Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jakarta makin sengit. Tiga pasang kandidat telah mendaftarkan diri dan tengah mengikuti tahapan Pilkada, termasuk tes kesehatan yang hasilnya belum diumumkan. Namun hampir pasti, ketiga pasang bakal calon pemimpin Ibu Kota tersebut naik ring dengan lancar.
Hingga kini, memang belum ada satu pasangan calon pun yang memaparkan visi dan misi secara gamblang, karena memang dibatasi oleh peraturan KPU terkait masa kampanye. Namun melihat sosok yang maju, pengalaman serta basis kompetensi mereka, akan ada banyak variasi visi misi yang disajikan ke masyarakat Jakarta.
Terkait sosok petahanya misalnya, fokus melanjutkan program-program yang selama ini berjalan. Yakni bagaimana membenahi Ibu Kota. Terlepas dari caranya yang banyaknya mendapat penolakan dari masyarakat.
Selain agenda baru yang ditawarkan, pasangan calon Anies-Sandi dan Agus-Sylviana tentu juga harus memikirkan hal yang sama dengan petahana jika terpilih memimpin Ibu Kota. Yakni bagaimana agar wajah Jakarta dari semua aspek. Membangun Jakarta yang merepresentasikan wajah Indonesia.
Diskusi tentang agenda pembangunan Ibu Kota memang menarik, selain karena APBD yang sangat besar (terakhir Rp 67,1 triliun), juga karena banyak beban yang diletakkan di pundak Jakarta. Sebagai pusat administrasi negara, pusat bisnis, pusat pertahanan dan lain sebagainya. Meskipun besar, APBD butuh pengelolaan yang tepat agar hasilnya optimal.
Salah satu masalah akut yang ada di Jakarta adalah tata ruang yang amburadul serta pembangunan sporadis tanpa perencanaan. Hasilnya, Jakarta jadi kumuh dan semrawut yang kemudian melahirkan implikasi negatif turunan seperti kepadatan dan kemacetan.
Untuk soal penataan wajah atau cover yang pertama kali memberikan kesan ketika orang baru datang ke Jakarta, pemerintah sudah pasti tidak bisa bertindak sendiri. Masyarakat dan sektor swasta perlu digalang secara aktif. Karena wajah Jakarta adalah akumulasi dari gaya hidup warganya.
Fakta-fakta bahwa pelibatan masyarakat dalam membangun kota kita bisa saksikan di Bandung dan Surabaya. Di kedua kota ini, warga digugah kesadarannya untuk peduli pada kebersihan dan keindahan kota. Pemerintah menyiapkan ruang-ruang inspiratif dan model bagaimana pesona kebersihan yang memanjakan mata dan perasaan.
Di Jakarta, kita baru menjumpai wajah Kota yang humanis dan civilized di spot-spot khusus. Yakni di kawasan superblok, kota terpadu mandiri dan kawasan-kawasan yang dibangun oleh pihak swasta.
Sebutlah misalnya di kawasan perkantoran Kuningan yang suasananya indah dan nyaman. Ada mal, taman dan pedestarian yang manusiawi. Atau paling bagus di Jakarta adalah kawasan Podomoro City.
Superblok yang menggabungkan residential, perkantoran dan pusat perbelanjaan ini nampak seperti ‘sepotong surga’ di tengah-tengah Jakarta. Podomoro City dibangun terencana secara detail. Dengan masterplan terpadu, Podomoro City membangun Hotel Pullman, APLN Office Tower, Apartemen dan  The 5 Senses The Matic Park, Central Park dan Neo SOHO di satu kawasan. Â