Mohon tunggu...
Abdul Rajif Supu
Abdul Rajif Supu Mohon Tunggu... -

Anak pertama dari empat bersaudara, mahasiswa pendidikan bahasa Inggris pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau, Sulawesi Tenggara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ancaman Anak Ibu Pertiwi

3 Januari 2015   20:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:53 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjadi rahasia publik bahwa ISIS akronim dari Islam State in Irak and Syria merupakan kelompok teroris yang akhir-akhir ini mewarnai media dengan gerakan saparatis yang mereka lakukan. Penganiayaan, pembunuhan, pembantaian, dan aksi radikal lainnya menjadi identitas kelompok ini. Namun bagi kaum ekstremis sunni ini, yang mereka lakukan semata-mata hanya untuk menegakkan syari'at Islam sehingga mereka dengan lantang menyuarakan bahwa kelompok mereka adalah pasukan atau tentara Allah SWT. Kelompok yang bermarkas di Irak dan Syria ini didirikan pada tahun 2003 dan di pimpin Abu Bakr Al-Baghdadi atau yang lebih dikenal sebagai Khalifah Ibrahim dipercayai adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Pemuda-pemuda dari berbagai negara direkrut untuk menjadi pasukan ISIS, iming-iming mati syahid menjadi doktrin utama dalam menjalankan misi organisasi mereka. Data dari bisnis.com ISIS merupakan kelompok teroris terkaya di dunia setelah mengalahkan Al-Qaeda dengan penghasilan US$800 Juta pertahunnya . Betapa tidak, dalam melangsungkan perjuangan mereka, kilang minyak yang ada di Timur Tengah menjadi sasaran utama untuk dikuasai seperti di Irak dan Syria. Dari minyak ilegal inilah ISIS memperoleh sumber anggaran untuk memenuhi kebutuhan hidup pasukannya dan persenjataan mereka dalam menumpas siapapun yang tidak seideologi dengan mereka.

Beberapa waktu yang lalu bangsa Indonesia digegerkan dengan tersebarnya video berdurasi 4 menit yang berisi ancaman kepada TNI, Polri dan Banser. Aktor utama dalam video ini tidak lain adalah seorang warga negara Indonesia yang tergabung dalam gerakan ISIS. Sebenarnya ini bukan hal baru bagi bangsa Indonesia, karena sebelum ISIS muncul, banyak warga Indonesia yang sudah memang bergabung dalam aksi terorisme,sebut saja Amrozi cs yang lama bersentuhan dengan Al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden.

Penting untuk diperhatikan mengapa ISIS sangat mudah masuk di beberapa negara atau mengapa banyak masyarakat di beberapa negara sangat mudah terdoktrin dengan gerakan ini, seperti di Australia yang sempat digencarkan dengan aksi penyanderaan disebuah sekolah dan mengakibatkan dua warga Australia tewas di tangan pasukan ISIS. Begitupun di Indonesia, ada beberapa anak bangsa yang tergabung dalam barisan radikal Timur Tengah ini, salah satunya ialah aktor dalam video ancaman yang diupload lewat YouTube beberapa waktu lalu merupakan warga negara Indonesia yang menjadi pasukan ISIS. Diketahui, orang yang berada dalam video itu bernama Salim Mubarok Attamimi alias Abu Jandal al Yameni al Indonesi warga Jawa Timur yang dulu sehari-harinya bekerja sebagai penjual susu kambing dan minyak wangi di Malang. Seorang pemuda yang setengah hidupnya ia habiskan di Indonesia, tumbuh kembang dengan meminum air Indonesia dan makan dari hasil tanah Indonesia. Jiwa nasionalis yang pudar dan rasa cinta tanah air yang hilang memaksa Abu Jandal durhaka terhadap negerinya dan rela memberikan ancaman terhadap Ibu Pertiwi yang notabene adalah bangsa sendiri.

Menurut pengamatan penulis, faktor utama yang mempengaruhi manusia yang bergabung pada kelompok ekstremis layaknya ISIS adalah yang bersangkutan mengalami kesalahan berpikir yang disebut Argumentum ad verecundiam yaitu seseorang atau kelompok yang menggunakan otoritas untuk membela paham dan kepentingannya sendiri. Misalnya suatu peristiwa dalam perjalanan atau semua yang telah dilakukan oleh Nabi, ia bermaksud membenarkan pahamnya dan kepentingannya sendiri dengan menggunakan otoritasnya dan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan adalah benar dikarenakan Nabi pun pernah melakukan hal yang sama, sementara peristiwa tersebut belum tentu relevan dengan masalah yang sebenar-benarnya terjadi. Hal lain yang paling urgent adalah kesalahan dalam menafsirkan Al-Qur'an dan Al-Hadist sebagai pedoman hidup kerap terjadi di sebagian besar umat manusia. Kitab suci ditafsir berdasarkan paradigma mereka saja, jika ada yang membantah tafsiran tersebut maka sama halnya mereka membantah Al-Qur'an. Sehingga Lembaga-lembaga seperti ISIS, Al-Qaeda, Talliban atau kelompok yang selalu di asosiasikan sebagai teroris tumbuh layaknya jamur yang tumbuh di musim hujan.

Lembaga yang mengatas namakan Islam seperti ini sangat berpengaruh kepada citra Islam itu sendiri, arah juang kelompok yang sangat jauh dari esensi ajaran Islam yang benar mengakibatkan banyak kalangan khususnya orang-orang diluar Islam memandang bahwa gerakan Islam cenderung radikal sehingga persepsi Islam itu pembunuh, islam itu pembantai, Islam itu penganiaya, Islam itu teroris kerap timbul dipermukaan walau fakta yang sebenarnya tentang Islam tidak seperti itu. Perilaku sebuah kelompok atau individu yang selalu mengatas namakan Islam inilah yang harus dipangkas sedini mungkin. Oleh karena itu, untuk meminimalisir gerakan seperti ini di Indonesia, pengetahuan terhadap ajaran agama Islam perlu ditingkatkan sehingga manusia dapat lebih mengetahui sebuah kebenaran dan ketidak benaran. Kesadaran akan kepercayaan yang baik terhadap ajaran agama akan mewujudkan perdamaian dan keharmonisan dalam lingkungan masyarakat.

Perlu ditegaskan kembali bahwa Islam adalah penyempurna dari seluruh kepercayaan atau keyakinan yang ada sebelumnya, Islam sebagai rahmatan lil alamin artinya Islam adalah rahmat bagi alam semesta. Jangan pernah menjadikan agama sebagai sumber konflik dimuka bumi, tetapi jadikanlah agama sebagai penawar konflik yang kerap terjadi dikarenakan semua agama yang diturunkan oleh Tuhan mempunyai esensi tentang kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Bukan sebaliknya(end)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun