Mohon tunggu...
Raja Miring
Raja Miring Mohon Tunggu... lainnya -

meskipun miring insya Allah tegak berdirinya,lurus jalannya hehe..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mainan SARA Pendukung Jokowi

7 Agustus 2012   14:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:07 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu SARA dalam kampanye Pilkada Jakarta akan terus aktual dan diaktualkan oleh semua pihak yang berkepentingan. Kalau mau obyektif dan jujur, baik pendukung Fora (Foke-Nara) maupun Johok (Jokowi-Ahok) sama-sama memainkannya dengan kembang jurus berbeda.

Hanya saja dalam opini publik yang berkembang, seakan-akan kampanye SARA hanya dilakukan pihak Fora. Apalagi setelah meledaknya kasus Rhoma Irama, kubu Fora lekat dengan citra SARA. Sementara kubu Johok, dikesankan anti kampanye SARA. Namun citra - apalagi di ranah politik – nyaris tak mewakili realitas yang utuh. Sebab citra itu dibentuk, dibangun, direkayasa. Untuk lawan politik, citra yang dibangun selalu negatif untuk menghantam. Untuk teman politik, citra itu selalu positif untuk meraih dukungan.

Sebenarnya kedua kubu sama-sama memainkan isyu SARA dalam kampanye Pilkada Jakarta. Bedanya, pendukung Fore memainkannya dengan vulgar di mimbar umum. Sementara pendukung Johok memainkannya dengan halus melalui bisik-bisik dari mulut ke mulut atau di komunitas eksklusif. Tak dapat disangkal kalau bisik-bisik untuk memilih Johok berkembang di lingkungan etnis Tionghoa dan di lingkungan umat Kristiani.

Ada dua modus memainkan SARA di kalangan pendukung Johok. Secara internal, mereka merentangkan rantai bisikan SARA untuk meraih dukungan politik. Secara eksternal, mereka menyerang kampanye SARA yang dilakukan lawan politik. Serangan ini dikemas dengan mencitrakan bahwa kampanye SARA adalah cara berpolitik yang kotor, hitam, tidak dewasa, pengecut, anti pluralitas, dan predikat lain untuk mengerdilkan lawan politik.

Begitulah dunia politik. Dunia penuh kemunafikan, kelicikan, keculasan, kepalsuan. Jangan pernah mengharapkan ada kejujuran dan sifat-sifat mulia dalam politik. Mengharapkan kemuliaan dalam dunia politik ibarat si pungguk merindukan bulan. Sementara bulannya tak pernah rindu. Kenal aja juga nggak.

(raja miring)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun