Mohon tunggu...
Rakha Maulana Aprilianto
Rakha Maulana Aprilianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FISIP UHAMKA

Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UHAMKA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Muslim: Perlu Pilah-Pilih Pemimpin yang Sesuai dengan Perspektif Islam

13 Juli 2023   10:45 Diperbarui: 13 Juli 2023   11:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hiruk pikuk pelaksanaan pemilihan umum atau yang biasa disebut Pemilu khususnya di Indonesia, baik dari pemilu kepala daerah, legislatif dan presiden serta wakil presiden, diselenggarakan dalam rangka untuk memenuhi peraturan negara yang ada dan merupakan praktek politik untuk mengisi kekosongan selaku pemangku kebijakan yaitu pemimpin. Apabila melihat realita yang ada terutama di Indonesia, pemilihan umum  menimbulkan mudarat daripada maslahat yang didapatkan. Tentunya agama Islam perlu mengomunikasikan hal ini supaya menjadi motivasi dalam kehidupan umatnya, tidak terkecuali di dalamnya tentang bagaimana memilah-milih pemimpin sesuai dengan komunikasi Islam.

Namun jika ditilik lebih jauh, pelaksanaan pemilihan umum bisa diartikan lebih dari semata-mata menentukan atau memutar kepemimpinan. Bersamaan dengan konteks tersebut, apabila dikorelasikan pada substansi kemasyarakatan Islamiah, maka pemilihan umum perlu menjadi momen yang digunakan sebagai bahan penilaian, serempak dengan usaha pembetulan dan reparasi, serta revolusi ke jalan yang lebih baik, terutama kepentingan, kedaulatan, dan garis haluan umat Islam. Memilah-milih pemimpin merupakan salah satu aspek esensial dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara. Seorang pemimpin tentunya mempunyai peran yang amat besar terhadap menentukan tombak dan kebijakan yang kemudian menjadi pengaruh dalam kesejahteraan, kedamaian, dan keadilan masyarakat, tentunya hal tersebut tidak lepas dari sebuah komunikasi. Maka dari itu, agama Islam peduli betul dengan persoalan kepemimpinan supaya di masa yang akan datang dapat memberikan tuntunan yang jelas dan rinci tentang bagaimana perlunya umat Islam melihat pemimpin yang sesuai dengan kriteria sebagai seorang Muslim.

Karena pada hakekatnya, komunikasi Islam tentunya tidak bisa dibelahkan dari politik karena sebagai usaha pengamalan dari (musyawarah), Amar Ma'ruf Nahi Munkar, dan untuk memperwujudkan kesatuan dan menyebarkan amal kebaikan. Komunikasi Politik Islam berupaya dalam melibatkan perjuangan umat Islam untuk meneruskan kehidupan sesuai ajarannya, mencanangkan nilai agama, memberi jalan keluar inovatif dan solutif sehingga dapat menciptakan nilai dan kehidupan Islami pada tingkat pribadi, keluarga, serta berbangsa dan benegara.

Dalam substansi pemilihan umum, ada sebuah pelaksanaan dari masing-masing calon dalam menggaet suara rakyat yaitu ajang kampanye. Kita memahami betul kempanye politik sebagai usaha terorganisir yang mempengaruhi proses penentuan keputusan dalam kelompok atau individu tertentu. Tentu hal ini sejalan dengan proses pemilihan yang dilakukan oleh pemilih, banyak hal-hal yang menjadi aspek untuk diperhatikan supaya dapat acuan, di antaranya:

  • Memilih pemimpin pada pemilihan umum pada perspektif Islam merupakan upaya dalam menentukan pemimpin atau wakil rakyat yang memenuhi kriteria ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama dengan aspirasi umat dan kemajemukan bangsa.
  • Menentukan seorang pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan Imamah dan Imarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
  • Imamah dan Imarah dalam Islam yang mengutamakan kriteria yang sesuai dengan ketentuan agama supaya terciptanya kemaslahatan dalam masyarakat.
  • Menentukan pemimpin yang berakhlakul karimah, beriman dan bertaqwa, jujur (shiddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat, hukumnya adalah wajib.
  • Seperti halnya komunikasi dalam Al-Qur'an, memilih pemimpin perlu melihat secara penyampaian perkataannya yang benar dan membentuk atmosfer komunikasi yang penuh kedamaian supaya menciptakan komunikasi yang efektif dan efesien. Perkataan dan pembicaraan yang benar mencakup konteks isi dan tata bahasa pesan.
  • Pemimpin yang memberikan nilai kemaslahatan yang solutif dan penyempurnaan dari berbagai masalah yang ada di seluruh masyarakat.
  • Dalam menentukan pemimpin perlu melihat komunikasi Islam calon tersebut, yaitu yang mengajak manusia kepada koridor yang lebih mengutamakan kepada nilai-nilai kebaikan agama, sosial budaya, dan politik serta berkomitmen dengan nilai-nilai edukatif, persuasive dan tidak memaksa atau mengancam ataupun mengintimidasi seperti yang ada pada komunikasi qulan baligha yakni menyatakan sesuatu hal dengan penuh rangkian kalimat yang ringkas tapi penuh makna baik tersirat maupun tersurat, dilantunkan dengan cara bahasa yang indah, fasih dan tegas namun penuh kelembutan supaya mengenai sasaran rakyat.

Namun, berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, tentang urgensi memilah-milih pemimpin dalam memanfaatkan momentum kampanye pemilihan umum untuk menciptakan pemerintahan serta kepemimpinan yang berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan aspirasi masyarakat dan hajat bangsa. Oleh karena itu, menentukan pemimpin dan wakil-wakilnya di Parlemen menjadi elemen yang amat diperlukan. Jikalau seluruh warga negara, memiliki kesempatan  dalam menentukan dan telah terregistrasi secara pemilih yang legalitas. Dengan demikian, lebih baik untuk memanfaatkan hak pilihnya secara benar sesuai dengan perspektif Islam. Dalam substansi yang sesuai, pastinya hal tersebut bukan untuk merencanakan membentuk negara Islam, melihat bangsa ini (dalam konsep Muhammadiyah) telah dicetuskan sebagai darul ahdi wa syahadah, yang mana negara atas dasar konsensus bersama-sama. Namun, yang diharapkan adalah negara Indonesia yang bisa mewujudkan ajaran kebaikan agama yang berkedudukan pada nilai-nilai kemanusiaan luhur dan universal dengan perjuangan amanat konstitusional dan demokratis supaya dapat mewujudkan masyarakat madani yang dicita-citakan oleh umat. Kemudian lebih dari itu, sebagai seorang Muslim khususnya, menentukan maupun mencoblos pemimpin tidak hanya diniatkan untuk kepentingan dunia atau semata-mata menjalankan hak memilih dalam undang-undang yang disahkan dalam konstitusi, akan tetapi beritikad untuk menciptakan bangsa dan negara  Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur, Islam yang penuh Rahmatan lil Alamin, sekaligus harapan supaya setiap pemimpin dan wakil yang kita pilih dari proses kampanye sampai dengan pemilu dan kemudian terpilih merupakan mereka yang semoga agar diberkahi oleh Allah SWT dan mampu menjalankan serta mewujudkan kemaslahatan untuk semua rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun