Beberapa hari lalu publik sempat heboh akibat kematian aktivis penolak tambang pasir di Lumajang, Jawa Timur. Dia adalah Salim Kancil, petani penolak penambangan ilegal di Desa Selok Awar-Awar, Lumajang. Salim kancil dibunuh karena berusaha menolak tambang pasir disekitar tempat tinggalnya. Usaha penolakan tersebut berakibat fatal pada hilangnya nyawa Salim. Belum hilang memori pembunuhan aktivis masyarakat, negara kembali tidak menjamin keselamatan warganya. Bencana kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di Wilayah Sumatra dan Kalimantan menelan banyak korban jiwa. Kebakaran yang mengakibatkan negara Indonesia mendapat kritik keras dari negara tetangga sebut saja Malaysia dan Singapura.
Kritik tersebut diakibatkan sangat lambannya pemerintah Indonesia dalam mencegah kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini tidak hanya menimbulkan kerugian secara ekonomi, lingkungan, dan kesehatan, tetapi juga banyak menelan korban jiwa. Negara darurat kemanusiaan, itulah kesan yang ingin saya sampaikan kepada Presiden Jokowi. Pemerintah kurang serius dalam menjaga keselamatan warganya.
Dua kasus bencana kemanusiaan tersebut menjadi bukti yang nyata negara kabur dalam urusan nyawa warganya. Pemerintah dalam hal ini adalah Bapak Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia kurang antisipatif dalam kasus pembunuhan aktivis dan kebakaran hutan. Masyarakat mulai was-was akan kinerja pemerintahan Jokowi kedepan. Krisis kemanusiaan menjadi sangat fatal apabila diabaikan. Nyawa akan terus bertambah jika tidak ada usaha untuk menyelamatkan korban jiwa ataupun warga terkena dampak.
Kegalauan masyarakat akan bencana yang sering menimpa negara ini tak lain karena pemerintah lamban dalam menyelesaikan permasalahan kemanusiaan. Betapapun tingkat kepercayaan publik terhadap kinerja Jokowi semakin menurun, rakyat masih menunggu langkah-langkah solutif dari pemerintah untuk menyelamatkan warganya dari bencana krisis kemanusiaan. Tragedi bonsai politik yang terlalu dini untuk dimainkan dipentas negeri menjadi tontonan yang memuakkan.
Proses pergantian kepemimpinan sempat memunculkan semangat optimisme dari para rakyat Indonesia. Bapak Jokowi berangkat dari sebuah rakyat kecil yang menanjak menjadi seorang pemimpin lewat karir politik yang melejit. Ibu Megawati pernah menuliskan dalam Kata Pengantar Buku Jokowi Spirit Bantaran Kali Anyar “saya melihat dan merasakan, Jokowi bergerak dengan progam bukan dari atas ke bawah, tapi dari bawah ke atas. Dengan pendekatan melibatkan rakyat, pembangunan tampak tumbuh, bergerak ketas. Saya merasa dia seorang pemimpin yang mengayomi semua warga”.
Seluruh rakyat sudah lama menunggu pemimpin yang lahir dari rahim rakyat. Agar para pemimpin juga dapat merasakan penderitaan rakyat. Masalah kemanusiaan adalah tanggungjawab bersama untuk diselesaikan. Mengapa saya punya harapan kepada para pemimpin bangsa ini ? alasannya sederhana saja karena saya melihat banyak potensi dan sumber daya manusia yang berkualitas yang dimiliki bangsa ini untuk lepas dari bencana kemanusiaan. Negara ini hadir dalam rangka memakmurkan kehidupan rakyatnya.
Tujuan yang sudah lama termakhtub dalam preambule UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Menciptakan sebuah bangunan kemanusiaan dalam suatu pemerintahan merupakan tugas pokok dari seluruh elemen masyarakat. Jaminan keselamatan nyawa anak bangsa jangan selalu dikorbankan untuk keperluan kebijakan politik jangka pendek. Artinya negara perlu turun tangan dan cepat merespon segala bentuk kejahatan kemanusiaan baik itu bencana alam, pembunuhan, dan kejahatan kemanusiaan lainnya. Adalah sebuah bencana apabila sebuah pemimpin yang mengaku cinta kepada rakyatnya tetapi membunuh jutaan nyawa akibat kelalainnya. Tokoh perdamaian yang pernah lahir di dunia, Gandhi mengatakan “kita semua adalah satu. Ketika kau mengakibatkan penderitaan kepada orang lain, kau membawa penderitaan kepada dirimu sendiri. Ketika kau melemahkan orang lain, kau melemahkan dirimu sendiri, melemahkan seluruh bangsa”.
Sudah saatnya kita sebagai bagian dari warga dan masyarakat Indonesia harus bahu membahu menyelesaikan persoalan kemanusiaan ini. Kerja-kerja intelektual untuk memikirkan nyawa ribuan rakyat Indonesia dari berbagai krisis kemanusiaan yang terjadi setiap waktu. Kita harus bekerja secara kolektif untuk melangkah turun dari tumpuan dan membantu para korban bukan hanya menjadi pengamat. Menjadi bagian dari penderitaan mereka dan berbagi kisah akan kesedihan mereka agar tetap semangat dalam menjali sisa kehidupan. Bencana kemanusiaan bukan hanya sunatullah melainkan kelalaian dari umat manusia.
Setiap kejadian yang terjadi ada banyak pesan yang tersirat untuk dipahamai. Kasus Salim kancil memberikan pelajaran bagi kita semua untuk tidak mengeksploitasi alam secara besar-besaran. Ketika alam sudah diperkosa secara paksa yang terjadi adalah bencana alam yang merjalela. Kabut asap yang parah di alam Indonesia merupakan dampak dari kesengajaan manusia dalam memaksakan potensi alam untuk kepentingan individualis. Hak hidup banyak orang banyak yang direbut untuk kekuasaan absolut baik individu dan golongan. Sayangnya para pemangku kebijakan kurang merespon dan siaga dalam setiap kejadian yang merenggut nyawa rakyat. mengapa kasus Salim sering terjadi dan kebakaran asap tidak dapat ditanggulangi sehingga Indonesia tidak dicaci maki oleh negara sahabat. Selain itu penegakan hukum harus serius untuk ditegakkan kepada semua orang tanpa memandang jabatan, kekuasaan dan karir politik. Penegakan hukum dalam hal kemanusiaan masih lemah dijalankan. Sebagai penutup saya mencoba untuk tidak membebankan urusan ini kepada negara saja, tetapi kepada semua elemen baik masyarakat sipil, birokrat, militer, NGO, organisasi masyarakat, dan tentunya diri kita sendiri. Untuk bahu membahu mengawasi, menjaga keselamatan, dan menjadi relawan dalam setiap aksi kejahatan kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H