Selamat Siang,Â
Sekedar share, saya baru 2 tahun belakangan ini menetap di Ibu Kota Jakarta, selama masa itu pula saya mengalami masa transisi dan adaptasi di lingkungan Ibu Kota. Maklum saja, saya adalah seorang yang terlahir di daerah,dan hampir seluruh hidup saya dihabiskan di daerah, baik dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi, sampai awal-awal bekerja dan berkarir juga di daerah walaupun sudah berkali-kali pindah perusahaan.
Perusahaan tempat saya berkarir sekarang ini mengahurskan saya untuk pindah ke Jakarta, saya hanya mengikuti kemana arah karir membawa. Singkat kata, saya yang masih single waktu itu memilih untuk tinggal di kosan dekat kantor. Tidak terasa waktu berlalu sekitar 1,5 tahun kemudian saya menikah, dan perisapan memiliki anak. Saya dan istri mulai menimbang-nimbang dimanakah pilihan tinggal yang terbaik (tentunya pertimbangan dari segala aspek yang terbaik untuk keluarga kami).
Setelah puluhan survey dilakukan untuk melihat apartemen dan perumahan area Jakarta dan sekitarnya, akhirnya kami memilih untuk tinggal di Apartemen dengan pertimbangan utama jarak tempuh yang dekat dengan kantor, sehingga kami tidak perlu khawatir akan kemacetan parah saat peak hoursarea Jakarta dan sekitarnya, jadi kami dapat pergi kantor saat matahari telah timbul dan bisa tiba dirumah bahkan kadang sebelum matahari benar-benar tenggelam.
Setelah menabung sekian lama, kami memutuskan untuk berinvestasi, apakah membeli apartemen, rumah atau tanah. Mungkin karena telah hampir dua tahun ini kami tinggal di apartemen, kami merasa cukup nyaman tinggal di Apartemen. Sehingga pilihan investasi saat itu jatuh kepada pembelian apartemen.
Namun, kami baru-baru ini dilanda 'galau maksimal' dengan penawaran-penawaran yang serba fantastis nan menarik minat karena iklan-iklan yang ditampilkan sangat luar biasa hampir di seluruh media, Meikarta. Ya! bagai menawarkan mimpi dengan konsep-konsep dan harga-harga yang cukup terjangkau dengan segala konsep fasilitas yang ditawarkan.
Singkat cerita kami hampir melakukan dealdan hampir membeli Unit di Meikarta dengan mimpi-mimpi betapa indahnya bakal tinggal di kota modern tersebut. Namun, fakta berkata lain. Mimpi tinggalah mimpi, jodoh belum bertemu. Karena banyaknya isu negatif yang dihembuskan dari keluarga dan kerabat-kerabat kami terkait Meikarta, ditambah lokasi yang cukup jauh dari pusat kota dan area perkantoran tempat saya dan istri bekerja, kami pun mengurungkan niat untuk melanjutkan mimpi itu.Â
Akhirnya kami pun memutuskan untuk mengalihkan investasi ke landed house, tentunya dengan segala pertimbangan-pertimbangan yang ada untuk keluarga kami kedepannya.Â
Beberapa keuntungan membeli rumah diantaranya:
- Membeli rumah artinya membeli lahan juga, sedangkan pembelian apartemen hanya mendapatkan hak atas bangunannya saja. Sudah pasti pemilik rumah merasa lebih aman dan nyaman karena memiliki dua legalitas atas tanah dan bangunan.
- Â Rumah mempunyai keunggulan untuk dijual kembali, atau disewakan (namun tetap tergantung situasi dan kondisi tertentu).
- Maintenance fee perumahan pada umumnya lebih murah daripada apartemen.
- Ruang di perumahan biasanya lebih lega dibanding di apartemen (tergantung luas), dan lain-lain.
Diluar beberapa pertimbangan tersebut, sebenarnya apartemen juga memiliki beberapa poin positif, sebagai berikut:
- Apartemen dengan lokasi strategis (dekat perkantoran) dan mudah dijangkau khususnya di Jakarta bisa menjadi prioritas. Sehingga apartemen juga dapat dengan mudah disewakan.
- Fasilitas lebih komplit dan mewah (kolam renang, fitness center dan taman bermain anak).
- Kehidupan yang lebih praktis, terutama di kota-kota besar.
- Meningkatkan prestige bagi pemiliknya, dan lain-lain.
Itulah beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan pilihan terbaik antara rumah dan apartemen. Namun, semuanya tetap kembali kepada pertimbangan masing-masing individu dan keluarga, tentunya disesuaikan dengan kemampuan finansial, kebutuhan keluarga, masa depan dan sebagainya.Â
Bagaimana menurut anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H