Ini merupakan pengalaman pertamaku menaiki kereta supercepat perancis bernama TGV. Saat diberikan potongan tiketnya, kaget juga melihat harga yang tercantum begitu mahal. Bagi ukuran kita orang Indonesia rasanya tiket seharga 122 euro untuk sekali jalan cukup menguras dompet. Yah, perjalanan ini direncanakan berangkat dari stasiun kereta Cannes menuju ibu kota Perancis, Paris. Jadwal keberangkatan menunjukan pukul 12.06 siang waktu setempat. Aku sudah membayangkan akan merasakan kenyamanan didalam kereta yang sanggup melaju dengan kecepatan 300 km/jam ini.
Jam 11.30 waktu Cannes aku sampai distasiun yang sedang direnovasi ini. Awalnya agak bingung juga karena ini merupakan yg pertama bagiku. Aku masuk kedalam stasiun dan mencoba bertanya pada petugas yang kebanyakan tidak lancar berbahasa inggris. Beberapa petugas malah tidak tahu saat aku tunjukan potongan tiketnya.
Ahirnya aku mendapatkan info bahwa jadwal kereta yg tertera didalam tiket ku ternyata tidak tersedia. Sontak aku kaget dengan kondisi ini, untuk tiket kereta semahal itu tiba tiba jadwalnya bisa berubah. Lalu aku disarankan untuk menghubungi bagian ticketing yang terletak 100 meter dari pintu masuk stasiun.
Cukup panjang juga antrian yang tersedia, setelah menunggu hampir 20 menit, aku tiba didepan customer service. Lalu diberilah penjelasan bahwa tiket yang aku pegang bisa dirubah jadwal keberangkatanya. Aku pilih jadwal tercepat, dan ternyata kereta tercepat yang akan berangkat yaitu pada pukul 15.37 di stasiun Marseille.
Aku disarankan menaiki kereta Bordeux menuju Marseille. Kaget juga dengan kondisi ini. Mereka bahkan bilang tiketnya bisa langsung digunakan tanpa harus merubah tiket dan nomor keretanya. Disinilah aku mencium keganjilan. Namun akhirnya akupun mencoba mengikuti saran dari customer service tersebut.
Pukul 12.26 kereta, yang kalau boleh saya sebut feeder, tiba di statasiun Cannes. Agak kaget dengan melihat bentuk keretanya, kalau boleh dibilang hampir sama dengan kereta commuter line yang ada diJakarta. Aku memasuki kereta. Dan benar saja, kereta ini tanpa ada nomor tempat duduk, semua bisa saling berebut untuk mendapatkan kursi. Siapa cepat, dialah yang dapat. Makin prihatin pula dalam pikiranku. Untuk negara semaju ini ternyata pengurusan perkeretaapianya seperti ini.
Dan keretapun berjalan. Aku mendapatkan tempat duduk yang saling berhadapan dengan 2 penumpang lainya. Ada satu penumpang berjilbab duduk persis didepan ku. Aku pun bertanya kepada dia mengenai keganjilan tiket dan kereta yang kunaiki. Kaget juga mendengar jawaban dia yang mengatakan dia sendiri tidak mengerti dengan system yang terjadi. Untungnya, dia fasih berbahasa inggris sehingga terkadang terjalin obrolan antara kami.
Terlepas dari buruknya system tempat duduk, kereta yang kunaiki termasuk nyaman. Dengan kursi yang besar dan pendingin yang cukup. Makin penasaran, aku bertanya kembali dengan penumpang dihadapanku. Pertanyaanku apakah seperti ini kereta super cepat TGV? Dan kembali, jawaban dia pun bilang dia sendiri tidak tahu jenis kereta TGV seperti apa. Gubrakss. Dalam pikiranku. Satu hal yang membuat aku tenang, dia bilang tujuan dia akan ke Marseilles.
Jam 2.30 kereta tiba di Marseilles. Aku langsung turun dan bertemu dengan SNCF Assistance (sejenis petugas perusahaan PT. KAI di Indonesia) dan kembali menanyakan perihal keberangkatan dan kereta TGV ke Paris. Dia memberikan info kalau kereta akan berangkat jam 3.27 namun dia belum tahu dimana gerbang keberangkatanya karena umumnya gerbangnya baru bisa diketahui 20 menit sebelum keberangkatan. Lalu dia menyarankan agar aku selalu memantau monitor informasi yang tersebar dihampir seluruh sudut stasiun kereta api Marseilles. Sambil menunggu, akupun membeli makan siang. Kembali, karena aku masih kurang yakin dengan tiket yang aku pegang, akupun menghampiri bagian ticketing di stasiun ini. Sayang, customer service yang aku datangi tidak terlalu banyak membantu karena dia tidak fasih berbahasa inggris. Mereka hanya meyakinkan bahwa memang betul tiketnya bisa dipakai dan tunjukan saja kepada petugas untuk mendapatkan nomor tempat duduk. Aku kembali tenang, dan melanjutkan makan siangku.
Waktu menunjukan pukul 3.15, namun monitor informasi belum mengumumkan gerbang keberangkatan kereta TGV 6122 menuju paris tersebut. Baru dipukul 3.25, monitor menunjukan dimana gerbang yang bisa dituju, yaitu gerbang H. Akupun bergegas menuju kereta. Sebelum memasuki kereta, kembali aku bertanya kepada petugas dan jawabannya membuat aku kaget dan jengkel. Dia bilang bahwa aku bisa saja ikut masuk dalam kereta ini, namun tidak dijamin bahwa aku bisa mendapatkan tempat duduk. Karena tiket yang aku pegang menunjukan bukan untuk kereta yang sama. Nomor kereta yang aku pengang didalam tiket adalah TGV 6176.
Dengan modal nekat, aku tetap menaiki kereta. Dan apa yang terjadi didalam kereta, kondisinya tidak jauh berbeda. Kita bisa saling berebut tempat duduk. Gila, rasanya ini bukan sekelas kereta TGV yang tersohor itu. Ini lebih mirip dengan KRL Jabodetabek. Aku mencari nomor tempat duduk sesuai yang tertera didalam tiket. Namun aku sadar bahwa itu bisa jadi bukan nomor tempat duduk ku. Tapi, karena sudah jengkel akhirnya aku duduk saja.
Kereta berangkat, aku merasa aman karena tidak ada yang mengaku memiliki tempat dudukku. Namun dari Marseilles, kereta ini akan berhenti 2 kali untuk menaikan penumpang yaitu di stasiun Aix-en-Provence-TGV dan Avignon TGV. Dipemberhentian pertama, tempat dudukku masih aman. Terjadi keributan didepan tempat duduku karena penumpang resmi dengan nomor kursi yang resmi beradu mulut dengan penumpang lain yang sudah menduduki kursinya. Aku agak khawatir. Bagaimana bila hal itu terjadi kepadaku?. Lalu aku berusaha tenang.
Distasiun kedua, masuklah banyak penumpang. Aku mulai khawatir lagi. Dan apa yang terjadi? Penumpang yang duduk disebelahku akhirnya kursinya diambil oleh pemilik nomor yang seharusnya. Dia pun berpindah mencari tempat duduk kosong. Setelah kereta berangkat, hatiku merasa aman tentram karena kereta ini akan terus menuju paris, tanpa jeda.
Meskipun tidak terlalu menikmati perjalanan ini karena rasa khawatir, aku berusaha menyelami pemandangan indah pedesaan perancis. Rumput hijau dan peternakan serta kebun anggur yang menghampar luas membuat aku terkadang kagum melihatnya. Kecepatan kereta yang superdahsyat ini juga tidak terlalu terasa, pandangan luas keluar jendela masih bisa dinikmati.
Satu hal yang selalu terbersit didalam pikiranku, terkadang kereta yang canggih tidak dibarengi dengan pelayanan yang baik. Akh sama saja ternyata dengan Indonesia.
Welcome in Paris!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H