Menutup tahun ini saya mencoba membuka tulisan-tulisan lama saya dan menganalisa kembali tulisan tersebut, tetapi tulisan tersebut tidak dipublikasi untuk umum. Tulisan tersebut saya tulis sekitar bulan januari tahun 2015 yang lalu, dimana merupakan bagian tugas kuliah saya ketika mengambil S2. (Yang ingin mengunduh silahkan klik link berikut: https://www.dropbox.com/s/e9xhtdhhya9u6ji/Future%20World%20Energy%20by%20Raja.pdf?dl=0 ).
Tulisan saya tersebut memaparkan tentang background story bagaimana jatuhnya harga minyak dunia pada akhir tahun 2014 yang lalu. Dimana kejatuhan harga minyak tersebut sangat dipengaruhi kondisi perkembangan shale oil di Amerika yang mengakibatkan perubahan kondisi suplai dan kebutuhan minyak di dunia yang berubah signifikan menjadi oversupply. Yang efek selanjutnya secara hukum ekonomi komoditi, dimana harga akan jatuh ketika rantai suplai lebih banyak.
Dalam tulisan tersebut saya juga sedikit menyinggung isu global peak oil atau isu mengenai habisnya cadangan minyak dunia yang mengakibatkan semua negara pada akhirnya akan beralih kepada energi terbarukan sebagai sumber pembangkit energi dan penggerak ekonomi. Puncak habisnya minyak dunia ini di prediksi sekitar tahun 2034. Maksud akan puncak minyak dunia bukanlah pada tahun tersebut minyak dunia akan habis, tetapi setelah tahun tersebut produksi minyak dunia akan terus menurun yang mengakibatkan rantai suplai akan terus menurun. Efeknya adalah pada saat itu, harga minyak akan tinggi, dikarenakan minyak menjadi barang langka.
Salah satu pembahasan yang cukup menarik dari tulisan tersebut juga adalah ternyata analisa saya mendekati kebenaran dan sesuai dengan kondisi hingga saat ini menjelang akhir tahun 2016. Pada tulisan tersebut saya menganalisa bahwa akan terjadi oil price war atau dengan kata lain perang harga minyak global akan terus berkelanjutan. Perang harga minyak ini disebabkan kualitas minyak dunia sangat varian, sehingga tidak ada standar baku harganya, sebagai contoh minyak WTI (West Texas Intermediate) akan berbeda harga dengan minya Brent. Perbedaan kualitas minyak ini mendorong terjadinya perah harga.
Kondisi ini akan berhenti ketika akan terjadi perang besar atau salah satu negara produsen minyak dunia besar mengalami kebangkrutan. Melihat kondisi saat sekarang harga minyak dunia masih tidak menentu dan cenderung masih dalam kondisi rendah (tidak ekonomis), dimana setiap produsen minyak dunia masih saling berkompetisi harga untuk mempertahankan “kue” mereka masing-masing. Hal ini akan mengakibatkan perang harga minyak masih akan terus berlanjut.
Kondisi ini juga sejalan dengan kondisi ekonomi dunia yang masih melambat. Dan saya memprediksi kondisi yang sama akan berlanjut hingga beberapa bulan kedepan. Tetapi kita masih memiliki optimisme bahwa di tahun depan 2017 keadaan ekonomi global akan menggeliat kembali yang pada akhirnya juga mendorong keadaan ekonomi di Indonesia menjadi lebih baik.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H