Setelah menikah dengan khadijah, muhammad menjalani kehidupan berkeluarga  dengan harmonis dan penuh dengan kesenangan.
Hingga suatu ketika, terjadi banjir dimekkah. Waktu itu usia muhammad masih sekitar 35 taun. Banjir itu cukup besar hingga merusak dinding ka'bah, pada waktu itu ka'bah adalah sumber rezeki dan keramaian penduduk mekah. Banyak orang dari liar mekah yang rela jauh-jauh datang hanya untuk berkunjung ke ka'bah, baik untuk memuj berhala atau kepentingan lainya.
Ketika banjir mulai surut, penduduk Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding ka'bah secara sukarela. Â Semua pada saling gotong royong dan bahu membahu agar pekerjaan ini bisa cepat selesai. Lalu, sesuatu terjadi. Semua orang mulai berpikir, siapa yang akan memindahkan hajar al aswad?
Masalah mulai memanas ketika masing masing kaum saling berpendapat dan berdebat dengan saling mengaku bahwa kaum merekalah yang pantas melakukannya. Masalah inj semakin lama semakin memanas hingga hampir terjadi pertumpahan darah. Sampai-sampai keluarga Abd'd-Dar dan keluarga 'Adi melakukan kesepakatan untuk bersumpah bersama.Keluarga Abd'd-Dar membawa sebuah baki berisi darah dan nenasukkan tabgab mereka untuk menguatkn sumpah.
Untunglah, Abu Umayah bin'I-Mughira dari bani Makhzum, salah stu yng paling tua diantara yng lainya mencegah keributan itu.
"kenapa kita sing bertengkar? Â Sebaiknya kita tunggu siapa yabg datang ke pintu masjid ini dialah yang berhak memutuskannya"
Masing masing kepala kaum menyetujui itu. Â Beggitu mengetahui bahwa yang pertama kali masuk itu adalah Muhammad, semua orang mulai tersenyum. Pasalnya muhammad adalah orang yabg terhormat dan jujur. Kalau muhammad adalah hakimnya maka pasti akan adil bagi semua pihak.
Di sini, kebijakan Muhamad benar benar dipandang oleh semua orang. Dia kemudian menggelar sebuah kain di atas tanah, diangkatnya Hajar Al-Aswad dan diletakkan di kain itu. Lalu kepada setiap kepala suku, Muhamad meminta mereka untuk masing masing memegang tiap tiap ujung kain itu mengangkatnya.
Dengan cara ini, semuanya puas. Hajar Al-Aswad diangkat oleh pemimpin semua kaum. Barulah ketika hampir sampai di tempat seharusnya, mereka menurunkan hajar al aswad tersebut, lalu muhammad mengambilnya dan menaruhbya ditempat semula.
Dari sinilah kemudia muhammad mendapat gelar al amin, yang artinya "yang bisa dipercaya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H