Saya ke sini sore hari karena akan menonton film di malam harinya.
Sambil menunggu acara nonton dimulai, saya menikmati sunset ditemani berbagai makanan yang disediakan di warung. Agar suasana lokalnya lebih terasa, cobalah untuk menikmati berbagai makanan hasil alam seperti jagung rebus, kacang rebus, dan ubi rebus.
Oai sekadar tips buat kamu yang mudah lelah, jangan lupa bawa air minum sendiri ya. Karena warung-warung di Gunung Sunda hanya bisa ditemui di puncak dan sebelum pintu masuk.
Tiba saatnya menonton film. Layar pun terkembang.
Biasanya ketika saya menonton film di bioskop, saya selalu memakai jaket karena nggak kuat dengan pendingin ruangan (AC). Tapi di Gunung Sunda, saya membiarkan hawa dingin malam Sukabumi menusuk ke tubuh.
Sama-sama merasakan dingin, tapi sensasi yang diberikan berbeda. Dengan kacang rebus dan bandrek di depan kaki yang sedang bersila, suasana menonton film di gunung seperti layar tancap pada zaman dulu. Tapi ini lebih nikmat lagi karena saya menyatu dengan alam.
Apalagi dari ketinggian saya juga bisa melihat lampu-lampu yang menerangi Sukabumi. Terasa syahdu dan romantis sekali.
Adapun film-film yang diputar adalah kompilasi film pendek karya anak bangsa yang sudah memenangkan banyak penghargaan.
Dan film-film pendek seperti ini jarang sekali mendapat tempat di bioskop nasional. Jadi dengan adanya kegiatan nonton film di gunung, secara tidak langsung mendukung ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif di berbagai entitas.
Bukan saja healing untuk pribadi, aktivitas seperti ini bisa menambah kunjungan wisatawan. Pelaku umkm dan pertanian lokal pun tumbuh karena wisata alam ini memberdayakan masyarakat sekitar. Dan tentunya sineas lokal bisa terus melanjutkan kreativitasnya karena mendapat tempat bertemu dengan penontonnya.
Karena memang sejatinya, sebuah wisata itu harus bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitar agar terjaga terus keberlangsungannya.