Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Kupu-Kupu Kertas", Romansa Tragis di Tengah Konflik Horizontal

29 September 2024   09:34 Diperbarui: 29 September 2024   09:35 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fajar Nugra dan Ayu Laksmi juga nggak kalah keren/doc. Denny Siregar Production

Kalau sedikit mengingat kisah cinta Minke dan Annelies dalam Bumi Manusia, kedua karakter ini sangat menyatu dengan cerita dan latar filmnya. Saya bisa peduli pada kisah cinta Minke dan Annelies yang hancur lebur, karena memang karakter mereka menjadi pengikat cerita bukan sebatas selingan.

Selalu ada pihak yang mencari peruntungan dalam konflik

Sebagai manusia merdeka, sebetulnya saya berada di pihak Ihsan. Saya termasuk yang berpikir tidak ada gunanya terafiliasi dengan organisasi tertentu jika dan hanya yang terjadi hanyalah perkelahian dan pertumpahan darah.

Tanpa dibarengi dengan iman yang kuat dan cara pikir yang menyeluruh, keikutsertaan dalam kelompok tertentu hanya akan berujung pada ketakutan dan fanatisme kelompok. Dan inilah yang menjadi cikal bakal konflik horizonal.

Pun dengan motivasi PKI yang menyerang Ansor. Berkali-kali Rekoso bilang, "makan atau dimakan". Baginya dalam hidup, jika tidak memulai penyerangan lebih dulu orang akan menyerangnya. Padahal Ansor tidak demikian. Maka, sangatlah buruk jika perebutan tanah secara paksa oleh Rekoso dinamai dengan ketakutan. Mungkin lebih tepat jika disebut dengan keserakahan.

Penampilan Iwa K, keren!/doc. Denny Siregar Production
Penampilan Iwa K, keren!/doc. Denny Siregar Production

Terlepas dari bagaimana film menggambaran kedua organisasi ini, Kupu-Kupu Kertas sangat berhasil dalam mengembangkan cerita keduanya. Film dengan sangat baik mengeksplor karakter-karakter di kedua belah pihak yang membuat saya empati.

Dari sisi Ansor, penonton dihadapkan karakter seorang pemuda yang cacat fisik (diperankan Fajar Nugra), yang ingin sekali bergabung dengan Ansor. Tapi kehadirannya selalu ditolak, dan hanya ditempatkan sebagai pengurus ternak. Ia merasa dirinya tidak berguna berada dalam kelompok Ansor, hingga memutuskan untuk berkhianat.

Sementara dari sisi PKI, film juga menyoroti karakter istri Rekoso (diperankan Ayu Laksmi), yang ternyata menjadi dalang utama segala penyerangan yang dilakukan PKI. Meski penggambarannya tidak sedramatis pemuda Ansor yang cacat fisik, karakternya dikembangkan bersamaan dengan trauma masa lalunya.

Lantas siapa yang memenangkan pertarungan?

Setiap konflik horizontal yang terjadi di masyarakat, yang paling dirugikan adalah masyarakat itu sendiri yang tidak tahu apa-apa. Apalagi ketika konflik tersebut ditunggangi oleh kelompok lain dengan tujuan tertentu.

Seakan ingin mengiyakan hal tersebut, Kupu-Kupu Kertas yang sedari awal sudah menunjukkan kekejaman PKI terhadap Ansor, memunculkan kelompok lain yang turut serta dalam konflik. Silakan ditonton filmnya, dan dicari tahu soal kelompok yang disebut dalam filmnya.

Khusus kelompok ini, sengaja tidak saya bahas panjang lebar, karena poin utamanya adalah, siapapun kelompoknya pada dasarnya mereka sama saja. Membunuh manusia dengan begitu kejam. Masing-masing tidak mendapat apa-apa. Menang jadi arang, kalah jadi abu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun