Kita akan dengan sangat mudah tersentuh dengan permasalahan rumah tangga yang mereka alami gara-gara tugas dan tanggung jawab pekerjaan mereka masing-masing.
Tapi dari sekian banyak hal yang menarik di Batla House, ia tampil bukan tanpa kekurangan. Saya kurang suka bagaimana visualisasi saat pledoi di persidangan.Â
Oia, saya tambahkan satu informasi: peristiwa Batla ini membawa polisi India ke persidangan. Sanjeev harus melawan pengacara terduga terorisme yang terus menyerangnya dengan mengatakan peristiwa Batla hanyalah penyerangan palsu alias rekayasa Sanjeev.
Dari adegan persidangan ini, terlihat Batla House hanya bermain aman saja. Visualisasi yang dihadirkan disesuaikan dengan keterangan masing-masing pihak. Penonton tidak akan menemukan kebenaran atas peristiwa Batla tersebut.
Saya bisa paham, mungkin sutradara Nikkhil Advani bermain aman karena peristiwa Batla ini cukup sensitif di India. Tapi yang perlu diingat, Batla House adalah film. Dan film adalah karya fiksi sekalipun diangkat dari kejadian nyata. Perlunya sutradara dalam film ya untuk mengarahkan dan membuat film sesuai dengan visi dan sudut pandangnya akan sesuatu.
Hal ini yang nggak saya lihat dari Batla House. Akibatnya paruh akhir film ini hanya sekadar reka ulang peristiwa yang sudah diketahui bersama tanpa memberikan sudut pandang lain kepada penontonnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H