Suatu ketika di sebuah kantor perusahaan 'ternama', percakapan terjadi antara atasan dan bawahan:
A: “Pekerjaan kemarin sudah selesai belum?”
B: “In-progress, Bu”
Lalu atasan memberi nasehat kepada bawahan tsb.
A: “Pekerja sukses itu, selalu on-time dan berdisiplin waktu. Jangan mudah tergoda dengan kesenangan sesaat”
B: “Baik Bu.”
Esok harinya, sang atasan dipanggil oleh direktur perusahaan, dan tak sengaja sang bawahan sedang berada di ruangan.
D: “Kamu ini bagaimana kerjanya, target 3 bulan yang lalu belum juga terealisir. Kamu sudah saya nasehati berapa kali agar selalu selalu on-time dan berdisiplin waktu. Jangan mudah tergoda dengan kesenangan sesaat”
A: “Baik, Pak. Maaf saya teledor. Saya janji akan berusaha lebih baik lagi”
Sang bawahan ketika mendengar kalimat dari sang direktur hanya terbengong dan mengatakan dalam hati: “Lho????”
Sering sekali bahkan acap kali kita melihat budaya ‘sok’ di sekeliling kita, entah itu ‘sok alim’, ‘sok berwibawa’, ‘sok dewasa’, bahkan ‘sok berintegritas’. Jangan salah-sangka, tidak selalu sikap ini identik dengan personal, kelompok ‘itu’, bahkan ‘yang sebentar lagi hajatan di bulan Maret-April 2014’. Sikap munafik selalu saja terlihat dari mulai pekerjaan yang justru menuntut integritas, kewibawaan, suci/sikap-benar, dan dermawan. Intinya hal-hal positip dari pekerjaan atau profesi yang digelutinya.
Namun harus kita telaah, bahwa persoalannya pada orangnya, bukan pada pekerjaan atau profesinya. Oleh sebab itu, mulailah saat ini konsisten bersikap, jangan melakukan sikap ‘over-acting’ dan berlebihan bahkan ‘menjilat’ atasan atau pihak yang dikejar agar seolah-olah tujuan di belakang (di balik sikap munafik) tersebut terpenuhi, dan tujuan tercapai.
Indonesia membutuhkan orang-orang yang memiliki integritas yang tinggi dan selalu konsisten dengan setiap wawasan berpikir, tutur-ucap dan bertindak; dan yang terpenting konsisten dan memiliki komitmen yang tinggi untuk meraih cita-cita positip bagi pencapaian manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya dirinya sendiri. Indonesia sudah letih melihat ‘orang-orang’ yang bersikap munafik demi mencapai tujuan kepentingan pribadi atau sekelompok untuk periode sesaat.
Anda munafik?? Saya harap jangan dan tinggalkan sikap tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H