Pernah dengar istilah "cyber cime" atau dalam bahasa Indonesia-nya "kejahatan dunia maya"? Di era dimana kemajuan teknologi dan komunikasi yang pesat ini pastilah kita cukup sering atau juga pernah mendengar istilah tersebut.Â
Sebagaimana dikutip dari website-nya European Commission bertajuk "Cybercrime", EC mendefenisikan cyber crime yaitu, "Cyber crime atau kejahatan dunia maya itu terdiri dari tindakan criminal yang dilakukan daring (dalam jaringan) dengan menggunakan jaringan komunikasi elektronik dan sistem informasi".Â
Kejahatan yang masih dibilang baru ini, bisa kita saksikan contohnya di film-film. Ada banyak film yang bisa kita tonton untuk melihat bagaimana rupa cyber crime. Anda bisa menonton  Skyfall (2012), Eagle Eye (2008), Snowden (2016), dan masih banyak lagi.Â
Ada juga film Live Free or Die Hard tahun 2007 yang bisa dijadikan gambaran cyber crime yang mana akan saya ceritakan filmnya bagi yang belum pernah menonton film yang dibintangi oleh Bruce Willis ini. Bagi yang sudah menyaksikan film ini, pasti bisa melihat rupa cyber crime.Â
Film ini tentang sekumpulan penjahat pecinta teknologi yang membuat plot aksi teror berbasis teknologi tinggi untuk mengacaukan sistem infrastruktur suatu negara (sebab dewasa ini sistem pemerintahan berbasis komputer dan jaringan).Â
Namun sebelum mengeksekusi rencana mereka, kelompok jahat ini lebih dulu menghabisi hacker-hacker profesional supaya tidak ada yang menghalangi. Jadi sang detektif John McClane (Bruce Willis) ditugaskan untuk mengamankan salah satu yang tersisa Matthew Farrell.
Upaya mengamankan Farrell tidaklah mudah. Sebab, Farrell sudah jadi target berikutnya untuk dibunuh saat McClane menghampirinya. Namun dengan pengalamannya sebagai polisi, McClane berhasil mengamankan Farrell dan membawanya ke Washington.Â
Kesal dengan ulah sang detektif, Gabriel (villain utama) memerintahkan kelompoknya untuk mengacaukan toko-toko dan moda transportasi (darat, laut, serat udara) disana (untuk mempersempit gerakan si detektif dan si hacker), basis keuangan dan komunikasi, fasilitas umum (termasuk gas, air, listrik, dan nuklir dan segala yang terhubung dengan komputer) juga tak luput dari jamahan Gabriel cs.Â
Pihak kepolisian lalu turun tangan mengamankan dua orang tadi dengan membawa mereka ke markas FBI. Malang bagi mereka, rupa-rupanya data kepolisian dan FBI-pun sudah di bawah kendali Gabriel, sehingga mereka kemudian diserang kembali. Namun lagi-lagi duo tersebut masih selamat karena aksi sang detektif.
Gabriel naik pitam dengan mengumumkan sebuah pesan yang bahwa akan ada ledakan beruntun di beberapa gedung pencakar langit di US. Berita itu membuat publik panik.
Farrell, pertahanan hacker terakhir, segera sadar akan cara Gabriel membuat ledakan, yaitu dengan memanfaatkan power grid. Benci dengan rencana sang villain, duo tersebut pergi ke West Virginia (letak ruang kontrol power grid) untuk menggagalkan rencana tersebut.