Pagi itu, aku membuka kotak suratku.Ada sepucuk surat dalam amplop putih.Pelan-pelan aku buka isinya.Setelah aku buka,isi suratnya adalah surat keterangan berkas asuransi sosialku disetujui.Kontan, aku langsung sujud syukur di dekat kotak surat.Kebetulan, taka da orang ketika itu.Waktu masih menunjukkan pukul 09.00 pagi.Suasana sabtu memang terasa lebih sepi. Hari itu bertepatan dengan Sabtu, 22 Februari 2014. Mungkin saja orang-orang bangunnya siang karena libur sekolah dan libur kerja.Tumbennya, surat pos datang lebih cepat dari jadwal biasanya, yaitu pukul 11.00-11.30.Hari-hari biasa, jadwal petugas pos yang mengantarkan surat ke gedung apartemen kami biasanya jam-jam itu.Tidak heran jika, sabtu itu, aku menerima surat lebih awal.
Aku sujud syukur karena berkas asuransi sosialku kembali disetujui.Aku mengirimkan berkasnya sejak awal Desember 2013 dan baru disetujui akhir Februari 2014. Akhir Januari 2014, berkas permohonanku sempat ditolak dengan alasan yang tidak jelas.Aku tak putus semangat.Awal Februari 2014, aku kembali datang ke kantor asuransi untuk menyerahkan berkas dengan memberikan beberapa argumentasi bahwa aku dan keluarga masih berhak menerima asuransiku.Aku mendapatkan jadwal janji dengan petugas asuransi.Aku datang lebih awal untuk mempersiapkan jadwal janji tersebut supaya tidak terlambat.Semua berkas aku bawa dan siapkan dari rumah untuk mengantisipasi berkas-berkas yang dibutuhkan.Aku sengaja datang sendiri.Bismillah.Aku pasrah jika berkasku kembali ditolak karena aku berfikir sebentar lagi aku akan kembali ke tanah air.
Di ruang yang sudah ditunggu petugas, seorang petugas perempuan menyambut saya.Saya menjelaskan posisi dan status saya sebagai mahasiswa.Saya memberikan beberapa data dan argumentasi yang mendukung berkas saya.Dia tampak yakin dengan penjelasan saya.Dia melengkapi beberapa berkas yang dibutuhkan.Tak lama perjumpaan kami.Mungkin hanya 15 menit.Intinya, saya merasa lebih yakin bahwa berkas permohonanku akan disetujui.Sehabis janjian tersebut, aku sedikit lebih tenang meskipun masih harap-harap cemas.
Setiap hari, aku selalu menunggu datangnya pak pos dengan rajin mengecek surat di kotak surat.Hari demi hari.Minggu demi minggu terus berlalu.Nyaris tiga minggu tak ada kabar.Hingga akhirnya, datang juga surat tersebut persis di akhir Februari 2014.Inilah yang ditunggu-tunggu.Akhirnya surat asuransiku sudah keluar dan berkasku diterima.Dengan surat asuransi itu, maka aku dan keluarga ditanggung penuh biaya berobat dan obat-obatan yang dijamin Pemerintah Prancis.Apalagi, aku masih punya bayi yang harus rutin kontrol ke dokter spesialis anak setiap bulannya. Memiliki anak kecil memang perlu antisipasi jika sakit dan harus membeli obat.Adanya asuransi juga membantu aku bisa mendapatkan kaca mata gratis sebagai salah satu fasilitas dari asuransi tersebut. Fasilitas lainnya adalah mendapatkan diskon transportasi lokal. Harga tiket transportasi di Lyon setiap bulannya adalah 58 euro. Dengan asuransi sosial, aku hanya membayar 16,80 euro.Diskonnya sangat besar untuk mahasiswa sepertiku.
Aku bersyukur selama studi di Lyon, berkas asuransi sosialku selalu disetujui meskipun melalui proses yang berdarah-darah.Tiga kali berkas asuransiku diterima.Tahun pertama, ketika aku masih sendiri, berkas asuransiku diterima dengan lancar dan tanpa masalah berarti. Tahun kedua, ketika istriku dan Haikal tiba di Lyon,berkas asuransiku kembali lolos meskipun harus menunggu waktu selama sembilan bulan untuk berjuang mendapatkannya.Waktu yang panjang dan melelahkan untuk mendapatkan asuransi sosial di tahun kedua ini karena istriku sedang mengandung hingga melahirkan,asuransiku belum juga ada kabarnya.Dua minggu setelah Haniyya lahir atau awal Februari 2013, asuransiku baru lolos.Tahun kedua ini memang penuh perjuangan untuk mendapatkan asuransi tersebut. Tahun kedua, aku hanya menunggu waktu selama tiga bulan dan hanya satu kali ditolak berkasku.Bandingkan dengan tahun kedua,sebanyak belasan kali, berkasku ditolak.Selama tahun kedua, aku terbiasa dengan surat penolakan yang dikirim dari kantor asuransi sosial.Tahun ketiga, prosesnya tak terlalu sulit dibandingkan tahun kedua.
Semua kemudahan ini membuat aku bersyukur bahwa selalu ada kemudahan bagi siapapun yang berjuang dan berusaha.Tak ada kesulitan jika kita berusaha keras.Do’a orang tua adalah salah satunya.Mungkin saja kemudahan yang aku dapatkan dari kebaikan orang tua dengan membantu orang lain yang juga mengalami kesulitan seperti aku.Ibuku pernah bercerita bahwa dia tak segan membantu anak-anak mahasiswa yang kost di rumahku di Cirebon seperti memberikan makanan ala kadarnya hingga kemudahan-kemudahan lainnya.Ibuku selalu ingat bahwa dengan membantu dan menolong mahasiswa-mahasiswa yang sedang berjuang itu, ibu, dia ingat aku bahwa aku juga sedang berjuang.Ibuku berfikir bahwa dengan membantu orang lain, kemudahan juga akan didapatkan oleh aku selama aku berjuang menyelesaikan studi di Lyon.Dan, Alhamdulillah, do’a-do’a dari ibuku ternyata didengar Allah.Aku bersyukur bisa mendapatkan berbagai kemudahan dan kelancaran selama aku studi di Lyon.Ini menunjukkan bahwa Tuhan tak pernah tidur.***
Vaulx en Velin, 23 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H