Dunia sepak bola Indonesia kembali berduka. Kali ini, bukan penggemar klub sepak bola yang saling maki lalu menjadi ricuh dan menimbulkan korban jiwa. Hari Minggu (15 Oktober 2017), Indonesia kehilangan pemain sepak bola veteran, Choirul Huda. Choirul Huda meninggal secara heroik di lapangan hijau. Berposisi sebagai penjaga gawang Persela Lamongan, ia menyelamatkan gawangnya hingga titik akhir hidupnya.
Sebuah keberanian yang patut di apresiasi. Dan untuk saya sendiri, kisah ini kelak layak untuk dikenang. Sebuah cerita legenda, seorang penjaga gawang yang gagah berani mempertaruhkan nyawanya demi menjaga gawangnya bahkan harus dipanggil pulang di lapangan hijau.Â
Kisah duka itu bermula pada Hari Minggu, 15 Oktober 2017, Matchday 29 antara Persela Lamongan menghadapi Semen Padang FC di kandang Persela, Stadion Surajaya Lamongan. Pada menit akhir babak 1, Semen Padang FC menyerang Persela, umpan terobosan menghasilkan bola berada di posisi yang mengancam untuk Persela. Marcel Sacramento, penyerang dari Semen Padang FC duel laju dengan pemain bertahan Persela, Ramon Rodrigues.
Bola yang sudah berada dalam kotak penalti, mengancam keselamatan gawang dari Persela. Mengantisipasi kebobolan, Kiper Persela, Choirul Huda, maju untuk menghalau bola dan mengamankan gawang. Namun, saling laju antara dua pemain dan gerak maju dari Choirul Huda menghasilkan kecelakaan, dimana Ramon yang berusaha menghindari gerak Choirul Huda dan menghentikan laju larinya, bertabrakan dengan Choirul Huda. Seketika, Choirul Huda terjatuh dan mulai tak sadarkan diri. Bala bantuan dari tenaga medis mulai berdatangan. Mobil ambulance pun dikerahkan. Namun sore itu awan hitam menyelimuti langit Stadion Surajaya Lamongan. Salah satu pemain setia mereka, Choirul Huda, meninggal di lapangan hijau, setelah kecelakaan tabrakan tersebut.
Saya sempat melihat video dimana saling laju pemain yang berebut bola hingga akhirnya kecelakaan tabrakan antara Ramon Rodrigues dengan Choirul Huda. Sebagai penikmat sepak bola awam, sejujurnya saya kaget mengetahui hasil dari kecelakaan tabrakan berebut bola tersebut. Saya tidak bisa memperlihatkan detail atau data-data pertandingan sepak bola lain mengenai tabrakan antar pemain.
Namun yang saya tahu, saling tabrakan bahkan antara penyerang atau pemain bertahan dengan penjaga gawang lumrah terjadi. Olahraga dengan 11 pemain dalam satu klub dan potensi kontak fisik yang besar, tidak menutup kemungkinan terjadinya tabrakan semacam ini. Saya pun yakin, tidak satu-dua kali terjadi tabrakan penjaga gawang dengan pemain lainnya pada saat perebutan bola. Namun kali ini berbeda, tabrakan yang terjadi pada matchday 29 harus menutup karir Choirul Huda untuk selama-lamanya.Â
Untuk saya sendiri, ada yang menarik perhatian saya atas kejadian kecelakaan ini. Ramon Rodrigues, sebagai pemain bertahan Persela yang berusaha mengamankan bola namun bertabrakan dengan Choirul Huda, menjadi bulan-bulanan warganet. Mereka semua tidak terima dan melakukan penghinaan, bahkan menganggap Choirul Huda sebagai pembunuh.
Untuk berita lebih lengkap anda dapat mengunjungi web ini : http://suryamalang.tribunnews.com/2017/10/16/alamak-ini-yang-terjadi-di-instagram-ramon-rodrigues-usai-kematian-kiper-persela-choirul-huda. Dari sekian banyak caci maki, saya masih tidak habis pikir yang menyalahkan Ramon atas kejadian ini, mengatakannya sebagai seseorang yang bersalah bahkan pembunuh
Dari kronologi yang sudah saya jelaskan, bahkan dari video pertandingan yang sudah beredar luas di masyarakat, terlihat wajar apabila penyerang dan pemain bertahan saling berebut bola, apalagi bola tersebut merupakan umpan terobosan yang sudah berada di depan gawang. Pun sangat wajar sebagai penjaga gawang untuk memiliki insting penyelamatan gawang dengan menghentikan laju bola bahkan menghalau bola.Â
Kejadian tabrakan pun juga bukan sesuatu yang disengaja, Ramon berusaha menyapu bola, pun Choirul berusaha menyelamatkan gawang. Tidak ada maksud Ramon untuk menyakiti, melukai Choirul secara sengaja bahkan membunuhnya. Mereka berdua mengupayakan penyelamatan gawang Persela. Meskipun pada akhirnya terjadilah kecelakaan saling tabrakan tersebut.
Saya sungguh menyayangkan para penggemar sepak bola yang menganggap Ramon sebagai pembunuh. Tidak ada maksud atau kesengajaan dari Ramon untuk membunuh Choirul. Pun dari berita yang beredar, banyak sekali penggemar yang belum dewasa atas kejadian ini. Sudah banyak kejadian yang mencoreng nama penggemar klub sepak bola Indonesia, apalagi pengguna media sosial. Kali ini pengguna media sosial yang notabene penggemar sepak bola mempermalukan Indonesia, bahwa tingkat pemahaman atas kejadian ini masih rendah dan lebih mengedepankan emosi.