[caption id="attachment_265583" align="aligncenter" width="400" caption="www.neurogadget.com"][/caption] Waktu itu dini hari, saat aku kerja shift malam saat masih bekerja di kota Jogja, seorang kawan datang ke meja kerjaku. Dia mengajak bicara tentang keberadaan Tuhan. "Ka', kamu percaya Tuhan itu ada?" "Percaya." "Kalau Tuhan itu ada, apa bukti keberadaannya?" "Bukankah di kitab suci tertulis jelas?" "Yaaah, kalau cuma gitu jawabnya, anak TK juga tahu... Ngapain aku nanya kamu..." Hehehe... salah jawab nih. Maklum temenku ini orangnya sangat "ilmiah", karena pernah "makan" bangku kuliah. ----- "Kamu pernah bermimpi saat tidur?" "Ya pernah lah... Manusia mana yang tak pernah bermimpi saat tidur?" "Oke. Mimpi, menurut kamu nyata atau tidak?" "Nggak. Kan gak ada wujudnya... Secara materi dia tidak ada." "Tapi ada?" "Iya, ada." "Kamu yakin bahwa kamu bermimpi? Yakin mengalami mimpi itu?" "Iya. Aku yakin. Kan aku yang ngrasain..." "Merasakan mimpi itu? Rasa yang kamu alami saat mimpi itu nyata atau tidak?" "Hmmm, nyata... Lha wong kalau mimpi nikmat aku merasakan nikmat... Hehehe..." "Oke. Lalu apa buktinya kalau mimpi yang kamu anggap nyata adanya itu benar-benar ada dan nyata?" ".............." "Begitulah aku memahami keberadaan Tuhan. Dia ada. Nyata. Dengan segala bukti-bukti-Nya. Melalui kitab suci-Nya, cipataan-ciptaan-Nya, Nabi-nabi-Nya, Rasul-Nya, dan kejadian-kejadian-Nya. Tapi bukti bahwa Tuhan itu ada hanya ada pada hati, pikiran, dan rasa yang ada padaku. Bukan yang ada padamu. Itulah kenapa pemahaman kita berbeda." "Bahkan saat beribadah pun aku tak akan pernah mampu melihat-Nya dengan mataku dimana Tuhan berada. Aku hanya bisa membuka mata hati, pikiran, dan perasaanku seolah-olah Dia melihatku..." "Nah, gitu aja Bro pandanganku soal Tuhan... Tapi ya semua kembali kepada kamu. Mau mencari bukti keberadaan-Nya atau malah sebaliknya... Bebas. Tuhan gak pernah maksa kita ber-Tuhan kok. Coba kalau Tuhan maksa, udah susah hidup kita..." "Contoh nih... Ini kalau kamu percaya Tuhan itu ada. Tuhan sudah dikasih kita hidung ama paru-paru buat ngirup udara, eh kita malah nantangin Dia. Pake bilang gak ada lagi, apa Tuhan gak gatel buat mithes kita? Coba tanya tuh orang yang susah nafas di rumah sakit, berapa duit musti dia keluarkan hanya untuk bisa "bernafas"." Temenku hanya manggut-manggut. Gak tahu karena setuju atau karena ngantuk... Biarlah... . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H