Mohon tunggu...
Rajiman Andrianus Sirait
Rajiman Andrianus Sirait Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, penulis jurnal, artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen dan saya juga aktif dalam pelayanan sosial dan gereja

Nama saya Rajiman Andrianus Sirait, saya berprofesi sebagai Mahasiswa, penulis jurnal, artikel dan lagu, sebagai editor beberapa buku Teologi dan pendidikan agama Kristen dan saya juga aktif dalam pelayanan sosial dan gereja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Calon atau Calo Penghuni Surga?

31 Januari 2024   06:00 Diperbarui: 31 Januari 2024   13:44 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Calon Penghuni Surga atau Calo Penghuni Surga?

Dalam perenungan kita, pertanyaan mengenai apakah kita ini calon penghuni surga atau malah calo penghuni surga merupakan sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan. Kita dapat belajar banyak dari kisah orang Samaria yang baik hati yang diceritakan dalam Injil Lukas 10:25-37.

Kisah ini dimulai dengan seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus, "Siapakah sesungguhnya sesamaku ini?" Tujuan pertanyaan tersebut adalah untuk mencari tahu siapa yang dianggap sebagai sesama. Yesus merespons dengan menceritakan tentang seorang pria yang sedang pergi dari Yerusalem ke Yerikho dan jatuh ke dalam tangan perampok yang kejam. Dua orang pertama yang melewati korban tersebut, seorang imam dan seorang Lewi, sebenarnya adalah orang-orang yang seharusnya lebih tahu tentang kasih dan belas kasihan, namun mereka mengabaikannya.

Baca juga: Hidup Manusia

Namun, orang Samaria yang baik hati datang ke tempat kejadian. Orang Samaria ini seharusnya adalah musuh alamiah bagi orang Yahudi, tetapi ia merasa kasihan kepada pria yang terluka itu. Orang Samaria ini merawat luka-lukanya, membawanya ke penginapan, dan bahkan memberikan uang kepada pemilik penginapan untuk merawat pria tersebut selama ia berada di sana. Ia memperlakukan pria tersebut seolah-olah ia adalah saudaranya sendiri.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa status kita sebagai calon penghuni surga tidak hanya ditentukan oleh agama atau latar belakang kita. Sebaliknya, status tersebut lebih bergantung pada tindakan kita dan bagaimana kita memperlakukan sesama. Yesus mengajarkan agar kita menjadi baik hati, penuh kasih, dan peduli terhadap orang lain tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka.

Ketika kita bertindak dengan kasih dan belas kasihan terhadap sesama, kita lebih mendekati menjadi calon penghuni surga sesuai dengan ajaran Kristus. Namun, jika kita hanya berpura-pura dan tidak mengasihi sesama manusia dengan tulus, kita dapat dianggap sebagai "calo penghuni surga" yang hanya berpura-pura untuk mendapatkan tempat di surga tanpa memiliki kasih sejati dalam hati kita.

Oleh karena itu, dalam perenungan kita, penting bagi kita untuk mengambil pelajaran dari kisah orang Samaria yang baik hati. Kita harus bertindak dengan kasih dan belas kasihan terhadap sesama manusia, tidak peduli siapa mereka, agar kita dapat mendekati lebih dekat status sebagai calon penghuni surga yang sesungguhnya menurut ajaran Kristus. Dengan demikian, kita akan hidup sesuai dengan nilai-nilai Kristiani yang mendorong kita untuk mengasihi sesama dan melayani mereka dengan tulus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun