Dunia saat ini mengalami transformasi menuju kehidupan yang serba digital. Tidak terbantahkan bahwa perkembangan tehnologi informasi (TI) dan digital merupakan agen perubahan perilaku. Satu-persatu sistem kerja konvensional digantikan dengan digitalisasi. Apa yang daku lihat contohnya ialah pembayaran atau pembelian barang / jasa diarahkan menggunakan e-money ( e-toll, flazz card, dll ).
Bukti catatan dan legal form ini membutuhkan tanda tangan dari individu sebagai bukti sah nya sebuah laporan / transaksi / surat menyurat / dll. Hasil legal form agar bisa diteruskan ke beberapa pihak maka dokumen tersebut di fotocopy lebih dari satu lembar. Yang terjadi kemudian ialah jutaan lembar kertas dalam setahun yang harus dikeluarkan oleh satu perusahaan. Tetapi apakah tanda tangan yang telah di fotocopy itu aman !!!...
Tidak hanya legal form, saat ini setiap individu dapat membuat beberapa akun media sosial, alamat email, hingga memiliki lebih dari satu nomor telepon. Masih banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa hal tersebut dapat menimbulkan masalah dalam keamanan identitas, karena kekuatan hukumnya lemah. Bagi individu-individu yang tidak bertanggung jawab dengan identitas ganda tersebut dapat digunakan untuk tindak kejahatan.
Itulah alasan kenapa seorang anak muda kelahiran tahun 1990 bernama Marshall Pribadi yang merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) memutuskan untuk membuat startup identitas digital bernama PrivyID. Perkembangan dunia digital hingga saat ini penuh dengan resiko. Hal ini yang mungkin membuat Marshall menghadirkan PrivyID di tahun 2016.
Sebuah kesempatan luar biasa Daku sebagai blogger dapat berkomunikasi dengan Marshall Pribadi sebagai anak muda yang inspiratif dan mampu memberikan dampak positif. Oke guy's ini ulasan daku menyangkut PrivyID dari informasi Marshall dan sumber lainnya.
Perjalanan PrivyID
Identitas Digital PrivyID tidak lepas dari perjalanan hidup founder dan CEO startup tersebut yaitu Marshall Pribadi. Sebuah peristiwa di tahun 2013 dimana dirinya dalam mengurus administrasi pelayanan di Rumah Sakit. Kejadian ini menjadi momen yang tidak ia lupakan dan menghadirkan PrivyID kedepannya.
Kisah tersebut berawal ketika dirinya dalam kondisi sakit dan penuh kebingungan berada di rumah sakit, ia diinstruksikan untuk mengisi formulir pendaftaran berlembar-lembar sebelum menerima perawatan sebagai pasien baru. Kertas dan kertas yang ia hadapi, apakah tidak ada yang lebih simpel dan praktis untuk mendapatkan identitas dari pasien baru.
Pada bulan oktober 2014, Marshall meyakinkan para profesor dan teman-temannya menyangkut sebuah ide identitas digital yang nantinya akan menjadi PrivyID. Kemudian dibulan November 2014 ia menyampaikan ide tersebut kepada 15 investor yang hadir di eksebisi tech in Asia di jakarta. Ternyata di acara tersebut PrivyID belum ditakdirkan mendapat pendanaan, para investor belum tertarik.