Mohon tunggu...
Raja Miring
Raja Miring Mohon Tunggu... lainnya -

meskipun miring insya Allah tegak berdirinya,lurus jalannya hehe..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nenek Grondong Dicumbu Garong

15 Juli 2012   14:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:56 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Geger menjelang bulan puasa. Sungguh tragis sekaligus dramatis, rumah keluarga Nenek Grandong yang terhormat itu menjadi sasaran perampokan gila-gilaan. Garong bersenjata tak hanya menguras harta-benda, tapi juga merampas kerhormatan paling tersembunyi sang nenek. Benar, Nenek Grondong diperkosa! Kawasan elit yang tenang itupun gempar!

Sepekan sudah berlalu. Nenek Grandong galau. Bukan lantaran rasa nyeri dan ngilu yang mengiris hatinya. Tapi karena ia merasakan adanya hawa aneh yang mengaliri tubuh dan jiwanya. Seperti energi ajaib yang menggelorakan naluri primitifnya. Liha tuh, sudah tak tampak lagi gurat kesedihan dan rona shock di wajah sang nenek yang masih menyisakan jejak kecantikan. Malah samar-samar ada bayangan senyum di wajah putih yang bersemu merah jambu itu.

Energi ajaib itu benar-benar membuat Nenek Grondong yang sudah hampir 20 tahun menopouse itu galau. Sudah lama ia melupakan syahwat bawah perut. Mendadak kini sukmanya menyala. Ia sama sekali tak memikirkan hartanya yang lenyap. Toh sebagai mantan kekasih gelap yang beredar di lingkungan pengacara kelas kakap dan politisi kelas berat yang kini bersuamikan pensiunan pejabat BUMN, asetnya masih segunung.

Ia dibuat galau oleh riak-riak kecil kegairahan yang mengaliri bagian kelam jiwanya. Riak kecil yang terus membesar menjadi gelombang hasrat yang menderu, menderak, mendentam.

Peristiwa perampokan itu membuatnya seperti salju yang meleleh. Keperkasaan sang garong membuatnya seperti

Pohon lapuk yang mendapat siraman pupuk organik kualitas nomor wahid, sehingga menjelma tunas-tunas baru yang segar.

Terselip juga kecemasan yang mengkhawatirkannya. ‘Jangan-jangan ini karma, azab Tuhan. Masak aku udah nenek-nenek kebayang terus pengen begituan. Waladalah..!’ batinnya.

‘Gilanya lagi, masak aku malah kangen ama tu garong, kangen ama itunya hihi..’ bisiknya geli-geli basah.

Diam-diam, cucunya yang beranjak remaja heran dengan perubahan sang nenek yang mendadak suka berdandan.

“Nenek kok senyum-senyum sendiri sih?” tanya cucu di suatu pagi.

“Ah, ngga, nenek lagi inget pengalaman yang lucu-lucu.”

“Nek, maaf ya, kok nenek ga keliatan trauma abis dirampok?”

“Ngapain mikirin harta? Udah tua kayak nenek mikirin harta mah rugi. Mending mikirin yang enak-enak aja deh.”

“Tapi nenek kan ga sekedar dirampok tapi juga... digituin.”

“Ah, udah deh, sebenenya dia tuh baik kok.”

“Maksudnya perampok, nek? Kok baik sih?”

“Nanti kalo udah dewasa kamu juga tau, di balik kejahatan itu sering juga terselip kebaikan..”

“Ga ngerti ah, nenek aneh. Dirampok ko malah jadi seger. Kok kayaknya dirampok jadi sesuatu banget.”

“Gitu deh, sumur nenek yang dulu kering sekarang udah berair lagi hihi..”

Sang cucu jadi gemes sendiri dengan tingkah neneknya. Pas azan berkumandang, spontan ia bilang, “Nek, tuh udahazan. Sholat yuk.”

“Ngga ah, kamu aja. Ntar kalo nenek sholat dikira ngeledek Tuhan.”

“Lho, kok sama aja ama jawaban kakek. Kemarin Minggu pas saya bilang, ‘kakek ke gereja sono gih,’ kakek juga bilang ga mau, takut kalo ke gereja ntar disangka mau ngeledek Tuhan.”

“Udah ah ngobrolnya, nenek lagi pengen sendiri nih.”

“Aneh banget sih, ama garong kok malah kangen..” ujar sang cucu sembari ngeloyor pergi.

(raja miring)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun