Saya agak lupa-lupa ingat kapan persisnya pertama kali berkenalan dengan KOMiK. Kata orang pertemuan pertama tak bisa dilupakan, tapi kenapa saya bisa melupakannya? Saya boleh saja berkilah. Mereka yang mengingat pertemuan pertama, bisa jadi hanya punya itu sebagai kenangan manisnya.Â
Tapi untuk yang bisa bertahan dengan segala momen manis di setiap waktunya, boleh jadi pertemuan pertama terlupakan. Karena setelah itu digantikan dengan kenangan manis yang datang silih berganti. Ah, bisa saja!
Delapan tahun KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub) telah membersamai perjalanan industri film Indonesia dari hulu ke hilir. Sudah sekian banyak tanda cinta yang mereka berikan untuk film Indonesia terlebih untuk para anggota setianya yang biasa dipanggil Komiker.
Mungkin tak masalah jika kali ini saya mengaku saja sebagai Komiker. Dan berusaha berbagi kenangan manis selama ini bersama mereka.
8 tanda cinta KOMiK untuk Komiker:
1. Writing competition
Tanda cinta pertama yang KOMiK berikan dan saya sambut baik adalah writing competition. Saya memang lebih suka mengikuti kompetisi menulis daripada lomba blog. Karena di kompetisi menulis (apalagi di Kompasiana) saya nggak perlu ribet-ribet mengurusi urusan visual. Kompetisi menulis seperti ini lebih menekankan kepada ide dan gagasan penulisannya.
Tulisan pertama yang saya berikan adalah tentang potret perempuan dalam film Indonesia pada April 2017. Setahun setelahnya yakni April 2018, saya menulis tentang perspektif sineas memandang keberagaman Indonesia dalam film-filmnya.
Ya, saya menulis setahun sekali di Kompasiana, hanya untuk KOMiK semata.Â
2. KO-Magz
Saya sangat paham sekali, kalau salah satu masalah di negeri ini adalah soal pengarsipan. Padahal arsip itu penting. Bagaimana caranya kita bisa re-koleksi memori, jika tak memiliki arsip?
Sebuah pepatah kuno mengatakan "Tulisan yang lemah lebih baik daripada ingatan yang kuat".Â
KOMiK sadar betul akan hal ini. Secara konsisten mereka mengoleksi tulisan-tulisan dari para Komiker dan dijadikan satu dalam majalah KO-Magz. Dan hal ini dilakukan secara rutin setiap bulan serta sampai saat ini sudah memiliki puluhan volume.
Bagaimana semua ini bisa terlaksana jika di dalam diri mereka tidak ada kecintaan terhadap sinema? Dan saya cukup beruntung bisa turut serta dalam KO-Magz walau hanya di beberapa volume saja.