Sosok Kartini yang membangun pusat pendidikan setelah menikah mencontohkan bahwa ia tidak berpangku tangan melihat keadaan disekitarnya tetapi menggerakkan diri. Tidak hanya Kartini terdapat sosok Kartika di Jawa Barat, Ki Hajar Dewantoro di Yogyakarta dan pahlawan pendidikan lainnya yang menggerakkan dirinya untuk memperjuangkan pendidikan yang ada di depan mata mereka. Gotong Royong sebuah kunci dimana masyarakat membantu mereka menelurkan pendidikan tersebut.
Di kesempatan yang berbeda di tanggal 22 desember 2015, bertempat di Gedung The East lingkar Mega Kuningan Jakarta Selatan, Kompasiana dan IndonesiaX menyelenggarakan Kompasiana Coverage yang bertajuk "Peran Online Education dalam Pembentukan Karekter bangsa". IndonesiaX merupakan online courses salah satu dan pertama yang menggunakan metode massive open online course (MOOC) di Indonesia yang betul-betul independent dimana tidak berbayar atau gratis.
Platform Indonesia X menyediakan kursus2 yang tidak hanya akademik tetapi juga life skill dimana komposisinya akademik 30 persen dan life skill 70 persen. Pendidikan itu bukan berarti sekolah formal, kursus juga merupakan pendidikan. Apa yang dilakukan Indonesia X dengan mengumpulkan para ahli bergotong royong dengan kursus gratis merupakan terobosan yang patut di apresiasi.
Selain itu daku pernah mengunjungi sebuah konsep sekolah asrama dengan sistem dimana para lulusan sekolah asrama itu dianjurkan untuk menyisihkan penghasilannya ketika sudah berkerja untuk membantu adik kelasnya. Sekolah asrama itu yaitu Sampoerna Boarding Schooll. Awalnya daku mengira sekolah ini menggunakan sistem biasiswa ternyata sekolah ini menyebutnya dengan Program Pembiayaan Lunak. Program pembiayaan lunak ini berasal dari perusahaan atau lembaga pendonor tetapi setelah lulus dan bekerja diharapkan para alumni berpartisipasi.Â
Daku pernah membaca tentang Indonesia Mengajar dimana gerakan ini merekrut, melatih, dan mengirim generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun. Pelopornya, Anies Baswedan memulai gerakan Indonesia Mengajar pada tahun 2009 untuk menjadi lebih dari sekadar program, tetapi sebagai gerakan untuk mengajak bersama masyarakat yang berikhtiar untuk ikut berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud upaya melunasi janji kemerdekaan.
Indonesia Mengajar (IM) percaya bahwa pendidikan dasar untuk anak-anak diseluruh pelosok Indonesia wajib disampaikan dan didampingi oleh generasi terbaik bangsa. Didasari juga oleh janji kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka IM mengambil inisiatif untuk mendampingi sekolah dasar–sekolah dasar di berbagai pelosok Indonesia dengan merekrut, membekali,dan menempatkan sarjana-sarjana terbaik bangsa yang memiliki semangat mengabdi untuk mengajar di sebuah SD selama satu tahun. Para pemuda yang dikirim sebagai guru sekolah dasar (SD) ke daerah disebut sebagai Pengajar Muda.
Masih banyak contoh lain di masyarakat bagaimana masyarakat bergotong royong memajukan pendidikan.Â
**oo00oo**
Â
Ki Hajar Dewantara menyebut sekolah yang didirikannya dengan nama Taman Siswa. Ia membangun Taman Siswa bukan bagian dari sekolah negara tetapi usahanya membantu bangsa ini menelurkan sebuah tempat belajar. Sama seperti  kelahiran Muhammadiyah yang mengajak murid-murid pertamanya gotong royong membangun tempat pendidikan anak-anak.Â
Konsep taman adalah tempat dimana anak-anak berada dengan rasa yang menyenangkan. Anak datang  ke taman dengan  senang hati, dan berada di taman  juga dengan senang hati. Pada saat harus meninggalkan taman maka anak merasa berat. Sekolah yang menyenangkan bagi siswa memilki karakter. Ada baiknya sekolah melibatkan semua komponen, baik dari guru, orang tua dan siswa dalam proses pembelajarnya relevan dengan budaya gotong royong.