Mohon tunggu...
Rakhmad Nur Faizun
Rakhmad Nur Faizun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Manusia yang sedang menikmati udara Jogja sembari sesekali membaca buku dan memotret momen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Merawat Kekecewaan dengan Baik

28 Maret 2023   06:07 Diperbarui: 28 Maret 2023   07:04 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

            Manusia adalah suatu makhluk yang kompleks. Dalam kesehariannya manusia tidak akan luput dengan fenomena-fenomena yang dihadapinya. Dalam menghadapi fenomena-fenomena tersebut manusia memiliki dua alat perangsang yang dapat mempengaruhi dirinya dan juga sekitarnya. Alat tersebut yakni akal dan hati. Kompleksitas manusia terletak pada dua alat itu. Acapkali manusia dalam menghadapi suatu fenomena mendahulukan urusan hati lantas akal akan menimpali. Seyogyanya manusia yang tak akan lepas akan identitas berupa pemaknaan atas dirinya sendiri atau manusai disekitnya. Lantas bagaimana manusia dalam memahami dan menghadapi suatu fenomena yang mengakibatkan hati kecewa akan subjek lain atau manusia lain?

            Dalam hal ini saya terinpirasi pada novel Candide yang dikarang oleh Voltaire seorang filsuf Prancis yang menampilkan gagasannya mengenai pesimisme yang membangun dalam novelnya yang berjudul Candide tersebut. Dalam novel tersebut mengisahkan betapa malangnya salah satu sosok manusia yang naif bernama Candide yang mengalami banyak sekali kemalangan-kemalangan yang menimpa seisi hidupnya. Meski lahir di tempat yang terhormat dan layak bahkan sangatlah mewah kirannya karena lahir di kawasan kerajaan, Candide malah mengalami kemalangan yakni di usir dari istanah dan mengalami kemalangan-kemalangan akibat perebutan wilayah negara pada masa itu yang menjadikan kehidupan Candide amat menyengsarakan.

            Dalam konteks tersebut masih sangatlah relevan jika ditinjau dari realitas sekarang yang mana manusia setia berambisi bahwa dirinya akan lebih unggul daripada yang lain. Ambisi seperti ini tentu baik apabila dalam proses perkembangan identitas melalui jalan yang baik dan tidak merugikan manusia lainnya. Mengingat sosial politik dewasa ini jika dibandingkan dengan kisah sosial politik dalam novel Candide amat tidak ada perbedaan. Kekuasaan, keserakahan, dan ketamakan masih lestari saaat ini. Argumen yang menyokong saya mengatakan hal ini tidak lain merujuk berita saat ini mengenai kasus korupsi, pelecehan, dan kontes perebutan kekuasaan.

            Kekecewaan yang ada dalam novel tersebut terealisasi pada setiap individu yang notabennya bukan pejabat. Sering saya jumpai para pedagang di Malioboro yang sering mencurahkan kekecewaannya walau dengan nada komedi mengenai tindak korupsi yang masih lestari hingga saat ini. Bentuk dari kekecewaan ini merujuk pada berita yang mengabarkan orang yang oknum mengurusi pajak malah menunggak pajaknya sendiri. Kekecewaan ini terbumbuhi dengan ditambahnya berita bahwa oknum pegawai pajak yang memiliki tunggakan pajak malah memiliki mobil yang amat mahal. Merasa bahwa uang yang dibayarkan guna pajak ini disalahgunakan, para masyarakat terutama pedagang yang di Malioboro itu merasa kecewa karena hal ini masih luput dari pengawasan.

            Selain kekecewaan terhadap oknum aparat yang memiliki kuasa dan disalahgunakan, kekecewaan juga turut hadir mewarnai problematika cinta. Sering saya jumpai banyak orang yang mencurahkan kekecewaan ini melalui media sosial. Bentuk kekecewaannya pun bermacam. Ada yang kecewa karena diselingkuhi atau ada yang kecewa ketika pacar atau orang yang dicintainya dijodohkan oleh kedua orang tuanya dan lain sebagainya.

            Dalam novel tersebut terdapat kisah romantis yang amat menyayat ketika nenek yang bijaksana lebih menyarankan Cunegunde sang kekasih atau orang yang dicintai oleh Candide untuk memilih gubernur yang amatlah kaya guna dinikahi. Setelah peristiwa yang kian menyakitkan sebelum itu ketika Candide harus kehilangan hartanya, disiksa, dan ditipu, rasanya amat komplit dengan ditambah peristiwa semacam ini.

            Lantas bagaiman akhir dari Candide ini? Apakah ia setia merawat kekecewaan yang mengalaminya? Jawabannya iya. Candide setia menimpali kekecewaan dari fenomena-fenomena yang ia alami. Akan tetapi dengan adanya kekecewaan atas fenomena-fenomena yang mengintimidasinya, Candide belajar untuk memperbaiki dan setia menjalani kehidupan dengan berusaha yang amat keras. Dalam hal ini mengapa saya menawarkan ruang untuk setia merawat kekecewaan dan tentunya tidak berhenti pada titik kekecewaan itu, melainkan berlanjut untuk memberbaiki dan tetap menjalani kehidupan. Dengan ini Voltaire berhasil menciptakan pesimisme yang membangun bukan meruntuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun