Perkampungan, komplek penduduk kelas menengah ke bawah, rumah susun milik/sewa pastinya tidak asing dengan keberadaan warung. Toko berukuran kecil ini (warung) mudah dikenali yang letaknya di muka rumah yang mudah kita temui di gang-gang, persimpangan, dan sudut-sudut hunian penduduk. Sudah bukan sesuatu yang aneh setiap gang memiliki minimal satu buah warung. Bisa jadi salah-satunya berkonsep 'Rumah Pangan Kita' program jaringan pemasaran Perum BULOG.
Keberadaan warung saat ini disaingi oleh mini market yang terletak di muka jalan raya dengan harga yang kompetitif. Selain harga, ada faktor lain kenapa masyarakat perkotaan berpindah belanja dari warung ke mini market yaitu fasilitas dan kelengkapan produk serta design ruangan layaknya supermarket berukuran mini. Warung yang menjadi penghasilan tambahan keluarga satu persatu gulung tikar karena membanjirnya mini market di muka jalan utama bahkan antar mini market saling berhadap-hadapan / bersebelahan.
Dalam beberapa hari kedepan, masyarakat Muslim dan penganut Agama Lain akan bertemu bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pastinya membuat keluarga di Indonesia mulai mempersiapkan diri dari sisi finansial. Bulan mulia bagi umat Muslim ini akan meningkatkan pembelian produk bahan kebutuhan pokok. Pada bulan Ramadhan, stigma masyarakat bahwa harga bahan kebutuhan pokok akan naik, tetapi anehnya tidak menurunkan niat untuk belanja. Daya beli masyarakat ini akan berimbas ke warung-warung, mini market, super market dan hyper market.
Daya beli masyarakat menjelang dan tepat di bulan Ramadhan akan berimbas kepada omset para pedagang. Warung yang sepi pembeli akan meningkat jumlah customernya. Ada sisi psikologis yang berbeda ketika kita belanja di warung dengan mini market yaitu interaksi antara penjual dan pembeli lebih intens. Program 'Rumah Pangan Kita' yang diluncurkan oleh Perum Bulog bisa menjadi jalan bagi pemilik warung untuk naik kelas, peningkatan omset dan mampu bersaing dengan mini market dalam menjual kebutuhan pokok.
KITANgopiwriting Bersama BULOGÂ
Ngopi sambil berdiskusi yang disebut dengan kopiwriting merupakan program Kompasiana yang mempertemukan brand/stake holder dengan suasana yang santai. Konsep ini menurut daku cukup tepat, karena terjadi hubungan psikologis dimana tidak ada jarak bahkan bagaikan teman sehingga unek-unek dan pertanyaan bisa disampaikan kepada brand / stake holder yang terlibat di acara ini.
Kopiwriting kali ini pada hari Kamis, 3 Mei 2018, mengambil lokasi di Kanawa Coffee, Jakarta Selatan. Kami Kompasianers dipertemukan dengan Perum BULOG dimana hadir Bapak Tri Wahyudi Saleh, Direktur Komersial Perum BULOG dan jajarannya. Perum BULOG mensosialisasikan bisnis komersial BULOG dan Produk KITA kepada kami para blogger Kompasiana (Kompasianers) yang hadir agar nantinya bisa disebarkan pengetahuannya ke masyarakat luas.
Direktur Komersial Perum BULOG yang murah senyum ini menambahkan informasinya bahwa BULOG memiliki beberapa unit bisnis komersial dan anak perusahaan. Unit Bisnis (UB) yang dimiliki BULOG yaitu UB Jastasma, UB Opaset, UB Retail, UB Industri. Adapun Anak Perusahaan (Anper) dengan kegiatan Bisnis yang bergerak pada industri logistik yaitu PT. Jasa Prima Logistik BULOG (PT. JPLB).
Perum BULOG juga telah memiliki produk komersil yang sudah di launching oleh BULOG yaitu brand 'KITA' yang sudah bisa didapatkan di retail-retail seperti Transmart dan Carrefour. Brand ini diapresiasi oleh Bapak Presiden pada saat meninjau gudang BULOG di Kelapa Gading.