pada kelestarian ekosistem pesisir, salah satunya padang Lamun. Duyung itu hewan yang berperan penting dalam ekosistem perairan, Duyung merupakan tanda bahwa perairan itu jernih dan Duyung berperan mengatur laju pertumbuhan padang Lamun di Indonesia. 

Namun banyak masyarakat yang belum sadar dan terus saja menjadikan Duyung sebagai buruan untuk diambil minyak dan dagingnya. Perburuan skala lokal dan pemanfaatan langsung bagian tubuh Duyung, terjaring atau terperangkap di alat tangkap (sero, keramba, dll.) milik nelayan dan tertabrak kapal wisata atau kapal nelayan menjadi penyebab berkurang jumlah Duyung.

Padahal Duyung sudah dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan konservasi di wilayah SAP Selat Pantar, Kabupaten Alor, NTT dan daerah lain dimana menjadi habitat tempat hidup Duyung.

Salah satunya melalui pemaparan langsung seperti yang dilaksanakan pada 4-5 Mei lalu dalam Seminar Internasional Universitas Tribuana Kalabahi, Alor, NTT. Pemaparan meliputi pemutaran film pendek SAP Selat Pantar serta pengenalan kegiatan konservasi oleh Khaifin dari WWF-Indonesia. Dalam seminar ini, Alexandra dari DSCP Indonesia juga ikut menjelaskan tentang penelitian Duyung di Alor yang telah dilakukan pada bulan Oktober-November 2017.

Deskripsi : Anakan Dugong terjerat nelayan, Aparat mensosialisasikan bahwa Duyung merupakan hewan yang dilindungi dan akhirnya dilepaskan I Sumber Foto : IG DSCP Indonesia
Deskripsi : Anakan Dugong terjerat nelayan, Aparat mensosialisasikan bahwa Duyung merupakan hewan yang dilindungi dan akhirnya dilepaskan I Sumber Foto : IG DSCP Indonesia
Pernah terdapat suatu kasus, minggu (6/05/2018) dimana seekor Duyung usia anakan tidak sengaja tertangkap oleh tiga nelayan di Desa Joubela, Morotai Selatan sekitar pukul 24.00 WIT. Untuk menanggani hal ini, Dinas Kelautan dan Perikanan setempat melakukan sosialisasi mengenai jenis ikan dan satwa laut yang dilindungi kepada sekitar 30 (tiga puluh) nelayan di wilayah tersebut. Duyung yang memiliki panjang 1,5 meter ini berhasil dilepaskan kembali pada pukul 09.00 WIT.  

Adapula kejadian lain pada hari jumat (23/02/2018), masyarakat Pantai Mali, Kel. Kabola, Kabupaten Alor menemukan dua perahu tak dikenal yang terlihat sedang berusaha menombak Duyung. Kejadian tersebut tentu mempengaruhi perilaku Duyung dan mengancam keberadaannya di perairan Kabola. Menanggapi kejadian ini, masyarkat Kabola dan aparat penegak hukum Alor bekerjasama untuk melakukan investigasi terhadap dua perahu tersebut. Aparat penegak hukum juga melakukan patroli untuk melindungi duyung dari ancaman serupa di kemudian hari.

Deskripsi : Ketika aparat mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya melaporkan tindakan yang membahayakan Duyung dan habitatnya I Sumber Foto : IG DSCP Indonesia
Deskripsi : Ketika aparat mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya melaporkan tindakan yang membahayakan Duyung dan habitatnya I Sumber Foto : IG DSCP Indonesia
Memang begitu pentingnya sosialisasi, masyarakat bisa jadi tidak tau yang diburu atau tidak sengaja terjaring merupakan hewan yang dilindungi. Kejadian ini dapat menjadi pengingat bagi masyarakat yang tinggal di sekitar habitat Duyung untuk selalu memperhatikan dan melaporkan aktivitas yang membahayakan Duyung agar kelestarian mamalia laut tersebut tetap terjaga.

Daerah-daerah lain yang dikenal merupakan tempat hidup Duyung bisa mencontoh masyarakat di Malaumkarta. Mereka sangat peduli terhadap keberadaan Duyung dengan memberlakukan hukum adat bagi siapapun yang memburu Duyung di wilayah tersebut.

Agar kejadian Duyung terbunuh dapat diantisipasi, ayo laporkan kejadian Duyung tertangkap atau terdampar ke @dscpindonesia dan pihak berwenang setempat untuk mempercepat penanganan kejadian tersebut.

Padang Lamun Perlu Dilestarikan

Padang Lamun umumnya menjadi tempat lebih dari satu individu Duyung ditemukan berinteraksi, bisa dibilang Duyung Bermain di padang Lamun. Perilaku makan Duyung yang terlihat seperti mengacak -acak dasar Lamun dapat membuat padang Lamun menjadi subur. Duyung memakan daun dan rizoma Lamun, terutama dari jenis pionir dari genus Halophila dan Halodule. 

Bisa dibilang dua mahluk hidup ini memiliki hubungan yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme). Antara Duyung dan Lamun dapat menjamin keseimbangan ekologis flora dan fauna lain yang berada di sekitar padang Lamun. Patut diketahui padang Lamun juga menjadi tempat hidup ikan-ikan yang sebagian atau seluruh siklus hidup nya berada di padang Lamun.

Deskripsi: Padang Lamun juga merupakan habitat dari ikan tuna, penyu, dan hewan laut lainnya I Sumber Foto : greneers.co
Deskripsi: Padang Lamun juga merupakan habitat dari ikan tuna, penyu, dan hewan laut lainnya I Sumber Foto : greneers.co
Padang Lamun adalah tempat bagi biota laut mengasuh dan membesarkan anaknya, serta tempat mencari makan bagi ikan-ikan karang, seperti ikan Kakap dan satwa laut berukuran besar, seperti Penyu dan Duyung. Jadi pelastarian padang Lamun akan berdampak pada jumlah hewan laut lainnya bahkan ada ikan Kakap yang merupakan komiditi ekonomi.

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang tumbuh di dasar perairan pesisir. Lamun dapat membentuk hamparan yang disebut "padang Lamun"sama seperti hamparan rumput disebut padang rumput (Savana). Jangan salah dalam mengenali Lamun sebagai rumput laut karena ini jenis tumbuhan laut yang berbeda.

Sebagai tumbuhan sejati, Lamun memiliki daun, rimpang/batang yang menjalar (rhizome), dan akar sejati, sedangkan rumput laut (seaweed) adalah ganggang (algae). Daun Lamun yang lebat akan memperlambat arus dan ombak yang dapat menyebabkan erosi pantai. Selain itu daun dan sistem akar Lamun dapat memerangkap sedimen dan mengendapkannya di dasar, sehingga air menjadi lebih jernih dan terjaga kualitasnya.

Terendam di dalam air laut yang bersubstrat pasir atau campuran pasir, lumpur, dan pecahan karang, sampai ke kedalaman air laut yang tidak lagi terkena penetrasi sinar matahari itulah tempat hidup Lamun (Duarte, 1992). Di Indonesia, Lamun umumnya tumbuh di daerah pasang surut dan sekitar pulau-pulau karang (Nienhuis et al., 1989).

Patut dicatat dan diingat bahwa Padang Lamun adalah salah satu dari tiga ekosistem utama di Indonesia, selain ekosistem terumbu karang (coral reefs) dan mangrove, yang juga berkontribusi sebagai penyerap dan penyimpan karbon, sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim.

Karbon dioksida dapat diolah oleh Lamun dan mengubahnya menjadi energi dalam bentuk biomassa yang dimanfaatkan oleh biota-biota laut terutama ikan. Lamun dapat menyimpan lebih dari dua kali jumlah seluruh CO2 (mencapai 83.000 ton/km2) yang disimpan oleh hutan darat. 

Tumbuhan laut ini hidup tersebar di hanya 0,2% dari seluruh area perairan di Bumi (Fourqurean et al., 2012). Luas padang lamun di Indonesia adalah 1.507 km2 dimana hanya 5%yang tergolong sehat,  80% yang tergolong kurang sehat dan 15% tidak sehat. Dari 60 jenis Lamun di dunia, perairan Indonesia adalah rumah bagi 13 jenis Lamun.

Jenis-jenis Lamun di Indonesia yaitu Enhalus acoroides, Halophila minor, Halophila decipiens, Halodule uninervis, Thalassodendron ciliatum, Halophila spinulosa, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Sringodium isoetifilium, Halophila ovalis, Cymodocea serulata, dan Thalassia hemprichii. Namun jenis-jenis lamun yang sering dijumpai di perairan Indonesia adalah Enhalus acoroides & Thalassia hemprichii.

Deskripsi : Tumpahan minyak bisa menjadi penyebab rusaknya padang Lamun I Sumber Foto : IG DSCP Indonesia
Deskripsi : Tumpahan minyak bisa menjadi penyebab rusaknya padang Lamun I Sumber Foto : IG DSCP Indonesia
Ancaman terhadap pertumbuhan Lamun bisa berasal dari sedimentasi dan polusi akibat : Hilangnya tumbuhan mangrove, polutan & limbah kimia, dan buangan minyak dari kapal. Adapula karena penyakit yang timbul pada organisme yang tinggal di padang Lamun karena air laut yang sudah tercemar. Juga rendahnya kesadaran masyarakat pesisir akan pencemaran air laut membuat padang Lamun kurang diperhatikan.

Kondisi juga diperburuk dengan penurunan luas area padang Lamun melalui alih fungsi kawasan pesisir yang tidak tepat seperti reklamasi, pembangunan pelabuhan baru, dll. Selain itu penurunan kualitas air laut karena limbah dan praktik penangkapan ikan yang merusak seperti bom, racun, dll.

Apa yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan Duyung & Lamun ? Kita dapat pelajari dan sebarkan informasi tentang Duyung dan Lamun untuk tingkatkan kepedulian orang-orang di sekitar (contohnya dengan menyebarkan artikel ini). 

Jangan lupakan laporkan kematian Duyung dan pencemaran di padang Lamun ke aparat setempat. Kita juga harus turut andil dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama ke laut. Dukung upaya konservasi Pemerintah Indonesia, salah satunya melalui DSCP Indonesia, serta dengan menghindari membeli bagian tubuh Duyung yang mentah ataupun yang telah diolah seperti air mata duyung, taring Duyung, dll.

Apa itu DSCP indonesia?

DSCP (Dugong and Seagrass Conservation Project) Indonesia merupakan program konservasi untuk meningkatkan efektivitas konservasi Duyung & ekosistem Lamun di Indonesia. Programnya dijalankan melalui; Penguatan dan pelaksanaan “Rencana Aksi Konservasi" tingkat nasional untuk Duyung dan habitatnya Lamun, Peningkatan kesadartahuan dan penelitian di tingkat nasional tentang Duyung dan Lamun, dan Pengelolaan dan konservasi Duyung dan Lamun berbasis masyarakat di masing-masing lokasi kegiatan (Bintan, Kotawaringin Barat, Tolitoli, dan Alor).

Deskripsi : DSCP Indonesia merupakan program konservasi yang melibatkan berbagai pihak I Sumber Foto : DSCP Indonesia
Deskripsi : DSCP Indonesia merupakan program konservasi yang melibatkan berbagai pihak I Sumber Foto : DSCP Indonesia
Program konservasi dilaksanakan sebagai kerjasama Direktorat Konservasi & Keanekaragaman Hayati Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Institut Pertanian Bogor, dan Yayasan WWF-Indonesia dengan dukungan dari United Nations Environment Programme - Global Environment Facility (UNEP - GEF).

Masyarakat dapat mendukung kegiatan DSCP Indonesia melalui ; bagikan dan laporkan kepada DSCP Indonesia berupa cerita, foto, dan video tentang Duyung dan Lamun. Dapat pula dengan memantau informasi dan ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di fanpage DSCP Indonesia (DISINI), dan jangan lupa sebarkan informasi tentang Duyung dan Lamun dari DSCP Indonesia sebanyak banyaknya ke jejaring media sosial teman-teman.

Pastinya kita tidak ingin hanya dapat menyaksikkan Duyung & padang Lamun di televisi, youtube dan media lainnya seperti halnya Harimau Jawa. Untuk itu perlu peran serta masyarakat untuk membantu pemerintah dan DSCP Indonesia mensosialisasikan pentingnya menjaga Duyung dan melestarikan ekosistemnya yaitu salah -satunya Asrinya Padang Lamun.

------------------------------------------------------

Sumber Informasi : DSCP Indonesia (Fanpage, Instagram, & Infografis)

.

Salam Hangat Blogger Udik dari Cikeas - Andri Mastiyanto

Web [ DISINI ] , Blog [ DISINI ] , Twitter [ DISINI ] , Instagram [ DISINI ]

Email : mastiyan@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun