Apakah kelas menengah Indonesia sedang menghadapi ancaman serius? Pertanyaan ini muncul seiring kekhawatiran terhadap kondisi sosial-ekonomi saat ini. Para ahli menyoroti bahwa kelas menengah semakin terjepit oleh kebijakan pemerintah yang membebani, disrupsi teknologi, dan ketimpangan ekonomi yang kian melebar. Program seperti Tapera dianggap memberatkan kelas menengah tulang punggung ekonomi sebagai konsumen dan pelaku usaha. Beban tambahan ini menggerus daya beli dan stabilitas finansial mereka. Kemajuan teknologi seperti otomatisasi dan kecerdasan buatan mengancam lapangan kerja yang selama ini diisi kelas menengah. Tanpa adaptasi dan peningkatan keterampilan, banyak yang berisiko kehilangan pekerjaan.
Kesenjangan antara kaya dan miskin semakin tajam, membuat kelas menengah terjepit. Pendapatan mereka stagnan, sementara biaya hidup terus naik, menghambat mobilitas sosial dan memperbesar jurang ketidaksetaraan. Merosotnya kelas menengah dapat melemahkan perekonomian nasional. Sebagai motor penggerak ekonomi, penurunan daya beli dan investasi dari kelas ini akan memperlambat pertumbuhan dan mengurangi stabilitas ekonomi. Pemerintah perlu menerapkan kebijakan inklusif yang mendukung kelas menengah, seperti perbaikan sistem perpajakan dan penciptaan lapangan kerja berkualitas. Peningkatan pendidikan dan keterampilan juga krusial agar mereka mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi. Ancaman terhadap kelas menengah adalah isu serius yang membutuhkan perhatian segera. Tanpa tindakan konkret, ketimpangan ekonomi akan semakin dalam dan pertumbuhan ekonomi terhambat. Menguatkan kelas menengah adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan kemajuan Indonesia di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H