Mohon tunggu...
Putra Rajagukguk
Putra Rajagukguk Mohon Tunggu... -

Nama Lengkap : Try Putra Rajagukguk Pekerjaan : Mahasiswa Soft Skill : 1. Editor Photoshop 2. Komputerisasi Aksara Batak Hard Skill : 1. Organisatoris 2. Budayawan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Preman Mewabah, Kota Medan Berdarah

14 Februari 2016   03:56 Diperbarui: 14 Februari 2016   04:09 2471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

Dari judul diatas, mengajak kita berpikir secara gamblang, akan fenomena kejahatan luarbiasa yang terjadi di dalam masyarakat kota Medan saat ini. Adalah begitu mewabahnya aksi premanisme dikota ketiga tebesar di Indonesia, setelah kota Jakarta dan Surabaya.

Di Medan, aksi premanisme sesungguhnya masih sangat meresahkan masyarakat. Mulai dari setoran paksa parkir liar, aksi dinasti kelompok ricuh, keberadaan begal, geng motor, gembong penjahat, dan segala bentuk jenis preman barbar lainya.

Liarnya Rakyat Kota Medan

        Mewabahnya aksi premanisme dikota Medan ditandai dengan liarnya rakyat dalam setiap aksi kejahatan. Kelompok tersebut secara massif, dan tersusun rapi dalam menjalankan aksinya. Bahkan ada pula beberapa kelompok radikal yang mempertontonkan aktivitas premanisme secara terang-terangan kepada publik, akan kebrutalannya. Seolah-olah mereka berada dalam sebuah Kerajaan Besar dan ingin memberikan informasi bahwa mereka adalah Penguasa. Ya..tidak heran jika masyarakat lokal, sangat ketakutan dengan aksi kebrutalan para preman tersebut. Apalagi sampai merenggut nyawa. Siapa saja yang menentang pasti akan putus. Hehehhe. Seram juga bah.

Kota Medan Berdarah Bersejarah

         Sepenggal judul tulisan diatas “Kota Medan Berdarah” juga bukan lagi kalimat yang asing di mata dan telinga kita. Fenomena dimana kota Medan disuguhkan oleh pristiwa yang sangat mencekam, dan berdarah. Dua Organisasi Kepemudaan (OKP) antar Pemuda Pancasila (PP) dengan Ikatan Pemuda Karya (IPK) terlibat saling bentrok di jalan Thamrin dan Asia Medan yang mengakibatkan dua (2) orang tewas dan puluhan luka-luka.

         Dua Dinasti OKP ini, kerap kali saling bentrok dan baku hantam hingga membuat keributan dijalanan. Di Medan dan sekitarnya, bentrok kedua Organisasi underbuow (Sayap) Partai Golkar ini tak ada habis-habisnya untuk saling serang. Sejarah mencatat untuk kesikian kalinya Dua kelompok ini rusuh, seperti yang dilansir (Kompas TV: Senin, 1 Februari 2016) :

1.      Oktober 2002, Medan : (Saling Ejek saat Apel Sumpah Pemuda) Puluhan luka-luka

2.      Juli 2004, Area Pelabuhan Belawan: (Dipicu tewasnya Anggota PP) Dua (2) Orang Tewas.

3.      September 2013, Medan: (Pelemparan Bus Anggota PP) Posko IPK Rusak, Satu (1) Anggota IPK Luka-luka.

4.      Oktober 2013, Medan: (Saling ejek karena klakson) Puluhan orang luka-luka.

5.      Mei 2014, Binjai : (Rebutan Lapak) Dua (2) orang kristis, Delapan (8) Orang luka-luka

6.      Februari 2015, Medan : (Saling tutup Spanduk) tidak ada korban luka

7.      4 April 2015, Medan : (Penyebab tidak diketahui) Belasan Anggota IPK dan PP Luka-luka.

        Istilah “Preman” telah menjadi kosa kata sehari-hari dikalangan Masyarakat Kota Medan. Bahkan sejak lima puluh tahun yang silam aksi premanisme memang sudah hadir dalam kehidupan masyarakat ini sendiri. “Sahara Olo Panggabean” adalah sosok Preman Sumut yang amat sangat ditakuti. Pemuda kontroversial ini, diakui keberadaan sebagai gembong Preman Sumut hingga namanya cukup terkenal sampai kepelosok-pelosok desa. Kalau bisa dibilang; tukang becak, pengemis jalanan serta pemulung sekalipun tentu kenal betul dengan Olo Panggabean yang biasa dipanggil “Bang Olo” atau “Ketua”.

         Bang Olo sang preman Sumut ini memulai karirnya sebagai Debt Collector disamping sebagai Anggota Pemuda Pancasila (PP). Perlahan namanya dikenal banyak orang sampai beliau dijadikan sebagai backing para pengusaha. Hingga pada tanggal 28 Agustus 1969, beliau bersama rekan-rekannya membentuk Organisasi Kepemudaan (OKP) yang bernama Ikatan Pemuda Karya (IPK). Dengan Organisasi tersebut Olo Panggabean membangun dinastinya. Sampai membuatnya mendapat sebutan “Kepala Preman”, dan “Raja Judi”.

          Nostalgia lahirnya Preman di Kota Medan, menggiring kita untuk merenung sejenak. Ternyata hubungan Dua OKP tersebut memang sudah lama renggang. Hingga mereka mengklaim wilayah kekuasaanya. Jika salah lapak, Hajar..!!! Hehe. Macam zaman kerajaan saja.

Teori F.M Lawert tentang Premanisme

 F.M Lawert, menjelaskan tentang Premanisme sebagai embrio kejahatan. Bahwa kejahatan yang disebut sebagai Preman lahir karena ada Tiga (3) Faktor:

1. Indivual Deviation, Penyimpangan timbul disebabkan oleh tekanan Psikis dari dalam diri seseorang.

2. Situasional Deviation, Sebagai Penympangan yang timbul karena hasil stress atau tekanan dari keadaan.

3. Systemik Deviation, Sebagai pola-pola prilaku kejahatan yang terorganisir dalam sub-sub kultur atau sistem tingkah laku.

       Olehnya dapat disimpulkan bahwa mewabahnya Preman di Kota Medan, disebabkan karena kenyataan sosial masyarakat. Fenomena premanisme di Kota Medan mulai berkembang hingga sekarang pada saat ekonomi semakin suli, angkat pengangguran semakin tinggi. Akibatnya orang-orang mencari cara untuk mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa yang sebenarnya tidak perlukan.

       Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi. Adanya interdepedensi (Kesalingtergantungan) oleh pihak-pihak tertentu. Contoh kelompok Preman yang sudah mapan dengan Organisasi dan koneksinya, kerap dibutuhkan tenaganya menjadi Debt Collector (Penagih Hutang), atau juga sebagai penyokong usaha-usaha Ilegal. Dan tidak sedikit juga bahwa para Birokrat menggunakan jasa kelompok premanisme untuk memberi tekanan kepada lawan politik lewat aksi masa bayaran misalnya. Bahkan ironisnya para penegak hukum juga bekerja sama dengan para preman untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

       Lewat paragraf diatas, dapat disimpulkan bahwa Preman di Kota Medan sangat sukar dibrantas. Karena adanya “Simbiosis Mutualisme” hehehe. Ilmiah kali ya.. Tapi itulah kenyataannya. Preman hadir disetiap sendi kota bahkan pelosok desa. Mencari sedekah tapi salah caranya.

 Penutup.

       Di Era Digital ini, aktivitas Premanisme harus segera dihentikan. Bukan lagi zamannya Preman berdemokrasi dengan cara barbar. Masyarakat Kota Medan harusnya sensitif terhadap kompetisi kesejahterahan, bukannya berlomba-lomba masuk Ormas supaya ditakuti. Yang paling terpenting Masyarakat harus mengambil peran untuk mengusir Preman. Karena Kota Medan adalah kota yang tentram, nyaman, dan aman bukan lahan Preman.

       Pemerintah tak boleh diatur Preman. Pemerintah harus mempengaruhi setiap lini kehidupan Mayarakat Kota Medan. Tidak ada Intervensi Pihak dari dalam atau pun Luar. Pemerintah harus gelisah dengan kondisi Kota Medan yang kesejatrahan rakyatnya masih dipertanyakan. Tegas berantas segala bentuk Premanisme. Cegah dan tindak segala bentuk aktivitas kriminal. Niscaya Kota Medan akan Makmur dan Sejahterah.

Penulis adalah Badan Pengurus Cabang GMKI Medan

 

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun