Mohon tunggu...
Raka Alverianto
Raka Alverianto Mohon Tunggu... -

hard, smart and sincere work

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Caretaker Prabowo?

27 Juli 2013   12:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:58 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : tribunnews.com

Sejak terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi banyak menempati posisi teratas diberbagai survei politik mengungguli tokoh-tokoh lain sebagai capres favorit 2014. Popularitas Jokowi melejit karena figur sederhana dan aksi “blusukan”-nya ternyata mendapatkan tempat di hati masyarakat yang mendambakan sosok pemimpin “membumi”. Selain itu, peran media yang menjadikan Jokowi sebagai “media darling” dalam pemberitaan. Akhirnya, banyak pihak menggadang-gadangnya maju dalam Pemilihan Presiden 2014.

Terpilihnya Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak bisa lepas dari peran Prabowo Subianto. Menurut sumber dari PDIP dan GERINDRA, mantan Danjen Kopassus itu yang meyakinkan Jokowi untuk maju dan melobi Megawati agar mengusung pasangan koalisi PDIP-GERINDRA (Jokowi-Ahok). Padahal PDIP -terutama Taufik Kemas, waktu itu lebih condong akan mendukung Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Sama halnya dengan cerita Ahok. Dia yang notabene adalah kader sekaligus anggota DPR dari GOLKAR dilobi secara khusus oleh Prabowo untuk mendampingi Jokowi.

Menurut berita di berbagai media, Prabowo ingin mendorong tokoh-tokoh muda yang track record-nya bersih dan dinilai mampu membenahi Jakarta. Prabowo terlihat sangat all out meng-gol-kan duet tersebut. Dia rela mendampingi ketika mendaftar di KPU DKI Jakarta, membuat iklan di TV, menjadi juru kampanye hingga menyumbang dana yang tidak sedikit. Terbukti Jokowi (dari Solo)-Ahok (dari Belitung Timur) berhasil menumbangkan pasangan incumbent yang notabene asli dari Betawi. Sungguh sebuah fenomena politik.

Ada pihak yang menganggap ini strategi jitu Prabowo untuk mendongkrak elektabilitas. Hasil survei pasca Pilkada DKI membuat PDIP geram karena elektabilitas Prabowo mengalahkan Megawati di ibukota. Mereka pun tidak segan menuding Prabowo mendompleng popularitas Jokowi dan GERINDRA sebagai “penumpang gelap”. Padahal, sebelum pemilihan Gubernur DKI Jakarta, elektabilitas Prabowo memang sudah tinggi beradu dengan Megawati. PDIP pun tidak bisa maju sendiri mengusung Jokowi atau calon lain tanpa koalisi.

Namun, ada pihak lain yang berpandangan bahwa Prabowo melakukan blunder politik. Mengusung Jokowi, ibarat memelihara anak macan yang siap menerkam induk semang-nya. Sebelum Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, Prabowo tampil sebagai kandidat kuat capres 2014. Saat ini, elektabilitas Jokowi justru mengungguli Prabowo. Apakah Prabowo tidak sadar jika hal tersebut bisa terjadi? Atau sebenarnya ada misi lain dari Prabowo untuk Jokowi?

Hal menarik dapat diamati dari Pilgub Jabar dan Walikota Bandung pasca Pilgub DKI Jakarta. GERINDRA awalnya melobi Teten Masduki (Ketua Indonesian Corruption Watch/ICW) sebagai calon Gubernur Jabar yang ditawarkan ke PDIP. Prabowo melalui official facebook-nya terang-terangan berniat mengusung Teten Masduki -sebelum akhirnya memberikan dukungan kepada Dede Yusuf. Namun, PDIP enggan berkoalisi lagi dengan GERINDRA karena mungkin belajar dari pengalaman Pilkada DKI Jakarta. Selanjutnya, pada pemilihan Walikota Bandung, lagi-lagi Prabowo membuat gebrakan dengan mendukung Ridwan Kamil, tokoh muda kreatif dari Bandung yang mumpuni dibidang arsitektur dan tata kota. Alhasil, koalisi GERINDRA-PKS mampu mengalahkan pasangan calon yang diusung PDIP yaitu sang istri mantan walikota bersanding dengan wakil walikota sebelumnya.

Ada apa dibalik semangat Prabowo mendukung pemimpin-pemimpin muda? Apakah ini bagian dari strategi “batu loncatan” agar elektabilitas-nya sebagai capres 2014 makin kokoh ditangga puncak? Atau murni niatan Prabowo untuk mencari kepala daerah yang muda, bersih dan revolusioner yang diharapkan bersama-sama dirinya melakukan perubahan besar di negeri ini jika terpilih menjadi Presiden? Kita tidak tahu deal pribadi apa antara Prabowo dan Jokowi pada saat jelang Pilgub DKI Jakarta. Bisa jadi, Prabowo berencana menyiapkan Jokowi sebagai caretaker alias calon pengganti/penerus setelah dirinya terpilih sebagai Presiden RI 2014.

Menurut sumber dari GERINDRA, Prabowo memang sangat mengagumi sosok dan pemikiran Soekarno. Dalam berbagai kesempatan pidato, Prabowo sering mengutip pernyataan sang founding father, misalnya : “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Semoga Jokowi, Ahok, Teten Masduki, dan Ridwan Kamil termasuk kriteria 10 pemuda tersebut yang benar-benar disiapkan Prabowo.

Kita lihat saja nanti, apakah Jokowi akan tetap menjaga amanah/kepercayaan warga DKI untuk menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur dan mengatasi problem macet, banjir, sampah atau pemukiman kumuh di ibukota? Ataukah Jokowi akan mendampingi Prabowo sebagai cawapres 2014? Atau mungkin Jokowi maju sebagai capres 2014 bertarung dengan Prabowo - sang pengorbit yang berjasa membawanya ke Jakarta? Setiap pilihan Jokowi mengandung resiko politik yang akan menentukan apakah citra dan elektabilitasnya akan semakin naik atau hancur di tengah jalan.*RA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun