Mohon tunggu...
Rakhmat Hidayat
Rakhmat Hidayat Mohon Tunggu... -

Mensyukuri hidup dengan sepenuh hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Puasa Ketiga di Musim Panas

11 Juli 2013   08:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:43 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1373510818646809841

[caption id="attachment_274185" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] Tahun 2013 adalah tahun ketiga saya berpuasa di Prancis yang bertepatan dengan musim panas. Sejak lima tahun ke belakang, puasa di Prancis selalu bersamaan dengan musim panas. Beberapa tahun sebelumnya---sekitar tahun 1990-an--- beberapa kali puasa terjadi di musim dingin. Tentu saja berbeda puasa di musim panas dengan puasa di musim dingin. Puasa musim dingin berada pada suhu yang dingin, minus dan disertai salju.Periode waktu berpuasa juga sangat cepat. Pukul 17.00 sudah waktunya berbuka puasa. Puasa musim panas berbanding terbalik. Suhu udara mencapai angka 35-40 derajat. Durasi waktu lebih lama, sekitar 17-18 jam.Pemandangan di luar juga semakin panas dengan parade busana yang sangat minimalis dari kalangan kaum hawa. Tahun ini awal puasa, maghrib jatuh pada pukul 21.33. Di akhir puasa, maghrib semakin cepat yaitu pukul 21.00. Jadwal shubuh paling awal pukul 04.30 dan paling lambat pukul 05.00.

Dua kali puasa sebelumnya, bersyukur bisa dijalani dengan baik dan lancar.Tanpa halangan apapun.Cuaca panas dan pemandangan yang sangat panas di pelosok kota tak menyurutkan melaksanakan ibadah puasa. Bagi keluarga saya, ini adalah puasa keduanya setelah mereka tiba di Lyon pertengahan April 2012. Puasa tahun ini terasa lebih istimewa karena kehadiran bayi cantik kami yang bulan Juli ini genap berusia enam bulan.Suasana rumah semakin ramai dan meriah dengan kehadiran bayi cantik kami. Bagi bayi kami, ini adalah Ramadan pertama dia setelah lahir.

Puasa tahun ini di Prancis cukup heboh dengan penentuan permulaan hari pertama ramadan. Perdebatannya tidak jauh berbeda dengan konteks Indonesia.Bedanya, di Indonesia setiap tahunnya diselenggarakan siding Itsbat yang diselenggarakan Kemenag dengan mengundang perwakilan ormas dan negara-negara Islam sahabat. Di Prancis, pihak yang menentukan ramadan dan syawal adalah asosiasi muslim dan pengurus masjid agung di kota. Mereka adalah otoritas yang memiliki pengaruh kepada masyarakat muslim Prancis.

Perbedaan menentukan hari pertama Ramadan terjadi pada tahun ini.Padahal, dua kali ramadan sebelumnya, tidak ada sama sekali perbedaan menentukan hari pertama puasa. Ada muslim Prancis yang memulai puasanya pada Selasa tetapi sebagian besar memulainya pada hari rabu. Mereka yang menentukan hari selasa, metode menentukannya persis dengan pola yang dilakukan Muhammadiyah.

Kebingungan perbedaan ini yang saya rasakan dalam menentukan hari pertama puasa. Senin malam (8 Juli 2013) saya melaksanakan shalat isya berjamaah di sebuah masjid yang dekat dengan apartemen kami.Saya berpikir jika setelah shalat isya, akan dilaksanakan shalat tarawih maka esoknya akan dimulai puasa. Tetapi, setelah ditunggu-tunggu beberapa menit selesai shalat isya, taka da kepastian akan berlangsung shalat tarawih. Ternyata, di luar masjid, ada beberapa jamaah yang sudah melaksanakan shalat tarawih. Jumlah mereka sekitar 40 orang.Shalat tarawih digelar di sebuah tenda kecil yang difasilitasi pengurus masjid bagi mereka yang ingin melaksanakan tarawih. Padahal, pengurus masjid tersebut tidak melaksanakan shalat tarawih. Keputusan melaksanakan puasa pertama pada rabu, 10 Juli 2013 baru diputuskan pada Senin malam (8 Juli 2013) sekitar pukul 23.30. Keputusan ini dikeluarkan beberapa asosiasi muslim dan beberapa imam masjid besar di Lyon. Ternyata beberapa masjid besar lainnya juga serentak melaksanakan puasa pertama pada 10 Juli 2013. Kebingungan ini bukan hanya dialami oleh mahasiswa muslim pendatang tetapi juga banyak dirasakan oleh warga muslim Prancis. Ketika senin malam saya shalat isya, saya bertanya ke beberapa jamaah untuk informasi keputusan hari pertama puasa, mereka juga belum tahu kapan keputusan resminya untuk puasa. Bahkan di beberapa mahasiswa Indonesia banyak yang sudah melaksanakan ibadah puasa pada tanggal 9 Juli 2013. Mereka memiliki hak untuk melaksanakan keyakinannya.

Sebelum melaksanakan puasa, beberapa warga Indonesia di Lyon berinisiatif untuk kumpul-kumpul sekaligus bersilaturahmi sebelum ramadan.Biasanya kumpul-kumpul ini dalam tradisi Sunda disebut ‘’munggahan”.Acaranya hanya berkumpul, makan-makan dan maaf-maafan.Acara munggahan ini kami laksanakan pada Sabtu, 6 Juli 2013 di salah seorang warga Indonesia di daerah Givors,sekitar 40 menit dari Lyon.Kami berkumpul, bercengkrama, tiap orang membawa makanan dan minuman masing-masing. Makanan yang tersedia dalam Munggahan tersebut sangat lengkap dan bervariasi. Dari mulai ayam bakar buatan istri tercinta, teri medan, rendang hingga semur jengkol tersaji untuk menu makan siang. Yang ditunggu-tunggu oleh ibu-ibu tentu saja jengkol yang menebus kangen masakan-masakan tradisional khas di Indonesia. Bayangkan, tuan rumah yang menyediakan semur jengkol membawa jengkol mentah ke Prancis sebanyak delapan kilo ketika pulang ke Prancis akhir tahun lalu. Katanya, jumlah jengkol yang banyak untuk stok persediaan selama satu tahun. Selain menu utama, juga tersedia menu tambahan lainnya seperti bakso, cendol, manisan dan beberapa makanan lainnya. Yang pasti saling memaafkan sebelum dimulainya puasa. Senang dan gembira.Bisa makan bersama.Bahkan, pulang juga setiap keluarga dibawakan jatah makanan untuk dimakan dirumah.

Sebagaimana kebiasaan tahun lalu,kami melaksanakan acara buka puasa bersama dengan beberapa mahasiswa Indonesia yang dekat dengan rumah kami. Untuk mahasiswa, acara buka puasa seperti ini yang ditunggu-tunggu.Tidak perlu masak, tidak perlu memikirkan menu berbuka.Pulang juga sering dibawakan bungkusan makanan/minuman untuk menu sahur.Lengkaplah pokoknya. Saya merasakannya sendiri ketika tahun pertama tinggal sendiri.Saat itu keluarga belum datang ke Lyon.

Acara buka puasa kami selenggarakan pada hari pertama puasa, 10 Juli 2013. Hanya tujuh orang yang hadir.Beberapa teman tidak bisa hadir karena beberapa alasan. Senang bisa berkumpul bersama dan buka puasa bersama. Makanan ala kadarnya. Yang penting silaturahmi dan persaudarannya dengan beberapa mahasiswa. Mereka ada yang membawa kurma, kolak pisang, jus buah, sosis, bolu dan beberapa makanan lainnya. Selesai makan bersama, kami melanjutkan shalat tarawih di masjid dekat rumah.Shalat isya dan tarawih dimulai pukul 23.10 dan selesai pukul 00.15. Shalat tarawih dilaksanakan 11 rakaat dengan satu kali salam setiap dua rakaat. Bacaan suratnya setiap malam satu juz Al Qur’an.  Selesai shalat tarawih, teman-teman langsung pulang ke apartemennya masing-masing untuk mengejak bus terakhir pukul 00.30. Saya sendiri sejak tahun pertama puasa di Lyon selepas shalat tarawih tidak bisa tidur karena khawatir bablas sahur. Jarak selesai tarawih menuju sahur hanya jeda tiga jam. Oleh karena itu, kebiasaan saya selepas tarawih adalah membaca atau menulis dan kemudian langsung sahur pukul 03.30. Selepas shubuh, baru saya tidur untuk mengumpulkan energi dalam beraktifitas seharian. Puasa tahun ini terasa lebih berat karena saya diberikan tenggat waktu disertasi saya harus selesai untuk setor draft pertama ke professor saya. Tidak heran jika, puasa ini tantangannya semakin berat karena beban disertasi yang harus diselesaikan dalam waktu satu bulan ini. Nah, mengakhiri tulisan singkat ini, sekarang waktunya saya mulai makan sahur karena waktu sudah menunjukkan pukul 03.15.***

Vaulx en Velin, 11 Juli 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun