Mohon tunggu...
Dwi Rakhmawati
Dwi Rakhmawati Mohon Tunggu... Guru - Sehari-hari belajar dan bermain dengan anak-anak di Sekolah Dasar kota kecil di Kota Solo.

Suka menulis dan bersahabat dengan alam. Saat ini mengajar di sekolah dasar. http://gurusahabatku.blogspot.com (alternatif blog yang lain).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jaranku Jaran Kepang

13 April 2011   23:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:50 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaran kepang yang dibuat dari bambu Pandangan mata ini kok tiba-tiba terhenti untuk memandang mainan kuda-kudaan... sesaat memoriku mengingat masa kecil. Ketika itu sih belum ada remote control, game online, apalagi ps. Ini dia mainanku dulu. Berjalan menyusuri citywalk di kotaku, seperti mengisyaratkan untuk mampir sejenak di Sriwedari. Taman rakyat di jantung kota. Ditambah taman hiburan dengan wahana bermain anak-anak hingga gedung wayang orang. Diseberang, dulu pernah kutemui hiruk pikuk orang-orang yang hendak nonton bioskop, Solo Theatre namanya. Kuingat saat itu, waktu keluar film perdana Sherina dengan mbak Mira Lesmana, ampun deh panjangnya antrian persis seperti orang yang gak pernah nonton film. Juga saat muncul film AADC. Sebab sebelum-sebelumnya, habit nonton masyarakat di kotaku ini belum sebegitunya. Yah, mungkin karena film-film yang ada banyak yang impor. Bapak simbok mana ngeh, pilih liat kethoprak aja. Tapi gedung bioskop itu kini mangkrak. Keramaian itu kini berubah jadi kesunyian. Bagian bangunan malah jadi rusak dan tak bernyawa lagi. Tapi ya sudahlah, mungkin begitulah bisnis. Tak tahulah. Kembali ke mainan tradisional. Sepertinya masih ada penggemarnya. Kulihat jaran kepang, kuda-kudaan, pecut, wayang, topeng, dakon, peralatan memasak (pasaran), mainan gamelan dan beberapa lainnya. Dulu sekali, mudah menemukan toko atau kios yang menjual benda-benda berharga ini (dulu aku berpikirnya kayak gitu hehehe..). Sekarang sulit sekali mencari penjual mainan tradisional ini. Yang menjamur sih warnet-warnet, rental ps, dan sebagainya. Yah, mungkin di kota manapun juga seperti ini siklusnya. Tapi romantisme ini ternyata masih menyisakan harap. Bahwa semoga masih banyak, anak-anak yang menggandrungi mainan-mainan bernilai edukasi tinggi ini. Sebab, dari permainan tradisional inilah, value kehidupan dapat diperoleh. Bagaimana tidak, permainan ini tidak asyik kalau dilakukan sendirian, makanya pasti akan mengundang teman dan sahabat untuk turut bergabung.

Topeng-topeng kayu Sosialisasi dapat, kinestetik juga dapat, belum lagi jika ujung-ujungnya pada berebutan dan ada pertengkaran, belajar menyelesaikan masalah dengan seanggun & secantik mungkin. Dan inilah arena edukasi yang sulit ditandingi oleh peran game-game yang marak berkembang di era ini. Ini just pilihan-pilihan, yang bisa disikapi dengan bijak dan imbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun