BOGOR, Kompasiana.com - Sebuah perjalanan yang memberi kesan, itu yang saya rasakan untuk perjalanan kali ini. Perjalanan yang memberi arti apa itu teman seperperjalanan, bersama, peduli dan saling bantu. Kaki saya menjejakkan di curug Cikaracak bersama teman-teman dari komunitas Backpacker Jakarta yang berjumlah 60 orang dengan menyewa angkot sebanyak 6 buah pada hari minggu tanggal 31 Mei 2015. Titik kumpul / Meeting Point (Mepo) di depan stasiun Bogor dimana kemudian dilanjutkan dengan angkot menuju desa Cibening atau Cinagara tempat dimana lokasi curug Cikaracak berada.
Komunitas Backpacker Jakarta (BPJ) adalah komunitas travelling yang bergaya cost sharing / patungan yang terorganisir dan dalam membuat perjalanan di rencanakan serta dilakukan secara group. Komunitas ini dalam 1 (satu) minggu dapat melakukan aktifitas travelling paling sedikit 2 (dua) destinasi. BPJ dalam melakukan perjalanan / trip yang resmi selalu dipublikasikan di group Facebook atau Twitter, apabila ada member yang melakukan perjalanan bersama group kecil tanpa izin Admin BPJ walaupun itu dengan member BPJ maka itu tidak dianggap sebagai trip yang diadakan oleh BPJ. Admin BPJ selalu menunjuk beberapa koordinator trip dalam menyelenggarakan Trip, ini dilakukan agar dapat lebih terorganisir dan terkontrol dengan baik.
Petualangan ini diawali dengan menikmati goyangan angkot dan tawa riang bersama. Menikmati angkot dengan teman seperjalanan ternyata sebuah kenikmatan tersendiri, warga perkotaan mungkin sudah bosan ketika mereka selalu berdiskusi dengan gadget sendirian. Canda, tawa, saling ledek antar manusia tetapi dengan batasan itu yang mebuat perjalanan menjadi hidup walaupun gadget menempel ditangan. Kami berangkat pukul 09.30 WIB dimana lama perjalanan dengan angkot dari stasiun bogor menuju desa Cinagara sekitar 2 jam, bukanlah sesuatu yang melelahkan.
Setibanya rombongan di desa Cinagara, kami disambut tempat parkir dengan sampah-sampah yang berserakan. Pada saat itu otak saya membayangkan bahwa ini sebuah trekking dengan sampah-sampah, tetapi ternyata tidak. Hanya di lokasi pemukiman penduduk saja sampah berserakan dan masyarakatnya kurang tanggap terhadap kebersihan yang sebetulnya mereka sebagai pintu gerbang wisata ke curug cikaracak. Didekat parkiran terdapat masjid dengan toilet yang pintunya sudah copot, apabila curug cikaracak mulai booming / populer maka ada baiknya pemda setempat memperhatikan masalah ini. Karena kehadiran para wisatawan akan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat sekitar.
Trekking menuju Curug Cikaracak dimulai dengan melewati sawah padi dan ladang serta tidak lupa sungai dengan air yang jernih melewatinya. Banyak sekali batu-batu gunung berada di tengah dan bibir sungai dengan pancaran sinar matahari membuat makin eksotik pemandangan siang itu. Bagi warga perkotaan seperti saya, ini merupakan pemandangan yang langka dan memberi rasa menyenangkan. Setelah berjalan setengah jam melewati sawah, ladang dan sungai kemudian kami dipertunjukkan lukisan alam berupa bukit-bukit hijau dan kabutnya yang saat itu menimbulkan kata "SEMPURNA"
1. Sewa Angkot Berangkat PP Rp.400.000 X 6 = Rp 2.400.000
2. Sumbangan kebersihan Masjid Rp 150.000
3. Parkir Rp 80.000