Mohon tunggu...
Su Liwa
Su Liwa Mohon Tunggu... -

Penumpas kejahatan di muka bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Tak di Dunia Ini, Pasti di Nirwana Nanti

5 Juni 2012   05:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:23 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin kencang menyelimuti malam. Pohon pohon berisik diganggu sang bayu. Kilat menampakkan sinarnya, disusul bunyi gemuruh. Air tercurah dari langit. Sebagian memaksa masuk melalui celah-celah sebuah kamar, memadamkan api kecil satu-satunya penerang di ruangan itu.  Menambah getir hati Sang penghuni kamar.

"Hiks... "

"Hiks... "

"Hiks... Ka.. Hiks..kaang..."

Tangis sesenggukan Putri Harum Hutan tak juga berhenti.

Kabar ditemukannya beberapa jasad prajurit Majapahit tanpa kepala di pinggir Kali Brantas seminggu yang lalu sampai juga  ke telinga Putri Harum Hutan.

Adalah hal biasa, peperangan selalu memakan korban, baik pihak yang menang, maupun pihak yang menanggung kekalahan. Namun yang menyakitkan, salah satu dari jasad tanpa nyawa itu adalah Sumitro, kekasihnya yang tak pernah direstui.

Kebersamaan dengan sang kekasih di taman pinggir kota satu purnama yang lalu tak henti-hentinya melintas di benak Sang Putri.

***

"Kakang....", sapa manja terucap dari mulut Putri Harum Hutan untuk lelaki pujaannya.

"Kakang mundur saja dari prajurit Majapahit", sambil merebahkan diri di dada bidang Sumitro.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun