Dear Bapak Presiden Jokowi yang baik dan sabar,
Kami bisa merasa tentu susah yang Bapak rasakan saat harus cermat dalam memutuskan menaikkan iuran BPJS masyarakat. Karena Bapak paham, bahwa negara hadir menjamin hak dasar rakyat, utamanya kesehatan.Â
Seperti di beberapa negara maju, jaminan kesehatan masyarakat diberikan negara dengan mudah. Namun pendapatan negara kita terbatas dan harus dibagi - bagi untuk kebutuhan penting lainnya seperti peningkatan ekonomi, pembangunan infrastruktur, pendidikan dan pertahanan negara.Â
Keputusan menaikkan BPJS menimbulkan pembicaraan pro dan kontra di masyarakat. Sebagai rakyat, kami melihat langsung, masih banyak sekali saudara kita yang belum terurus sistem kesehatan negara karena tidak bisa mengikuti aturan dalam sistem BPJS; bukan karena mereka tidak mampu membayar saja, tapi  juga mereka tidak memiliki KTP karena tinggal di pedalaman, orang gila, mental retarded, manula miskin, anak - anak broken home dan sebagainya.Â
Masih ada saudara kita yang meninggal karena kehausan dan kelaparan di pasar tradisional beberapa bulan lalu, masih ada ibu - ibu ayan tergeletak di jalanan tengah malam beberapa minggu kemarin yang dijumpai teman kami.Â
Kami hanya bisa membantu menolong mereka semampu kami dengan keterbatasan. Menguburkan, membuatkan tahlilan juga meminggirkan dan melaporkan ke aparat negara, masih saya jumpai anak anak usia SD yang stunting dan sakit mata di bukit sebuah Gunung. Oleh sebab itu, kami memahami tanggung jawab Bapak tentu sangat berat kepada rakyat dan Tuhan YMK, kami hanya dapat membantu Bapak dengan mencoba memikirkan alternatif solusi dengan keterbatasan informasi.Â
Selain itu, karena negara kita sudah bukan lagi negara ekonomi terbelakang, bahkan boleh dibilang sudah masuk kategori negara maju, maka kecenderungan jenis Penyakit di negara maju terefleksi pada jenis penyakit yang membebani costs BPJS, yakni Penyakit Tidak Menular (PTM). Di Amerika sejak kurang lebih 10 tahun terakhir, Pemerintahnya sudah melihat bahwa Penyakit Tidak Menular adalah bom waktu, sehingga Pemerintah Amerika membuat sebuah Lembaga Khusus yang mengurus serius usaha Pencegahan PTM yang dikenal dengan "American College of Sports Medicine" dan Gerakan nasional "Exercise is Medicine".Â
Masalah pencegahan PTM ini menurut kami bukan sekedar manajemen pencegahan penyakit saja, tapi jauh lebih luas dari itu, yakni sinergi dan koordinasi antar lembaga, karena usaha Pencegahan PTM perlu melibatkan kerja multi sektor, seperti Pemerintah Pusat dan Daerah, Sinergi BUMN/D, private sectors khususnya dibidang kesehatan dan lainnya.Â
Bagaimana Pemerintah dapat membuat Gaya Hidup Sehat sebagai kebiasaan masyarakat tidak dapat dicapai dengan sekedar membuat banyak Program Penyuluhan kesehatan saja, atau membuat lomba acara olahraga yang sifatnya ad hoc. Ini menyangkut juga bagaiamana penataan kota menjadi walkable city, dengan trotoar dan penyediaan infrastruktur yang mendukung aktivitas fisik warganya. Bahkan di Amerika Pemerintahnya mengadakan lomba Most Active Cities.Â
Ini juga usaha bagaimana Pemerintah dapat mendukung keberlangsungan bisnis private sectors kesehatan agar mereka dapat mendukung Program Pencegahan PTM, misalnya pengadaan obat murah, pemberian insetif bagi dokter yang meresepkan olahraga. Pada prinsipnya kami mendukung kebijakan Bapak menaikan iuran dan mensubsidi rakyat yang tidak mampu.Â
Konsep Gotong Royong menurut kami bukan 'memaksakan' atau 'memberatkan', tapi bagi yang berkelebihan uang dengan sadar (diberi kesadaran) secara sukarela menolong yang lemah atau tidak mampu. Artinya untuk barang / jasa / standar pekerjaan yang sama, bagi yang mampu memberikan uang (membayar) lebih besar dari nilai yang seharusnya (harga pokok) untuk meringankan yang kurang atau tidak sanggup membayar harga pokok. Berapa besarnya sumbangan gotong royong? Hakikatnya sukarela, tapi dapat juga diberi pengertian besarnya disesuaikan penghasilan.Â