Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Nonton Film Klasik Cuma Goceng? Bisa Banget!

26 Juni 2022   11:08 Diperbarui: 26 Juni 2022   11:40 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa film rilian 2000-an yang ada di NFT/GoodWork

Kehadiran platform OTT bukan untuk menyaingi bioskop, tapi sebagai komplementer. Karena ada manfaat yang diberikan oleh bioskop tapi tidak bisa dirasakan di OTT. Begitu juga sebaliknya.

Pasca pulih dari pandemi, dan bioskop secara bertahap mulai beroperasional kembali, saya merasakan ada kenaikan harga tiket bioskop. Di salah satu XXI di Bandung misalnya. Jika sebelumnya harga tiket weekend ada di angka 50 ribu, selepas pandemi mengalami kenaikan 20% menjadi 60 ribu.

Belum lagi, persoalan antrean film di jadwal tayang. Film yang sempat tertunda tayang sama-sama antre dengan film baru menanti jadwal tayang di bioskop. Hal ini terkadang berakibat pada film yang memang kurang digandrungi penonton, akan turun layar lebih cepat dibanding film yang ditonton oleh banyak orang. Contohnya adalah film Cinta Bete (2021) yang hanya bertahan satu hari saja di bioskop Bandung.  

Di sisi lain, kehadiran platform OTT (Over the Top) menjadi alternatif bagi para produser untuk menayangkan karyanya. Tak sedikit, produser 'mengekspor' filmnya ke platform OTT setelah beberapa bulan tayang di bioskop.

Beberapa film Indonesia baru seperti Yuni, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, Kadet 1947, Ben & Jody, Yowis Ben 3, Yowis Ben Finale, dan sejumlah film lain rilisan 2021/2022 sudah bisa disaksikan di berbagai platform OTT.

Selain itu kehadiran OTT juga memungkinkan produser untuk menayangkan kembali karya lamanya, yang mungkin belum sempat ditonton oleh banyak orang. Atau juga diperuntukkan bagi penonton yang ingin menonton kembali/bernostalgia dengan film favoritnya. Semuanya dimungkinkan dengan kehadiran OTT.

Bagi saya sendiri, kehadiran OTT sangat membantu ketika saya ingin menonton film-film klasik sebagai tambahan referensi. Semisal film Tjoet Nja' Dhien dan Titian Serambut Dibelah Tujuh, dua film Indonesia klasik yang panen pujian dan penghargaan yang wajib ditonton minimal sekali seumur hidup.

Nostalgia film Indonesia terbaik yuk!

Beberapa film klasik yang bisa diakses di NFT/GoodWork
Beberapa film klasik yang bisa diakses di NFT/GoodWork
Nah kalau kamu sendiri, apakah punya film favorit yang ingin kamu tonton ulang, atau sekedar bernostalgia masa muda?

Semisal film Ada Apa Dengan Cinta? (2002) misalnya. Film yang mempopulerkan sosok Rangga dan Cinta menjadi ikon remaja saat itu. Pastinya banyak di antara kamu,remaja di tahun 2000-an, sangat menyukai film arahan Rudi Soedjarwo ini.

Baca juga: Tjoet Nja

Dengan hadirnya platform OTT, kamu bisa menonton kembali Ada Apa Dengan Cinta? lewat program Nostalgia Film Terbaik (NFT) yang dipersembahkan Bioskop Online.

Tidak hanya Ada Apa Dengan Cinta?, sederet film Indonesia terbaik rilisan tahun 80-an, 90-an, hingga 2000-an dengan berbagai genre bisa dinikmati di program NFT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun