Mohon tunggu...
Raja Faidz
Raja Faidz Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa FISIP UMJ dan Sekretaris DEEP Kota Depok

Selanjutnya

Tutup

Politik

PAN Bukan Muhammadiyah!

12 Juli 2020   21:20 Diperbarui: 12 Juli 2020   21:17 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Raja Faidz el Shidqi, Mahasiswa FISIP UMJ dan Kader PK. IMM FISIP UMJ

Menanggapi apa yang disampaikan oleh Ketua Umum PAN Pak Zulkifli Hasan atau yang biasa dikenal dengan Pak Zulhas dalam sambutannya di acara Musyawarah Wilayah VI DPW PAN DKI Jakarta pada hari Minggu (12/7), dan dimuat oleh Kumparan.com yang menyatakan bahwa : "PAN ya Muhammadiyah, Muhammadiyah ya PAN. Enggak usah ditutup-tutupin, tidak perlu malu." Sungguh sebagai Kader Muhammadiyah saya langsung bertanya-tanya apa maksud dan tujuan beliau berbicara seperti itu didepan publik lalu mengaitkannya dengan Ormas lain yang dimana kadernya tidak malu-malu untuk aktif dan berperan di partai politik.

            Secara historis memanglah benar bahwa PAN adalah salah satu partai dimana kelahirannya dipelopori oleh Ayahanda Prof. Dr. Amien Rais salah satu tokoh yang dihormati dan sebagai Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, selain hal tersebut memang benar dan tidak bisa dihindari jika sebagian besar Warga Muhammadiyah yang aktif di Politik memilih PAN sebagai kendaraannya. Tetapi, terlepas dari fakta historis yang ada saya rasa Pak Zulkifli Hasan tidak pantas mengucapkan hal tersebut yang seolah-olah menyamakan Muhammadiyah dengan PAN. Muhammadiyah sendiri adalah Organisasi Masyarakat yang memiliki Khittah Perjuangan yang harus ditaati oleh Organisasi maupun segenap Anggota-Anggotanya.

            Misalnya saja, dalam Khittah Muhammadiyah di Ujung Pandang 1971 menghasilkan rumusan penting, yaitu : "Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu partai politik atau organisasi apapun." Sampai disini sudah jelas bahwa Muhammadiyah tidak terafiliasi dengan Partai Politik manapun. Sekalipun banyak kader Muhammadiyah yang aktif di PAN dan dilahirkan oleh Tokoh Muhammadiyah bukan berarti PAN bisa mengakui dirinya Muhammadiyah, karena secara fakta dilapangan kader Muhammadiyah juga bukan hanya aktif ber-politik di PAN saja, ada juga yang aktif di partai-partai lain. Bahkan, Partai Matahari Bangsa (PMB) pun yang juga dilahirkan oleh tokoh Pemuda Muhammadiyah pada waktu itu belum pernah saya mendengar secara terang-terangan bahwa PMB adalah Muhammadiyah dan Muhammadiyah adalah PMB.

            Seharusnya Pak Zulhas mengoreksi diri dan internal Partai setelah banyaknya Kader Muhammadiyah yang mengundurkan diri dari struktural Partai, terlebih setelah insiden lempar-lemparan kursi yang terjadi di acara Kongres V PAN di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara pada Februari lalu. Apakah karena insiden tersebut yang menyebabkan keluar nya para Kader Muhammadiyah dari PAN ? Ditambah belum lama pula salah satu petinggi PAN membuat masalah dengan menyebut Ayahanda Prof. Dr. Amien Rais dengan sebutan Sengkuni (Seorang Tokoh Antagonis dalam wiracarita Mahabharata) dan pernyataan Pak Zulhas dalam Sambutan tersebut juga dapat menjadi sumber pertanyaan apa sebetulnya tujuan Pak Zulhas mengajak kembali Kader Muhammadiyah untuk aktif di PAN ? apakah benar hanya untuk aktif membangun kembali hubungan atau ada kepentingan lain berkaitan dengan dilaksanakannya PILKADA Serentak pada bulan Desember 2020 nanti ?

Jadi, lebih baik Pak Zulhas selaku Ketua Umum PAN segera meminta maaf secara formal atas pernyataannya dalam sambutan di acara Musywil DPW PAN DKI Jakarta kepada Muhammadiyah dan seluruh Warga Persyarikatan karena mencatut nama Muhammadiyah dan seolah-olah menyamakannya dengan PAN sebelum timbul kemarahan-kemarahan lainnya dari Warga Persyarikatan terlebih para Simpatisan Ayahanda Prof. Dr. Amien Rais, MA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun