Dalam beberapa pekan terakhir daku bisa bertemu dengan para inovator yang mengispirasi. Hari rabu lalu ( 6/12/2017 ) bertemu dengan Marshall Pribadi sang pelopor Digital Identity di Indonesia, dua tahun lalu sempat bertemu Andrew Darwis sang pendiri Kaskus dan 4 tahun lalu mengenal Kang Pepih yang membawa Kompasiana ke dunia online.
Itu sebagian orang-orang yang inovatif dan inspirational dalam dunia teknologi yang pernah daku temui. Â Nah kali ini daku berkesempatan mengenal Father Of G-Shock ''Â Kikuo Ibe'' pada tanggal 7 Desember 2017, di Plaza Kuningan, Jakarta. Bapaknya G-Shock ini merevolusi cara pandang konvensional dan bahkan menetapkan standar baru mengenai sebuah jam tangan.
Ketika Kikuo Ibe Melahirkan Casio G-Shock
The Father Of G-Shock ini telah menjalani karir di Casio lebih dari 40 tahun. Ibe saat ini berperan sebagai Advisory Engineer For Product Strategy Planning Timepiece Product Division di Casio. Pria inovatif ini lebih suka dikenal sebagai manusia dari zaman analog walupun mengembangkan product digital. Dirinya dan tim telah mengembangkan lebih dari 3.200 model dan warna G-Shock yang tersebar diseluruh dunia.
Daku mendapatkan kesempatan bertemu dan mendengarkan kisahnya ketika diri nya pada hari kamis, 7 desember 2017, di acara Blogger dan Media Gathering di Plaza Kuningan, Jakarta, Indonesia. Ia hadir di Jakarta sebagai bagian tapak tilas 35 tahun usia inovasi G-Shock.
Kami yang hadir dibuat kagum karena keinginan Ibe menggunakan Bahasa Indonesia walaupun terbatah-batah saat mengkisahkan perjalanan hidupnya melahirkan teknologi jam tangan Casio G-Shock yang dikonsep pada tahun 1981 - 1983. Bagi daku apa yang dilakukan oleh Ibe bisa menjadi pembelajaran bagi kaum muda bagaimana diri kita bertamu ke rumah orang.
Ibe mengkisahkan bagaimana dirinya awalnya melahirkan G-Shock yang merupakan jam tangan yang kuat dan tahan banting. Dengan ilustrasi seperti komik, Ibe dengan Bahasa Indonesia yang kurang lancar menceritakan dimana secara tidak sengaja memecahkan jam tangan hadiah dari ayah nya. Saat kejadian itu ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas (SMA) selepas pulang dari kelulusan ujian masuk.
Jatuhnya jam tangan itu mengakibatkan kerusakan. Karena hal itu membuat dirinya memiliki sebuah ide untuk membuat sebuah jam tangan yang memiliki body yang tidak mudah rusak ketika terjatuh. Ia pun tanpa pantang menyerah membuat prototipe dari ide dan impiannya tersebut. Untuk menghadirkankan impiannya tersebut tidaklah mudah.