Jam dua pagi. Selesai juga laporan bulananku. Besok pagi tinggal di print, lalu siangnya dibawa ke P & L meeting dengan GM dan tim manajemen lain. Lelah, penat, dan ngantuk sudah menyatu, berkolaborasi dengan harmonisnya dalam tubuhku. Ingin rasanya segera menghamparkan tubuhku ke atas empuknya kasur di rumah.
Keluar dari kantor, bukannya pulang, kuhampiri warung kopi sebelah kantor. Pengen yang hangat-hangat untuk tubuhku yang lelah ini. Segelas kopi hitam... Tak lama, sebatang rokokpun ikut menemaniku menikmati segelas kopi.
Pedagang kaki lima sudah banyak yang tutup. Hanya ada beberapa warung tenda jagung bakar yang masih setia menunggu pembeli. Jalanan sepi, meskipun sesekali ada mobil atau motor yang lewat.
Lelah masih terasa waktu seorang lelaki tua yang mendorong gerobak dagangannya lewat di jalan depan tempatku ngopi. Terdiam penuh pikir aku melihatnya. Betapa bapak itu lebih lelah dariku. Aku yang hanya duduk saat bekerja, berkutat dengan angka-angka, dan meja penuh cemilan diatasnya.
Lelah tubuhku seperti terangkat entah kemana mengingat itu semua. Aku hanya merasa lelah yang kurasakan saat ini tidak begitu berarti jika dibandingkan dengan lelah bapak tua itu. Padahal betapa sering aku mengeluh tentang keadaanku dan banyak hal lagi yang harusnya tidak perlu aku keluhkan...
"Ya Tuhan, maafkan aku Tuhan jika aku tak pandai bersyukur kepada-Mu... Terima kasih atas petunjuk-Mu pagi ini."
Kuhabiskan kopiku setelah aku buang rokokku yang masih sepertiga batang... Pulang...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H