Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kebutuhan Taman Lingkungan Perumahan di Pemukiman Padat Penduduk

28 September 2015   08:31 Diperbarui: 30 September 2015   12:43 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Deskripsi : Taman Lingkungan Perumahan / Sumber Foto : Jakarta.go.id"][/caption]

Menghilangnya Taman Lingkungan Perumahan membuat anak-anak usia dini dan remaja menggunakan jalan setapak, jalan akses kendaraan dan  tempat permakaman umum (TPU) sebagai tempat bermain. Gambaran tersebut terlihat di lingkungan RT.004 / RW 02 Kelurahan Pondok-Pinang, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta-Selatan. Sedih melihatnya ketika saya “pulang kota” ke Pondok-Pinang hari sabtu (26/09/15)  dimana sudah jarang terlihat anak-anak usia dini dan remaja bermain dalam kelompok besar seperti yang saya rasakan di akhir tahun 90an. Saat ini saya sudah tidak tinggal di Jakarta, bermigrasi ke pinggiran Jakarta di daerah Cikeas Udik ke tempat yang lebih asri dan tenang, suasana dimana banyak orang Jakarta idamkan.

Hilangnya Taman Lingkungan Perumahan sudah menjadi gambaran umum di kota metropolitan Jakarta yang padat penduduk, dimana yang dulunya tempat bermain berubah menjadi rumah kontrakan atau bangunan permanen. Masa-masa ketika akhir 90an dimana saya masih menikmati bermain petak umpet, gobak sodor, ular tangga panjangngnya, loncat karet, dan permainan tradisional berkelompok lainnya yang tidak bisa dirasakan oleh anak-anak generasi sekarang di tanah dimana saya dibesarkan.

Ketika mengingat kenangan masa lalu pada saat saya masih berlarian bersama teman-teman dengan celana pendek dan kaos oblong mengejar bola, saling sikut dan bahkan secara tidak sengaja maupun sengaja menyakiti teman sepermainan. Bermain pada saat hujan dengan menikmati air yang yang mengalir dari kepala turun ke ujung kaki membuat basah kuyub sambil tertawa riang bersama teman-teman dilapangan yang becek, itu sebuah memori yang tidak terlupakan. Pakaian yang kotor pada saat selesai bermain dan saat pulang dimarahi orang tua itu sebuah cerita apabila saat ini saya pahami hal tersebutlah yang mendekatkan saya dengan orang tua saya sekarang. Apakah anak-anak di Pondok-Pinang sekarang merasakan ????...

Anak-anak usia dini dan remaja di Pondok-Pinang saat ini tidak seperti yang saya rasakan di masa lalu dimana kami dapat bermain berkelompok  tiap hari dan tidak berbayar / gratis. Saat ini ketika anak-anak ingin bermain bola futsal dan sepakbola harus menyewa lapangan karena sudah tidak tersedianya Taman Lingkungan Perumahan untuk bermain. Untuk bermain permainan tradisional pun hanya tersedia jalan-jalan akses warga yang membahayakan dan menganggu pengguna jalan.

Setiap anak membutuhkan ruang dan waktu untuk mengaktualisasi diri dan mengekspresikan keadaan bathin mereka. Mereka butuh teman bermain dan jangan biarkan anak menjadi pribadi yang penyendiri dan hanya bergaul dengan gadget. Lantas bagaimana dengan wahana bermain di pusat perbelanjaan dan taman air yang saat ini marak bermunculan di buat oleh pelaku usaha. Apakah itu bagian dari pada solusi ???

Keberadaan wahana bermain di pusat perbelanjaan dan taman air tersebut, bukan solusi yang tepat dari persoalan yang ada. Apabila para orang tua harus terus menerus mengeluarkan biaya untuk kebutuhan bermain anaknya dan  anak-anak terus bermain di pusat-pusat perbelanjaan dan taman air secara terus menerus, yang terjadi dapat mengganggu perkembangan tumbuh kembang anak. Sebab anak selayaknya bisa bermain di alam terbuka dan berinteraksi dengan teman sebaya dilingkungannya agar ketika dewasa dapat dengan mudah beradaptasi dan tidak egois.

Jakarta membutuhkan tambahan Taman Lingkungan Perumahan tidak berbayar / gratis yang layak dikunjungi dan digunakan untuk bermain berkelompok oleh anak-anak usia dini dan remaja. Tidak harus yang representatif seperti Taman Suropati , Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Taman Monas dan Lapangan Banteng yang berada di wilayah Jakarta Pusat. Untuk di Jakarta Timur terdapat Taman Kota Rio-Rio dan Hutan Kota Cijantung. Sementara di Jakarta Selatan, ada Taman Puring, Taman Leuser,Taman Langsat dan Taman Ayodya. Sedang di Jakarta Barat ada Hutan Kota di Joglo , Taman Srengseng Sawah, dan Taman Kebon Pisang. Kepadatan penduduk di pemukiman padat di DKI Jakarta contohnya  Kelurahan Pondok-Pinang dimana setiap Rukum Tetangga (RT) rata-rata berpopulasi 250 s/d 300 KK layaknya memiliki satu buah Taman Lingkungan Perumahan seukuran lapangan bulutangkis agar anak-anak usia dini dan remaja dapat bermain dengan teman sebaya dilingkungannya dan berinteraksi secara berkelompok

[caption caption="Deskripsi : Kerapatan Rumah di Pondok-Pinang / Sumber Foto : Google Map"]

[/caption]

Lapangan tersebut tidak hanya dapat digunakan untuk interaksi anak-anak usia dini dan remaja tetapi juga dapat merekatkan tali silahturahim orang tua yang mengawasi anaknya bermain, lokasi rapat Rukun Tetangga (RT), lomba Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, nonton bareng dan menjadi ruang publik kota untuk semua. Ruang publik kota untuk semua dapat mewujudkan rasa kebersamaan, silahturahim antar warga dan mencegah konflik horizontal.

Saya tidak mampu menstransfer apa  yang saya rasakan menyangkut kenangan masa lalu ketika masih menikmati Taman Lingkungan Perumahan kepada anak-anak Pondok-Pondok Pinang usia dini dan remaja saat ini. Mungkin apabila memori ku dapat ditransfer ke otak mereka melalui tehnologi jaringan cyber brain, bisa jadi mereka mengatakan “Sungguh indahnya masa kecil kamu, kenapa kami tidak merasakannya !!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun