Mohon tunggu...
Abdul Rajif Supu
Abdul Rajif Supu Mohon Tunggu... -

Anak pertama dari empat bersaudara, mahasiswa pendidikan bahasa Inggris pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, Sulawesi Tenggara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Petani dan Nelayan Masuk Hypermart

4 Januari 2015   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:50 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

22 Desember 2014 lebih dari setengah warga Kota Baubau memadati peresmian salah satu pusat perbelanjaan modern Hypermart milik Lippo Group. Pasar bintang lima ini menarik perhatian banyak pihak untuk dikunjungi baik dari kalangan masyarakat menengah ke atas maupun masyarakat menengah ke bawah. Ketika itu pemandangan yang jarang terlihat di Kota Baubau terjadi di sekitar area perbelanjaan tersebut yaitu macet. Bagaimana tidak, kawasan parkir yang disediakan tidak cukup menampung warga yang begitu antusias sehingga para pengunjung memarkir kendaraan roda dua maupun roda empat tepat di bibir jalan. Sungguh antusias yang luar biasa.

Pemandangan yang berbeda terlihat di salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Baubau, Pasar Wameo. Pasar yang biasanya sangat ramai dikunjungi oleh warga Baubau ini tiba-tiba menjadi sunyi sepi. Bagaimana tidak, masyarakat kota Baubau lebih memilih berbelanja di pasar modern ketimbang di pasar tradisional. Di Hypermart pengunjung dimanjakan dengan fasilitas AC, sementara di Wameo pengunjung hanya mendapatkan terik sinar matahari yang bisa menghanguskan kulit. Di Hypermart pengunjung dimanjakan dengan lantai keramik yang begitu menyilaukan, sementara di Wameo pengunjung kualahan untuk menggulung celana atau rok mereka dikarenakan becekan air marak di temui di pasar tradisional ini. Begitu pula untuk meringankan beban belanjaan mereka, pengunjung di Hypermart bisa menggunakan kereta dorong untuk menampung hasil belanja mereka sementara di Wameo pengunjung harus menguras energi yang cukup banyak untuk membawa belanjaan mereka karena mereka hanya menggunakan kantong kresek biasa yang berharga seribu rupiah.

[caption id="attachment_363082" align="aligncenter" width="250" caption="Gambar Pasar Modern"][/caption]

Kondisi yang sangat kontradiktif antara Hypermart dan Wameo. Jika kita membandingkan Hypermart dan Wameo, sama halnya dengan membandingkan sebuah desa tertinggal dengan sebuah kota besar yang sangat maju pembangunannya. Tetapi yang dilupakan masyarakat Baubau, Hypermart adalah milik perusahaan megah yang investasinya hingga ke beberapa negara di Asia. Bahan-bahan sebut saja lauk dan pauk yang diterdapat di Hypermart merupakan hasil suply dari pusat maupun import. Sementara di Wameo lauk dan pauk yang dijual merupakan hasil dari petani dan nelayan yang ada di Kota Baubau maupun Kabupaten Buton. Keberadaan Hypermart membuat para petani dari Lasalimu, Ereke, Ngkari-Ngakari, Kapuntori dan Gonda bingung ingin mendagangkan sayurannya ke mana. Begitupun nelayan asal Bone-Bone, Sampolawa, dan Pasar Wajo merasa penjualan ikan hasil tangkapan mereka tidak laris seperti belum adanya Hypermart.

[caption id="attachment_363084" align="aligncenter" width="250" caption="Gambar Pasar Tradisional"]

142035295643177979
142035295643177979
[/caption]

Penulis bukan menolak keberadaan Hypermart karena dengan keberadaannya jumlah pengangguran Kota Baubau dan Kabupaten Buton dapat berkurang. Banyak tenaga kerja yang direkrut sebagai karyawan Hypermart, hanya saja begitu banyak petani dan nelayan yang merasa tercekik dengan keberadaan pasar modern ini. Sehingga penulis minilai terobosan poros tengah perlu dilakukan oleh pemerintah yang artinya keberadaan Hypermart harus pula menambah penghasilan masyarakat Kota Baubau maupun Kabupaten Buton khususnya para petani dan nelayan. Pemerintah harus bernegosiasi dengan pihak Hypermart. Kiranya dalam pengadaan barang dagangan Hypermart seperti lauk dan pauk dapat membeli hasil pertanian dan kelautan yang ada di Kota Baubau maupun Kabupaten Buton karena secara kualitas sayur hasil pertanian dari Kabupaten Buton sama dengan kualitas sayur yang ada di Jawa maupun sayur import. Begitupun hasil lautnya, kualitas ikan dari Kota Baubau maupun Kabupaten Buton lebih unggul ketimbang hasil laut yang ada di daerah lain. Sehingga lauk pauk asal Baubau dan Buton yang merupakan buah keringat petani dan nelayan setempat dapat dipajang di Hypermart untuk diperjual belikan.(end)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun