Mohon tunggu...
rajo gombal
rajo gombal Mohon Tunggu... -

pewarta warga yang berpikir sederhana, yang ga rumit-rumit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketua Partai Demokrat Bilang Media “BULSHEET”

9 Agustus 2012   14:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:02 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin, menuding media yang tidak mendukungnya sebagai media “BULSHEET” dan tak perlu dibaca. Hal ini disampaikan Ilham yang akan bertarung dalam Pemilihan Gubernur Sulsel, ketika acara buka puasa bersama dengan Komite Persiapan Penegakan Syariah Islam (KPSSI) Sulsel, Makassar (8/8).

Menurutnya, hanya media yang patut dibaca hanyalah Fajar, Tempo dan Tribun Timur, karena ketiga media inilah yang paling gencar mencitrakan Ilham dan pasangannya Azis Kahar Muzakkar. Selain itu adalah media “BULSHEET”. Ilham memang memiliki saham yang besar di Harian Koran Tempo Makassar. Gedung kantor Tempo yang ada di Jalan Pengayoman adalah milik Ilham. Tribun Timur juga banyak membantu selama ini, yang dimiliki oleh Aksa Mahmud, yang ‘diam-diam’ mendukung Ilham. Tak heran jika berita-berita Tribun Timur banyak ‘menyerang ‘ pasangan lain. Sementara Fajar didominasi oleh loyalis Azis.

Informasi tentang penghinaan Ilham ini disebarkan oleh seorang Jurnalis yang kebetulan menghadiri acara ini melalui BBM. Ia mengakui memiliki rekaman acara tersebut, termasuk saat ketika Ilham menyebut kata “BULSHEET”.

Jika informasi ini benar-benar valid, maka ini adalah pelanggaran etika yang sangat besar dan pelecehan terhadap insan pers. Apalagi saat ini Ilham masih menjabat sebagai Walikota Makassar dan baru saja menunaikan ibadah umrah.

Dua hari sebelumnya Kader Partai Demokrat lainnya, Akbar Endra, juga melakukan pelanggaran etika yang berat dengan menyebar kebohongan di media massa. Berawal dari kunjungan safari Ramadan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo ke Masjid Agung Maros. Akbar yang merupakan Ketua Fraksi Demokrat DPRD Maros ini kemudian membuat rilis ke Tribun Timur yang mengabarkan keterlambatan Gubernur datang ke lokasi yang menyebabkan sholat isya tertunda. Menurut Akbar dalam rilisnya, keterlambatan Gubernur membuat banyak warga yang komplain ke pengurus masjid. Solat Isya yang seharusnya dilakukan jam 19.30 molor menjadi jam 20.00 wita. Tak lupa ia mengutip hadits untuk membenarkan tindakannya. Ia mengaku pada saat itu tidak sedang berada di lokasi karena sedang memberi ceramah di masjid lain. Namun di sisi lain, katanya, ia berupaya untuk menenangkan massa yang kecewa.

Fakta yang sebenarnya, tak ada satu pun kejadian komplain warga ke pengurus masjid sebagaimana dituduhkan oleh Akbar. Banyak saksi yang bisa membuktikannya, termasuk  Patarai Amir, salah seorang anggota DPRD Maros lainnya, yang juga berada di lokasi pada saat itu. Ia menyebut Akbar “pembohong”. Fakta lainnya, solat Isya sebenarnya dilaksakanan pada pukul 20.00, bukan 19.30 dan Gubernur datang pada pukul 19.50, atau 10 menit sebelum solat isya dimulai. Fakta lainnya, Akbar mengaku sedang ceramah di mesjid lain, namun pada kenyataannya ia berada di Warung Kopi (Warkop) Phoenam Makassar, yang berjarak sekitar 15 km dari masjid Agung Maros. Ini juga disaksikan langsung oleh banyak saksi, dan mereka bersedia bersaksi untuk itu. (http://makassar.tribunnews.com/2012/08/08/akbar-endra-di-warkop-saat-gubernul-di-masjid-maros)

Kedua peristiwa di atas sungguh sangat menyedihkan bagi banyak orang, karena selama ini Partai Demokrat Sulsel, khususnya pasangan Ilham – Azis mengklaim diri sebagai pasangan religius. Jualan mereka adalah pemimpin yang religius dan penegakan syariah islam di Sulsel. Mereka bahkan memobilisasi ustadz-ustadz untuk melakukan black campaign di masjid-masjid. Sejumlah iklan kampanye (TVC) mereka pun berisi banyak fitnahan. Dan itu dilakukan di bulan suci romadan. Entah bagaimana nasib warga Sulsel jika kelak dipimpin seperti mereka. Dipimpin oleh orang-orang bertopeng, yang menggunakan agama sebagai sarana pencapaian kekuasaan. Merekalah yang biasa kita sebut "politisi" busuk. Lebih menyeramkan lagi mereka juga menyebar kader-kader partai untuk berceramah di masjid sebagai “ustadz gadungan” demi menarik simpati masyarakat.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun