Alhamdulillah. Kata orang bekerja itu membuat stres, tapi mencari kerja membuat kita akan lebih stres lagi.
Stres atau perasaan bosan akan runititas dalam pekerjaan adalah hal yang manusiawi sekali. Karena suasana pekerjaan itu terkadang membutuhkan penyesuaian dengan dinamika-dinamika sosial yang terjadi.
Jika kita nggak mampu mengelola stres, dalam jangka waktu yang panjang stres bisa mengganggu kesehatan tubuh kita baik secara fisik maupun emosi.
Oleh karena itu, kita perlu melakukan manajemen stres dalam hidup. Salah satunya adalah dengan cara yang belakangan orang sering sebut dengan healing.
Secara makna healing ini merujuk pada penyembuhan atau pengobatan. Tapi di media sosial kerap kali kata healing juga digunakan untuk menggambarkan liburan yang sifatnya mengistirahatkan sejenak tubuh kita dari segala aktivitas pekerjaan. Atau biasa juga digunakan untuk menggambarkan proses menenangkan diri.
Chill & Heal dengan nonton film di gunung
Setiap orang punya cara sendiri untuk healing. Tapi ditengarai, berkegiatan di alam adalah salah satu cara healing terbaik. Karena disadari atau tidak, alam yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa ini bisa mengembalikan energi positif dalam tubuh.
Salah satu aktivitas healing yang bisa dilakukan adalah menonton film.Â
Bagi sebagian orang menonton film memang merupakan sebuah healing. Tapi bagi saya yang hampir menonton film setiap hari, salah satunya karena tuntutan pekerjaan, apakah kegiatan tersebut bisa juga disebut healing. Kan katanya, healing itu melepaskan sejenak dari kegiatan rutin.
Ternyata bisa kok!
Yang perlu saya lakukan adalah mencari variasi dan suasana baru dalam menonton film. Nonton di bioskop sudah biasa. Nonton sendirian di smartphone sambil rebahan di kasur, mungkin sering.
Tapi bagaimana dengan menonton film di atas gunung?
Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa alam merupakan tempat terbaik untuk memulihkan energi, maka hanya dengan melihat-lihat pemandangan alam dan serta menumbuhkan rasa syukur kepada Sang Pencipta saja, tujuan healing sudah bisa tercapai.
Apalagi ditambah dengan aktivitas lain yang sesuai dengan kegemaran kita.
Saya menonton film di kawasan wisata alam Gunung Sunda, Sukabumi. Gunung di sini tidak merujuk pada gunung yang sebetulnya seperti Gunung Gede, Gunung Salak, Gunung Galunggung, dan gunung lain pada umumnya.
Gunung Sunda adalah kawasan wisata alam yang berbentuk semacam bukit. Jadi kita bisa melihat pemandangan Sukabumi dari atas ketinggian yang jaraknya 700 mdpl.
Untuk mencapai puncak tertinggi Gunung Sunda, saya harus menaiki anak tangga. Pernah saya hitung secara manual, jumlah anak tangga yang harus dinaiki sekitar 258 anak tangga. Tentunya pastikan menggunakan sepatu yang pas seperti untuk hiking. Jangan menggunakan sandal, dijamin sampai puncak, kaki bakal lecet.
Selama perjalanan menaiki anak tangga, ada beberapa perhentian yang bisa digunakan untuk spot foto. Di setiap spot terdapat kutipan-kutipan menarik terutama tentang percintaan anak muda. Biasalah ya untuk menggaet wisatawan muda agar Bangga Berwisata di Indonesia.
Bagi yang tidak terbiasa berwisata naik gunung atau hiking, percayalah menaiki ratusan anak tangga itu capek dan melelahkan. Tapi rasa capek dan lelah tersebut akan terbayarkan ketika kita sampai di puncak dan melihat pemandangan Sukabumi yang begitu indahnya.
Setelah puas foto-foto dan cukup lelah menaiki anak tangga, akhirnya tiba juga saya di puncak Gunung Sunda.Â
Pemandangan yang terlihat pun sudut pandangnya satu lingkaran penuh, 360 derajat. Saya benar-benar dimanjakan dengan pesawahan hijau yang terhampar luas.
Saya ke sini sore hari karena akan menonton film di malam harinya.
Sambil menunggu acara nonton dimulai, saya menikmati sunset ditemani berbagai makanan yang disediakan di warung. Agar suasana lokalnya lebih terasa, cobalah untuk menikmati berbagai makanan hasil alam seperti jagung rebus, kacang rebus, dan ubi rebus.
Oai sekadar tips buat kamu yang mudah lelah, jangan lupa bawa air minum sendiri ya. Karena warung-warung di Gunung Sunda hanya bisa ditemui di puncak dan sebelum pintu masuk.
Tiba saatnya menonton film. Layar pun terkembang.
Biasanya ketika saya menonton film di bioskop, saya selalu memakai jaket karena nggak kuat dengan pendingin ruangan (AC). Tapi di Gunung Sunda, saya membiarkan hawa dingin malam Sukabumi menusuk ke tubuh.
Sama-sama merasakan dingin, tapi sensasi yang diberikan berbeda. Dengan kacang rebus dan bandrek di depan kaki yang sedang bersila, suasana menonton film di gunung seperti layar tancap pada zaman dulu. Tapi ini lebih nikmat lagi karena saya menyatu dengan alam.
Apalagi dari ketinggian saya juga bisa melihat lampu-lampu yang menerangi Sukabumi. Terasa syahdu dan romantis sekali.
Adapun film-film yang diputar adalah kompilasi film pendek karya anak bangsa yang sudah memenangkan banyak penghargaan.
Dan film-film pendek seperti ini jarang sekali mendapat tempat di bioskop nasional. Jadi dengan adanya kegiatan nonton film di gunung, secara tidak langsung mendukung ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif di berbagai entitas.
Bukan saja healing untuk pribadi, aktivitas seperti ini bisa menambah kunjungan wisatawan. Pelaku umkm dan pertanian lokal pun tumbuh karena wisata alam ini memberdayakan masyarakat sekitar. Dan tentunya sineas lokal bisa terus melanjutkan kreativitasnya karena mendapat tempat bertemu dengan penontonnya.
Karena memang sejatinya, sebuah wisata itu harus bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar agar terjaga terus keberlangsungannya.
Akses ke Gunung Sunda
Kawasan wisata alam Gunung Sunda ini berada di Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Walau terletak di Kabupaten, tapi Cisaat ini adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Sukabumi. Jadi lokasinya sangat strategis sekali baik dari arah Bandung ataupun Bogor (Jakarta).
Dari rumah saya di daerah Sukaraja (arah Cianjur, Bandung), Gunung Sunda bisa ditempuh dalam waktu 10 menit saja, menggunakan motor melewati jalur Lingkar Selatan Sukabumi.
Harga tiket masuknya murah saja hanya 5.000 rupiah per orang. Belum termasuk parkir motor 2.000 rupiah atau parkir mobil 5.000 rupiah.
Di Gunung Sunda, kita juga bisa melakukan aktivitas lain seperti camping ground, botram (makan bersama), dan agrowisata.
Gimana-gimana apakah kamu sudah pernah merasakan sensasi nonton film di gunung ditemani city light?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H