pandemi banyak orang merasakan 'mati gaya'. Aktivitas di luar rumah yang sangat dibatasi membuat orang mencari alternatif lain untuk menciptakan kesibukan di rumah. Salah satu yang menjadi favorit ibu-ibu adalah berkebun.
Pada awal-awalDi balik musibah pasti ada hikmah. Mungkin itu yang dirasakan oleh para penjual tanaman hias yang mendapat berkah luar biasa di masa pandemi. Orang tiba-tiba menjadi pecinta bumi dan berlomba menghijaukan lingkungan mengalahkan kerja bakti menjelang 17 Agustus.
Lantas apakah penghobi tanaman hias dadakan itu konsisten sampai sekarang? Berdasarkan pengalaman saya sendiri, sebagai salah satu orang yang juga tiba-tiba cinta tanaman hias, saya mengakui tidak konsisten.
Di pojok halaman saya bertumpuk pot bunga yang sudah kosong karena tanamannya mati. Beberapa pot masih dengan tanah berikut batang tanaman yang sudah sekarat. Sebagian kecil tanaman yang masih bertahan pun dengan susah payah mencoba hidup.
Namun ada juga beberapa yang tumbuh subur dan itu entah sudah berapa kali saya foto saking bangganya saya berhasil merawat tanaman. Untung saja saya sadar diri dengan kemampuan saya sehingga saya memang tidak berusaha merawat tanaman yang harganya "Wah... mahal banget" (bukan wah... murah banget).
Kembali ke soal tanaman, pada awal mulai membeli tanaman jujur saya cuma ikut-ikutan. Saya bukan perempuan pemberani yang bersedia bertempur melawan cacing tanah. Jadi bagi saya merawat tanaman itu seperti berangkat ke medan perang.
Ternyata tantangan merawat tanaman itu bukan sekedar bertemu dengan sang cacing, tapi juga banyak lagi. Beberapa mungkin bisa saya tulis berdasarkan pengalaman saya sendiri :
Memilih media tanam
Sudah banyak dijual media tanam siap pakai yang bisa kita gunakan. Namun termakan tontonan di media sosial tentang para ahli tanaman yang meramu berbagai bahan dengan hasil tanaman yang aduhai, membuat saya coba-coba bikin rumus sendiri. Dan sebagian besar gagal. Jadi untuk lebih amannya memang kita ikuti saran ahlinya saja.
Kita harus menjadi ilmuwan yang bisa menakar kadar air di pot
Kesalahan utama para pemula seperti saya adalah euforia menyiram yang justru menyebabkan akar tanaman busuk. Bukan cuma sosialita dan mak-mak arisan, tanaman pun punya grup. Kita harus paham mana tanaman grup doyan air atau yang cukup disemprot-semprot saja.
Mengenali jenis-jenis pupuk
Ada berbagai jenis pupuk dengan fokus berbeda-beda. Ada yang untuk pertumbuhan akar, batang atau daun. Nah, saking kepingin cepat tumbuh besar dan cantik berbagai pupuk sering saya pakai bersamaan. Akhirnya mereka berebut cari perhatian dan akibatnya malah tanamannya yang menyerah kalah. Jadi masalah pemupukan juga ada ilmunya yang tidak boleh kita abaikan.
Demi sempurnanya proses fotosintesis tumbuhan, kita harus sering menjemur di panas matahari dengan jam-jam yang tidak terlalu siang.
Jangan sampai daun-daun yang kita rawat penuh cinta hangus terbakar matahari. Atau kita harus siap menjadi sprinter jika tanaman yang sedang kita sunbathing harus kita pinggirkan karena hujan yang datang tiba-tiba.
Perawatan daun-daun layu
Kita harus rajin membuang dedaunan yang sudah layu karena mereka akan mengganggu proses pertumbuhan daun yang masih sehat. Selain tentu saja untuk alasan keindahan.
Menghindarkan dari hama
Adakalanya hama tanaman juga menjadi musuh kita. Yang paling sering adalah ulat dan kutu putih. Kita harus bergerak cepat untuk menanganinya agar tidak menular ke teman-temannya. Semprotan hama harus kita siapkan juga sebagai peralatan berkebun.
Itu yang saya pelajari selama saya mencoba menjadi pecinta tanaman hias. Dan menurut saya tidak mudah. Butuh ketelatenan dan konsistensi untuk merawat tanaman jika ingin hasil yang maksimal.
Saya tidak percaya dengan istilah hanya yang bertangan dingin yang bisa merawat tanaman. Siapapun bisa asalkan sabar dan cinta. Kalau begitu, apakah saya kurang sabar dan cinta? Sepertinya saya sudah menemukan jawabannya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H