Bu Trias Desi merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang terkena dampak dari pandemi, dan demi mempertahankan penghasilan keluarga sekaligus membantu suami Bu Desi pun mencari cara untuk menjalankan suatu usaha dengan hanya bermodalkan uang pesangon miliknya. Tercetuslah ide untuk membuat usaha Bandeng Presto rumahan yang bernama "Bandeng Presto Tondo Tresno" dikarenakan sebelumnya Bu Desi pernah membantu mertuanya yang juga berjualan produk bandeng presto dari sinilah inspirasi Desi untuk membuat usaha ini. Berbagai cara dilakukannya untuk menjalankan usaha yang baru, mulai dari melakukan Research and Development untuk bumbu nya, memikirkan strategi pemasarannya, dan berbagai hal lainnya.Â
Lambat laun usaha miliknya mulai berjalan namun seperti pada umumnya setiap usaha pasti memiliki kendala masing-masing dalam prosesnya, Bandeng presto Tondo Tresno pun juga memilikinya seperti kendala dalam surat izin SKP, tempat produksi, alat produksi, market place tetapi seiring berjalannya waktu serta dukungan dari program pengabdian Masyarakat, Bandeng presto Tondo Tresno pun mulai mendapatkan pelanggan tetap yang hanya berawal dari postingan di facebook miliknya. Berawal dari mengirim sendiri produknya melalui aplikasi ojek online sekarang Bandeng Presto Tondo Tresno sudah memiliki banyak agen-agen dan reseller untuk Pick up Produknya untuk dipasarkan ke pasar-pasar serta agen makanan pun mulai melirik usaha miliknya dari mulai al barokah, nusantara jatingaleh, swalayan majapahit, oleh2 semar, rest area mayaran, maston, oleh2 kota lama, serta oleh2 lawang sewu.
Sekarang Bandeng Presto Tondo Tresno sudah dapat memproduksi setiap hari dengan Kapasitas Produksi Sebesar 40kg dalam sehari dengan ukuran rata-rata bandengnya sebesar 25 cm."Alhamdulillah lambat laun menemukan cara untuk bagaimana produk ini awet tanpa bahan pengawet dan hanya menggunakan teknologi pangan saja, akhirnya kami mulai menawarkan ke mitra-mitra dan pusat oleh-oleh, yang awalnya dari 1 toko sekarang sudah bertambah menjadi 20 toko " kata Bu Desi, di rumahnya, Senin (16/9/2024). Bu Desi menuturkan penjualan pun tak selamanya berjalan mulus pasti ada saja entah kenaikan atau penurunan dalam grafik penjualan di dalam usaha. "Penjualan Bandeng Presto pun berhubungan dengan kondisi dalam masyarakat Indonesia seperti saat mulai tahun ajaran baru anak sekolah pasti mengalami penurunan dan saat mendekati hari raya idul fitri mengalami kenaikan yang cukup signifikan yang rata-rata awalnya 3,6-3,8 kuintal atau 360-380 kg per bulan bisa bertambah hingga 5 kuintal lebih" Wahyu menambahkan.
Kunjungan ke UMKM Bandeng Presto Tondo Tresno memberikan gambaran nyata tentang semangat wirausaha yang penuh tekad dan inovasi. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, Ibu Desi dan timnya berhasil menunjukkan bahwa usaha yang dimulai dari skala kecil dapat tumbuh menjadi bisnis yang berkembang dengan jangkauan pasar yang luas. Perjalanan inspiratif ini mengajarkan pentingnya kerja keras, kreativitas, dan keberanian untuk terus belajar. Dukungan dari berbagai pihak serta pengelolaan yang matang telah membawa Bandeng Presto Tondo Tresno menjadi salah satu produk andalan di pasar oleh-oleh. Semoga kisah sukses ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi banyak pelaku usaha lainnya untuk terus maju dan berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H