Maju atau tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan 255 juta jiwa. Dengan jumlah SDM yang melimpah ini harusnya Indonesia dapat menjadi Negara tangguh dan mampu bersaing dengan Negara lain.
Saat ini, Indonesia bagai kejatuhan durian runtuh dengan munculnya Bonus Demografi. Potensi bonus demografi adalah meningkatnya jumlah angkatan kerja usia produktif (25-64 tahun), sehingga meningkatnya tabungan masyarakat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. SDM Indonesia harusnya menjadi pemeran utama dalam bonus demografi, bukan hanya sekedar penonton dan no-action.
Bonus Demografi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh SDM Indonesia termasuk pemerintah pusat maupun daerah. Dengan kondisi SDM yang dimilki oleh Indonesia, bonus demografi tidak serta merta memberikan keuntungan, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan yang akan dihadapi adalah pada kelompok usia produktif dimana menjadi kelompok usia terbesar yang terdiri dari kelompok usia sekolah dan usia kerja.
Saat ini upaya Pembangunan bangsa masih terganjal oleh kondisi SDM Indonesia yang ternyata masih mempuyai masalah di bidang kesehatan, pendidikan dan soft skill. Dalam bidang pendidikan, nyatanya masih ada anak yang tidak sekolah (3,5 %) maupun yang tidak menamatkan pendidikan sampai sekolah menengah tingkat atas (50%). Diharapkan seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah 12 tahun dan mampu melanjutkan ke perguruan tinggi, karena pendidikan (hard skill) merupakan modal dasar yang harus dimilki oleh seluruh SDM. Disini perlu peran serta, rangkulan dan pembinaan pemerintah pusat maupun daerah dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan, misalnya pembangunan sekolah dan pemenuhan ketersediaan guru yang tidak hanya berpusat di kota, namun juga di daerah terpencil dan daerah perbatasan.
Perlu juga ditekankan, bahwa usia dini anak merupakan masa keemasan yang penting untuk pembentukan karakter (soft skill). Nyatanya, materi pembentukan karakter masih belum diterapkan secara luas di sekolah-sekolah di Indonesia. Pembentukan karakter ini harus dibangun secara kokoh, dimana pembentukan karakter merupakan fondasi mereka dalam menghadapi apapun di masa mendatang. Menurut Mochtar, karakter Manusia Indonesia mempunyai sisi buruk dan baik. Sisi buruknya antara lain: munafik, borros, tidak suka bekerja keras, suka yang “instan”, tidak sabar, suka mengeluh, malas, suka menyobongkan diri dan khianat. Sedangkan sisi baiknya antara lain: ramah, suka menolong, lembut hati, kekeluargaan, cepat belajar dan cinta damai. Karakter yang yang buruk haruslah diubah, maka karakter harus dimiliki SDM bangsa ini antara lain adalah kejujuran, adil, tanggung jawab, keberanian, tekun, rasa hormat, integritas dan kebangsaan.
Dengan pemenuhan hard skill dan soft skill yang mumpuni, tidak diragukan lagi Indonesia dapat mempunyai SDM berkualitas dalam membangun Bangsa.
Selain pendidikan, pemenuhan akan kebutuhan gizi anak-anak sangatlah penting. Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi stunting (kekurangn gizi kronis) di Indonesia mencpai 37,2%. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru tampak saat anak berusia 2 tahun. Namun stunting dapat dicegah dengan pemenuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan pemenuhan gizi bayi. Terutama pemenuhan nutrisi 1000 hari pertama sejak kelahiran, karena gizi amat berperan di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan otak.
Jika bonus demografi telah berjalan dari tahun 2012, maka masih ada 23 tahun lagi sampai bonus demografi ini berakhir yaitu pada 2035. Untuk saat ini, SDM Indonesia belum terlalu siap untuk menghadapi bonus demografi. Ingat! Kesempatan tidak datang dua kali. Hendaknya waktu 23 tahun ini dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membangun SDM yang berkualitas dan berkarakter tangguh,yang siap menjadi pemeran utama pembangunan negara. Perlunya peran serta aktif pemerintah pusat maupun daerah dalam mempersiapkan SDM Indonesia yang berkualitas menghadapi bonus Demografi ini.
Maju Terus Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H