Mohon tunggu...
sentot wicaksono
sentot wicaksono Mohon Tunggu... -

Owner at rajinrapi tailor. Member at Honda Tiger Club Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Renungan Galau Usai Sarapan

22 Oktober 2014   02:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:12 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku sudah sarapan.aku bisa hidup sampai siang nanti.metabolisme tubuh sudah terpenuhi.artinya,aku sudah bisa hidup hari ini.lalu untuk apa hidup yang sudah aku pertahankan hari ini?
Sekarang saya ingin melibatkan anda dengan menggunakan kata 'kita'.
Setelah bisa bertahan hidup,biasanya kita menghabiskan waktu untuk mencari uang.
Karena dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan dan kesenangan.
Menikah,punya anak,beli kendaraan,rumah,gaya hidup dan sedikit hoby untuk menikmati hidup.
Kalaupun kita sudah punya semua itu,biasanya kita terjebak pada tahta(jabatan) dan wanita(lain). Dan bisa jadi,kita akan membutuhkan waktu puluhan untuk mencari semua hal diatas.
Katakanlah kita sukses memenuhi apapun yg ingin kita beli dan kita inginkan untuk melengkapi hidup.
What next?
Setelah kita bisa hidup dan cukup, biasanya kita mencari apa yang disebut bahagia.dan tanpa terasa,kalaupun kita sudah sampai pada titik ini,hidup kita sudah tak lama lagi.
Umumnya kebahagiaan adalah tujuan akhir manusia.
Inilah 'jebakan batman' yg sesungguhnya. karena kadang,bahagia takkan bisa kita temukan meski seumur hidup kita mencarinya.
Okelah,katakan kita sudah merasa bahagia. apakah itu sepadan dengan waktu yang kita habiskan untuk mencarinya?
Mungkin iya.
Tapi bagi saya bahagia terlalu mahal bila dibayar dengan waktu yang kita punya selama hidup.bayangkan,kita perlu waktu seumur hidup,segenap harta,bahkan air mata untuk menemukan bahagia.apakah itu sepadan?
Lalu?
Bagaimana kalau kita ubah logika mencari bahagia menjadi logika untuk mencari bekal?
What?
Mencari bekal untuk apa?
Bekal untuk Mati...
Karena disanalah letak hakiki kebahagiaan abadi.
Bukan kebahagiaan dunia yang usianya hitungan hari!
Tentang apa dan bagaimana mencari bekal untuk mati,anda bisa bertanya pada pihak yang 'berwenang'.
Semoga berkenan.
Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun