Mohon tunggu...
Raja FannyFatahillah
Raja FannyFatahillah Mohon Tunggu... Aktor - Pemuda Bersayap Mancanegara Berkaki Nusantara

Hidup sekali, Berfikir dua kali, Bertindak dengan pertimbangan berkali-kali.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Kemarau Politik Gagasan

24 Desember 2022   22:34 Diperbarui: 24 Desember 2022   22:37 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi : Radar Depok TV 

2024 merupakan tahun politik yang sebentar lagi akan dilangsungkan oleh Indonesia. Semarak hingga dinamika politik dalam negeri mulai memanas. Bahkan beberapa tokoh nasional dan partai politik sudah mulai mendeklarasikan diri sebagai calon presiden Republik Indonesia 2024. Yang menarik bukan hanya siapa calon-calon yang beredar, melainkan apa yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh tersebut. Masyarakat tidak ingin politik ditahun 2024 merupakan tahun politik yang penuh dengan intimidasi, politik identitas dan isu-isu politik rasial. Masyarakat seakan sangat membutuhkan politik ide gagasan yang menarik dan menjadi energi baru untuk bangsa Indonesia. Namun dari sekian banyak tokoh yang muncul, belum ditemukan gagasan mereka mengenai peradaban Indonesia kedepannya akan seperti apa. Melihat kebelakang, sangat tampak jelas bahwa sumber daya politik Indonesia dari zaman ke zaman mengalami degradasi yang amat besar. Bagaimana ketika negara ini pra kemerdekan, saat kemerdekaan, dan pasca kemerdekaan diisi Oleh "Manusia Politik" yang brilian. Sebut Saja, HOS Cokro,Bung karno, Hatta, Sjahrir, Yamin, dll. yang seakan tidak ditemukan lagi beberapa dekade belakangan.

Manusia Politik semasa pendahulu tersebut mengutamakan dua instrumen  nawacita Republik yaitu Kualitas dan Kuantitas demokrasi. Kualitas demokrasi saat itu ditampakkan dengan seringnya tokoh-tokoh bangsa membaca, berdiskusi, hingga berdebat perihal bangsa dan mancanegara. Literasi politik yang dimiliki Oleh Tokoh politik pada saat itu sangatlah tinggi dan berkarakter. Entitas politik mereka dibuktikan dengan perdebatan data yang akurat. Perspektif mancanegara meraka sangatlah kuat sehingga menghasilkan kebijakan luar negeri yang mashlahat. Kuantitas demokrasi pada saat itu juga dibuktikan dengan banyaknya kader-kader militan yang memiliki ideologi guna menjadi pengawal demokrasi. Ideologi kanan atau kiri sama-sama memproduksi kader yang paham akan dinamika, retorika, dan trias politika. Jumlah kader ormas ataupun partai seakan menjadi stimulus dalam menumbuhkan nilai-nilai demokrasi pancasila dilingkungan masyarakat. Gabungan kualitas dan kuantitas demokrasi kita saat itu Pada akhirnya melahirkan "ENTITAS". Yaitu entitas politik yang demokratis sekaligus etis, Entitas politik yang tumbuh subur disertai oleh nilai luhur, sehingga menghasilkan masyarakat yang penuh akan gagasan sekaligus wawasan kebangsaan yang elegan. 

Lantas bagaimanakah iklim politik kita saat ini? Reformasi diawali dengan mimpi, mimpi untuk merubah Republik dari cengkraman militer yang otoriter menjadi demokrasi yang berkeadilan. Namun seiring berjalannya waktu, mimpi itu tak seindah bunga-bunga tidur. Reformasi memang melahirkan kebebasan, tapi lambat laun menelurkan "Kebablasan". Reformasi juga melahirkan keberanian mengutarakan pendapat, tapi sekaligus memproduksi kesenjangan sosial yang berlipat. Iklim politik negeri Hari Ini seakan mengalami kekeringan ide dan gagasan. Kualitas dan Kuantitas tak lagi dapat memainkan peran dalam menumbuhkan iklim politik Indonesia. Keduanya digantikan Oleh "Cuantitas" atau cuan yang diisi didalam tas. Sungguh sangat memilukan dan tentunya memalukan! Indonesia dibangun dengan gagasan namun sekarang dikelola oleh oknum-oknum partisan yang mementingkan golongan. Ide dan gagasan tak lagi menjadi subjek yang krusial, Karena yang terpenting saat ini adalah bagaimana mencapai kekuasaan yang substansial. 

Bagaimana seharusnya kaum muda bereaksi? Solusi dari carut marut iklim politik kita hari ini harus diselesaikan oleh kaum muda. Hanya kaum muda yang dapat merehabilitasi sistem politik Indonesia menjadi demokrasi yang hakiki. Kaum muda mesti memiliki semangat antitesis dari pemikiran old mind. Pemikiran New Mind harus dimiliki oleh  muda-mudi Indonesia. Tingkatkan kembali Ruang-ruang diskusi yang membahas porsi kebangsaan dan percaturan global. Giatkan kembali semangat literasi guna memproduksi ide, gagasan, abstraksi serta distorsi demokrasi republik ini. Karena pada hakikatnya peradaban negara kita dibangun oleh mereka kaum muda yang memiliki kaki Nusantara dan sayap mancanegara...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun