Mohon tunggu...
Rakhmi Ayu
Rakhmi Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa prodi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

rakhmi.ayu.handayani-2020@fisip.unair.ac.id

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandemi Covid-19 Membawa Kesulitan bagi Para Migran

24 Maret 2023   23:56 Diperbarui: 25 Maret 2023   00:12 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 merupakan peristiwa yang memberikan dampak buruk bagi semua kalangan, utamanya para migran yang bekerja di negara-negara yang juga menghadapi pandemi ini. Selain berdampak pada kesehatan, Covid-19 atau yang dikenal juga dengan virus corona menimbulkan dampak lain, salah satu di antaranya adalah dampak ekonomi. Banyak aktivitas ekonomi ditutup dan hanya sedikit orang yang dapat bekerja karena penerapan kebijakan lockdown dan social distancing di berbagai negara (Noveria & Romdiati, 2022). 

Kehilangan pekerjaan dan penghasilan yang menyebabkan kesulitan ekonomi merupakan salah satu dampak yang dirasakan oleh para pekerja migran di berbagai negara akibat kebijakan tersebut (Noveria & Romdiati, 2022). International Labour Office (ILO) mencatat bahwa secara umum lapangan pekerjaan yang menjadi mata pencaharian para pekerja migran adalah sektor-sektor yang paling parah terkena dampak Covid-19.

Pekerjaan para migran menempatkan mereka di garis depan paparan virus corona, seperti rumah sakit, panti jompo, dan pengepakan daging serta fasilitas pemrosesan makanan lainnya (Newland, 2020). Secara global, diperkirakan terdapat 164 juta pekerja migran, hampir setengahnya adalah perempuan, dan puluhan juta orang kembali ke negara asalnya karena kehilangan pekerjaan akibat pandemi Covid-19 (Noveria & Romdiati, 2022). Covid-19 juga telah memaksa mayoritas pekerja migran kembali ke negara asal, baik secara sukarela maupun terpaksa. 

Pekerja migran yang mengalami penurunan pendapatan dan masih bertahan di negara tujuan mengirimkan remitansi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dibanding masa sebelum pandemi Covid-19. Dengan kembalinya para migran ke negara asal mengakibatkan keluarga mereka tidak lagi memperoleh remitansi. Selain itu, kepulangan para pekerja migran juga dapat memperburuk pengangguran di negara asal.

Di sebagian besar negara tujuan, para pekerja migran memiliki sedikit atau tidak ada akses ke jaring pengaman, dan banyak yang mengalami kesulitan dalam mengakses layanan konsuler dari negara mereka sendiri, termasuk penerbangan repatriasi (Newland, 2020). Kondisi utama yang menambah kerentanan migran terhadap dampak COVID-19, khususnya berfokus pada faktor risiko yang terkait dengan keterbatasan akses pada perawatan kesehatan dan pekerjaan. 

Dalam keterbatasan akses perawatan kesehatan, migran di banyak negara, terutama ketika berada dalam situasi tidak teratur atau dengan visa jangka pendek, tidak menikmati akses yang sama ke perawatan kesehatan sebagai warga negara, dan mungkin tidak ditanggung untuk pengobatan COVID-19 (Guadagno, 2020). Bahkan ketika mereka berhak atas layanan yang relevan, kendala bahasa, pengetahuan yang terbatas tentang konteks tuan rumah atau prioritas warga negara dapat menyebabkan akses yang tidak menjadi penghalang ke layanan kesehatan (Guadagno, 2020).

Migran cenderung memiliki akses terbatas ke perawatan pencegahan dan justru bergantung pada rumah sakit yang lebih sulit dan berisiko karena layanan darurat dipenuhi dengan pasien COVID-19. Paparan dan kerentanan terhadap COVID-19 juga dibentuk oleh pekerjaan dan kondisi kerja seseorang (Guadagno, 2020). Migran merupakan bagian yang tidak proporsional dari tenaga kerja di sektor-sektor yang tetap aktif selama krisis, seperti pertanian, pekerjaan konstruksi, logistik dan pengiriman, perawatan pribadi dan penyediaan layanan kesehatan, layanan pengumpulan dan pembersihan sampah (Guadagno, 2020). 

Beberapa alasan yang menyebabkan para pekerja migran cenderung mudah terpapar virus corona, antara lain ketidakmampuan untuk bekerja dari jarak jauh, akses terbatas ke transportasi pribadi, kedekatan fisik dengan rekan kerja dan pelanggan serta kurangnya peralatan pelindung dan pilihan kebersihan yang memadai membuat pekerjaan ini sangat berisiko (Gelatt, 2020 dalam Guadagno, 2020).

Kepulangan para pekerja migran yang pulang ke negara asal dapat menjadi salah satu jalan dalam penyebaran virus corona. Hal tersebut karena perjalanan yang dilakukan oleh para migran tidak selalu terjamin kebersihannya dari virus. Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau buruh migran yang dipulangkan ke Indonesia melalui Batam dan Tanjungpinang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 200 orang (CNN Indonesia, 2021). 

Jumlah tersebut merupakan data yang terkumpul sepanjang empat bulan terakhir, yaitu Januari hingga April 2021. Untuk bulan Mei, terdapat 7 orang pekerja migran Indonesia yang berasal dari Malaysia, yang pulang melalui Batam terkonfirmasi Covid-19 (CNN Indonesia, 2021). Hal ini jika tidak dicegah akan menjadi salah satu jalan bagi virus corona semakin banyak di Indonesia. Oleh karena itu, kepulangan para pekerja migran ke Indonesia juga dapat membahayakan dan semakin memperparah kondisi covid-19 di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun