atawa bahasa kiasan berikut ini yang pernah di ucapkan salah satu nara sumber saya, yakni si Mbok tukang Pecel di Daerah Jawa Tengah ketika mendo'a kan saya yang hendak pamit pulang ke Bandung, "..Si'Mbok do'akan supaya Aden jadi orang sukses dan berhasil, tapi jangan pernah jadi Pejabat ya Den..!!!" Wah, aneh juga, ko si Mbok bilang "Jangan jadi pejabat!?" "..Ko jangan jadi pejabat Mbok? padahal kan pejabat adalah salah satu lambang kesuksesan..!" timpal penulis, kemudian dengan sigap si mbok menjawab "..Ora opo-opo ta do'akan jadi orang sukses saja, cari kesuksesan yang lain. Soalnya kalu jadi "pejabat" itu ga akan lama, setelah itu pasti jadi "penjahat!!!" banyak buktinya di televisi..".
Adalagi kiasan yang bunyinya seperti ini yang beredar di masyarakat "..Lebih baik mantan Penjahat, dari pada mantan "Ustadz"!!!...".
Dan lain-lain, dan lain-lain.
Di awal tahun 2010 banyak peristiwa mengejutkan yang menjadi wacana publik di Negeri ini, di samping permasalahan warisan leluhur yang tak kunjung usai (kasus Soeharto, Tragedy Semanggi, hutang IMF, pembunuh Munir, Money Politic, hingga kasus Antasai Azhar, Anggodo, Centaury, Teroris-teroris-an, Susno, hingga Gayus, dll). Wacana-wacana tersebut di-atas terjadi tanpa di undang dan (kadang) hilang tanpa di antar, seperti halnya di Film Jailangkung. Bahkan tak jarang "TANPA ADA PENYELESAIAN", wacana di atas seakan saling tumpang tindih dan saling menutupi dengan wacana yang lainnya. Bila semua wacana tersebut sudah klimaks dan mentoks, maka BOM dan TERORIS menjadi wacana selanjutnya (Cerita Lama) atawa wacana pembunuhan dengan dalih perselingkungan pasti menjadi top rate bagi masyarakat kita, sehingga pihak-pihak pembuat rekayasa sosial menjadi semakin banyak PR nya.
Anehnya dalam kompetisi "Piala Akherat" yang terjadi di Negeri Ilusi, hal yang di make over adalah justru pencitraan publik dan penilaian palsu dari masyarakat yang telah di Brain Wash media tadi. bayangkan saja, Piala Akherat yang seharusnya menggambarkan kompetisi sehat dalam meningkatkan Akhlak, tauhid, hingga Ma'rifat seseorang di Hadapan Tuhan-Nya secara vertikal, ternyata di biaskan demi kepentingan duniawi juga (Mereka lupa, padahal Tuhan-nya tidak bisa di bohongi apalagi di bodohi, bukankah tuhan Maha Sutradara, dan Maha atas Segalanya!). Ajaran Agama yang seharusnya melandasi moralitas manusia terhadap Tuhan-nya, ternyata dewasa ini hanya dijadikan "jubah" yang nampak suci di lihat dari luaran saja, sementara Sudah jelas, masalah nilai-nilai Akhlak, Tauhid, Keimanan, dan ketaqwaan seseorang adalah murni rahasia Illahi, bahkan tidak dinilai luarnya, tp esensi beribadahnya.
Ternyata Piala Dunia dan Piala Akherat penuh kejutan, banyak yang orang kira juara, ternyata pecundang sebelum waktunya. Banyak juga Intrik yang terjadi, semua ingin "Menang" sebelum waktunya, semua ingin menjadi "Juara" sebelum waktunya. Dan tentunya banyak diantara umat manusia ini yang melupakan Tuhan dan Rasul-nya, bahkan Ajaran-Nya. Semua pihakmerasa paling benar padahal kebenaran itu adalah mutlak milik sang Khalik (Insya Alloh).
Berterima Kasih Pada Ariel Peterpan
Dalam sejarah Piala Dunia sepak bola, sepatutnya kita berterima kasih pada Zainuddin Zinadine "Zizhou" Zidane. Dalam Final Piala Dunia 2006 dia melawan tindak penghinaan rasial dengan menanduk Matterazzi, sekaligus mempertahankan Akidahnya dan martabat keluarganya (itu salah satu perilaku JIhad loh) walaupun harus mendapat kartumerah dan hujatan dari seluruh dunia. Zidane telah berbuat salah secara hukum sepak bola, tp di hadapan Tuhan-nya (mungkin) Zidane telah berbuat "Benar".
Begitu pun di kancah "Piala Akherat", sewajarnya kita berterima kasih pada Ariel atawa Nazriel "Borriel" Irham sang vokalis Peterpan. Yang selama perjalanan kariernya tumbuh dalam Hedonisme dan "pergaulan bebas", seperti yang di alami generasi muda saat ini hingga terjerumus dalam lubang hitam Free Sex yang rupanya telah mewabah di dunia fana ini. Secara hukum Susila dan Religi Ariel patut di persalah-kan dengan dakwaan Zinnah, dan telah berbuat asu-sila. Tapi dalam peranan pendidikan yang se-riil nya mendidik moralitas Bangsa, kita patut berterima kasih pada vokalis perlente yang satu ini, mengapa demikian? berikut rinciannya kenapa kita harus berterima kasih pada Ariel :
- Dengan menyebarnya Sex Tape Ariel dan selir-selirnya, maka para pengantin baru yang sudah di-sah kan KUA tidak perlu lagi repot-repot mencari tutorial sex education, yang tidak pernah tercantum dalam kurikulum pendidikan kita, karena "sex" selalu di anggap tabu, dan dinilai dapat meresahkan.
- Dengan terkuaknya "permainan" Ariel dan selir-selirnya itu, maka kita dapat melihat cerminan pergaulan bebas di Indonesia, seharusnya semua pihak terutama lembaga hukum dan pihak berwajib lainnya berterima kasih kepada Ariel, karena pihak-pihak tersebut tidak perlu repot-repot mencari barang bukti, bukankah barang buktinya telah dibuat oleh si pelaku sendiri.
- Melihat Perilaku Ariel yang sedemikian rupa itu, sepatutnya para Orang Tua yang menghakimi Ariel, Berterima kasih pada Ariel ! mengapa, Karena cukup Ariel dan dayang-dayang-nya yang ber"dosa", tidak perlu putra-putri bangsa lainnya yang berdosa !!! Selamatkan Putra-putri Bangsa dari perilaku yang demikian, berikan pendidikan ketuhanan, dan pendidikan Susila sejak dini, berikan contoh yang teladan, maka Anak-anak Indonesia kelak akan selamat dari fornografi dan sex bebas!!! bukannya malah memberikan contoh selingkuh, kawin-cerai, atau free sex old-mateur. Seperti yang telah di contohkan Beberapa Anggota Dewan yang tak kena Hukum itu, apalagi menghakimi Ariel bersalah, sementara dirinya sendiri tukang selingkuh dengan sahabat temannya?.
- Bagi Menkominfo seharusnya berterima kasih juga pada Ariel, itu membuktikan bahwa server-server dunia maya masih teramat banyak yang dapat dengan mudah menampilkan Fornografi !! Dan itu kan kegagalan Depkominfo yang harus di evaluasi!!? Jangan malah memperkeruh suasana dengan membuat umpatan-umpatan yang tidak jelas!
- Dengan mencuatnya pemberitaan Ariel dan cw-cw nya itu, maka sewajarnya para pejabat menjadi malu, dan sepatutnya bercermin, bahwa Ariel yang tidak Korupsi saja bisa ber"dosa" gede, jadi ngapain anda yang punya dosa gede harus korupsi juga?
Disamping semua itu, Piala Dunia dan Piala Akherat banyak opsi yang harus di evaluasi kembali.. Para pemain hanya bisa berlatih dan berusaha meningkatkan skill, tapi jangan lupa bahwa pemain lain pun akan melakukan hal yang sama. Tim yang besar dan di andalkan belum tentu dia menjadi juara-nya. Begitupun dengan kompetisi di Piala Akherat, Orang yang nampak "Suci" dan berjubah atau berjas dan berdasi, belum tentu ia Ahli syurga, sebab masalah dunia wi hanya sekedar pencitraan yang dengan mudah di rekayasa dewasa ini, fahamilah kembali Ajaran Tuhan, Esensi-nya yang utama, karena Tuhan Maha Mengetahui Segala-Nya.
Piala Dunia VS Piala Akherat, Siapakah Juara Sejati-nya??? Tuhan lah sang masterplann yang sesungguhnya..